Gak perlu didramatisir masalah radikalisasi Islam di Indonesia.

Sudah ada sejak lama walaupun tidak didramatisir.

 

Silahkan pro dan silahkan anti.

Gak usah ribut.

 

Ane aja yg anti radikalisasi Islam Indonesia, gak anti orang2 yg pro 
radikalisasi koq. Tetapi ada aturan mainnya. Jangan seenak udelnya. Orang2 yg 
kerja keras spt Jokowi dan ahok, dihajar gara2 anti radikalisasi plus jelas2 
SARA bermain.

 

Jadi gak usah sembunyi dalam tameng: HAM, demokrasi dlsbg!!!!

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, November 18, 2019 9:59 PM
To: GELORA45 <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Tiap Hari Pejabat Ngomong Terorisme-Radikalisme, Iklim 
Investasi Rusak

 

  

Kumpulan pejabat yang rajin. Langkah kaki kanannya tersandung kaki kiri dan 
kaki kirinya dijegal kaki kanan sendiri. 





"Maju.." kata mereka gembira.

 

--- ilmesengero@... wrote:

  

 
<https://suaraislam.id/tiap-hari-pejabat-ngomong-terorisme-radikalisme-iklim-investasi-rusak/>
 
https://suaraislam.id/tiap-hari-pejabat-ngomong-terorisme-radikalisme-iklim-investasi-rusak/

 


Tiap Hari Pejabat Ngomong Terorisme-Radikalisme, Iklim Investasi Rusak


 18 November 2019

 

  
<https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2019/11/fadli-alqardhawi.jpeg?resize=650,365&ssl=1>
 
 Presiden GOPAC Fadli Zon berbincang dengan tokoh ulama dunia Dr Yusuf Al 
Qardhawi di Doha, Qatar.


Jakarta (SI Online) – Anggota Komisi I DPR Fadli Zon mengritik pejabat-pejabat 
pemerintah yang tiap hari mendramatisir terorisme dan radikalisme. Menurur 
Fadli hal itu akan merusak iklim investasi.

“Saya mencatat, sejak pemerintahan baru dilantik, ada dua isu yang 
terus-menerus diangkat oleh Presiden dan kabinetnya, yaitu radikalisme dan 
investasi,” ungkap Fadli dalam keterangan tertulisnya, Senin pagi (18/11).

Alumnus London School of Economics (LSE) itu mengaku sejak awalsudah 
mengingatkan Pemerintah sebaiknya berhenti mengeksploitasi isu radikalisme, 
juga terorisme, karena bersifat kontraproduktif bagi kepentingan jangka pendek 
dan jangka panjang.

“Misalnya, bagaimana kita akan bisa menggenjot investasi, atau membangun 
kepercayaan dunia luar, jika pejabat pemerintah kita tiap hari berisik 
mengeksploitasi isu radikalisme dan terorisme?,” kata dia.

Menurut Fadli, berdasarkan hasil riset sejumlah lembaga konsultan, pernyataan 
positif dari pemerintah adalah hal yang sangat mempengaruhi persepsi investor. 
Mereka menilai apa yang terjadi Indonesia dari pernyataan-pernyataan pejabat 
pemerintahnya.

“Bisa kita bayangkan, apa jadinya jika semua pejabat di Indonesia, mulai dari 
Presiden hingga para menteri, semuanya bicara mengenai radikalisme tiap hari?,” 
tanya Waketum Partai Gerindra itu.

Fadli menyarankan, para pejabat pemerintah mestinya menyadari bahwa 
pernyataan-pernyataan publik mereka bisa mempengaruhi dinamika ekonomi. 
Efeknya, kata dia, bisa luas.

“Inilah yang menyebabkan kenapa tingkat ketertarikan investasi asing di 
Indonesia cenderung menurun. Mereka butuh kepastian dan jaminan keamanan,” 
ungkapnya.

Jaminan stabilitas itu, lanjutnya, awalnya dilihat dari pernyataan para 
pejabat. Itu sebabnya para pejabat pemerintah sebaiknya stop memproduksi 
kegaduhan dengan isu radikalisme, teror dan semacamnya.

“Turunnya minat investasi ini memang harus kita perhatikan benar, karena bisa 
memicu terjadinya destabilisasi. Bagaimana kita bisa menyerap tenaga kerja, 
misalnya, jika investasinya turun? Bagaimana kehidupan sosial akan stabil, jika 
jumlah pengangguran meningkat? Ini adalah soal yang kait-mengait,” katanya.

red: shodiq ramadhan

 



Kirim email ke