Berikut beberapa tambahan artikel kritik dari berbagai kalangan luas
yang argumentativ dan substantiv dari RG atas pemahaman Jokowi ttg
Pancasila dari:

1. Pengamat pol. Ujang Komaruddin, dosen di Uni. Al Azhar Indonesia, 
2. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dan 
3. Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies Alfarisi Thalib. 

Selamat membaca. Lusi.-


JPNN.com Nasional Hukum

1. :

Rocky Gerung Akan Dapat Simpati, Jokowi dan PDIP Bakal Dibenci
Kamis, 05 Desember 2019 – 19:07 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komaruddin memprediksi
masyarakat akan menilai PDI Perjuangan dan terutama sosok Presiden Joko
Widodo negatif, jika politikus partai itu, Junimart Girsang benar-benar
melaporkan Rocky Gerung ke polisi.
 
Gerung dalam pernyataannya di Indonesia Lawyers Club (ILC) Selasa
(3/12) kemarin, terkesan menyebut presiden tidak mengerti Pancasila.
Akibatnya, Junimart yang juga hadir sebagai pembicara malam itu,
berniat membawa Rocky ke ranah hukum. 

"Yup, masyarakat akan menilai negatif Jokowi dan PDIP. Karena akan
dianggap membungkam orang-orang yang kritis terhadap pemerintah," ujar
Ujang kepada JPNN.com, Kamis (5/12).  

Menurut dosen di Universitas Al Azhar Indonesia itu, masyarakat
Indonesia sudah dewasa dalam berdemokrasi. Terbukti, selama masa
kampanye Pemilu 2019 kemarin, perang opini begitu kuat terjadi. 

Bahkan, banyak pihak mengungkapkan kekhawatiran melihat potensi
perpecahan di tengah masyarakat. Namun, hingga saat ini Indonesia tetap
damai, meski ada beberapa hal yang terpaksa sampai berproses di
pengadilan. 

"Masyarakat sudah cerdas. Jika RG dilaporkan, RG yang akan
dapat simpati publik. Sedangkan Jokowi dan partai yang akan
melaporkannya akan dipandang negatif oleh masyarakat," ucap Ujang.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini juga menilai, tak ada
untungnya bagi Jokowi maupun PDIP dengan rencana melaporkan Gerung ke
kepolisian. 

"Tak ada untungnya, jika pelaporan itu terjadi maka publik akan
menganggap demokrasi dibungkam dan demokrasi telah mati. Karena yang
kritis dikebiri dan dibenci oleh kelompok Jokowi," pungkas Ujang.
(gir/jpnn)

2.: 

JPNN.com Nasional Hukum 
Fadli Zon Prihatin dengan Ancaman Kriminalisasi Terhadap Rocky Gerung 
Sabtu, 07 Desember 2019 – 13:29 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengaku
prihatin ancaman kriminalisasi yang menimpa pengamat politik Rocky
Gerung, hanya gara-gara kritik kepada presiden yang disampaikan saat
dialog di salah satu stasiun televisi swasta nasional. 

"Ancaman itu menunjukkan rendahnya mutu peradaban politik kita. Kritik
terhadap Presiden adalah sesuatu yang biasa dan harus diterima di
tengah iklim demokrasi," kata Fadli di akun Twitter-nya @fadlizon
sebagaimana dikutip jpnn.com, Sabtu (7/12). 

Begitu juga dengan adu argumentasi, kata Fadli, adalah sesuatu yang
biasa dalam forum diskusi. "Buruk sekali jika setiap perbedaan pendapat
di forum diskusi harus dihakimi oleh polisi dan pengadilan," katanya.

Anggota Komisi I DPR itu menambahkan, pernyataan Rocky di dalam forum
yang dia juga hadir sebagai salah satu narasumber adalah berisi kritik,
bukan penghinaan. 

“Ketika dia menyatakan ‘Presiden tidak paham Pancasila’, semua orang
yang punya kemampuan literasi pastinya paham jika dia sedang
beretorika," twit Fadli. 

Ia menjelaskan, retorika adalah bunga bahasa, seni berbicara. Karena
itu, ujar Fadli, sia-sia menghubungkan retorika dengan kamus bahasa.
"Apalagi dengan Kitab Undang-Undang Pidana sebagaimana yang hendak
dilakukan oleh beberapa orang berpikiran cekak," katanya. 

Mantan wakil ketua DPR itu menyatakan retorika sebenarnya ada untuk
meredam konflik. Dia menegaskan ruang publik politik memang sangat
membutuhkan retorika. 

"Bisa dibayangkan bagaimana seandainya semua orang harus berbicara
terus terang untuk membela kepentingan dan pikirannya di ruang publik?
Mungkin ruang publik kita isinya hanya makian dan sumpah serapah saja,"
jelasnya. 

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli
Zon mengaku prihatin ancaman kriminalisasi yang menimpa pengamat
politik Rocky Gerung, hanya gara-gara kritik kepada presiden yang
disampaikan saat dialog di salah satu stasiun televisi swasta nasional.

"Ancaman itu menunjukkan rendahnya mutu peradaban politik kita. Kritik
terhadap Presiden adalah sesuatu yang biasa dan harus diterima di
tengah iklim demokrasi," kata Fadli di akun Twitter-nya @fadlizon
sebagaimana dikutip jpnn.com, Sabtu (7/12). 

Begitu juga dengan adu argumentasi, kata Fadli, adalah sesuatu yang
biasa dalam forum diskusi. "Buruk sekali jika setiap perbedaan pendapat
di forum diskusi harus dihakimi oleh polisi dan pengadilan," katanya.

Anggota Komisi I DPR itu menambahkan, pernyataan Rocky di dalam forum
yang dia juga hadir sebagai salah satu narasumber adalah berisi kritik,
bukan penghinaan. 

“Ketika dia menyatakan ‘Presiden tidak paham Pancasila’, semua orang
yang punya kemampuan literasi pastinya paham jika dia sedang
beretorika," twit Fadli. 

Ia menjelaskan, retorika adalah bunga bahasa, seni berbicara. Karena
itu, ujar Fadli, sia-sia menghubungkan retorika dengan kamus bahasa.
"Apalagi dengan Kitab Undang-Undang Pidana sebagaimana yang hendak
dilakukan oleh beberapa orang berpikiran cekak," katanya. 

Mantan wakil ketua DPR itu menyatakan retorika sebenarnya ada untuk
meredam konflik. Dia menegaskan ruang publik politik memang sangat
membutuhkan retorika. 

"Bisa dibayangkan bagaimana seandainya semua orang harus berbicara
terus terang untuk membela kepentingan dan pikirannya di ruang publik?
Mungkin ruang publik kita isinya hanya makian dan sumpah serapah saja,"
jelasnya. 

Nah, Fadli menambahkan untunglah ada retorika. Ini adalah sejenis
peredam untuk memperkecil potensi benturan. Itu sebabnya setiap upaya
untuk menyeret retorika ke hadapan pengadilan harus dikecam.

"Menganggap Presiden sebagai “simbol negara”, sehingga mengkritiknya
dianggap sebagai bentuk penghinaan, jelas anggapan salah kaprah.
Konstitusi dan undang-undang kita tak pernah menyebut Presiden sebagai
“simbol negara,” katanya. 

Ia menjelaskan dalam BAB XV UUD 1945, terutama dalam Pasal 35 hingga
36B, jelas disebutkan yang dimaksud sebagai simbol negara adalah
bendera, bahasa, lambang negara, serta lagu kebangsaaan. Soal simbol
negara ini diatur lebih lanjut dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaaan. 

Menurut dia, kalau baca UU 24/2009, di dalam pertimbangannya dinyatakan
bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi
bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara. 

Fadli menegaskan karena merupakan simbol negara, maka pidana yang
diterapkannya adalah delik biasa, bukan delik aduan. Artinya, kata
Fadli lagi, aparat bisa langsung menindak penyalahgunaan simbol-simbol
negara tadi. "Jadi, sekali lagi, presiden bukanlah simbol negara.
Bagaimana Presiden bisa dianggap simbol negara, jika tiap lima tahun
sekali harus diganti?" paparnya. 

"Pernyataan Rocky mengenai Pancasila juga tak pantas diadukan. Ia
memang keliru ketika menyatakan yang tidak bisa diubah hanya bentuk
negara, sementara Pancasila bisa diubah melalui amendemen," katanya.

Padahal, lanjut Fadli, ada dua  hal yang tidak bisa diubah melalui
amendemen konstitusi, yaitu Pembukaan (Preambule) dan bentuk negara.

Menurutnya, sila-sila Pancasila itu adanya di Pembukaan sehingga
kedudukannya tidak bisa diamendemen. “Tetapi, apa karena kekeliruan itu
Rocky telah menghina Pancasila? Saya kira hanya mereka yang pikirannya
sempit, atau baru “puber Pancasila” saja yang mengira demikian. Mereka
ini biasanya merasa dirinya paling Pancasilais dibandingkan warga
negara yang lain," jelas Fadli. 

Bagi Fadli, orang-orang yang baru “puber Pancasila” ini jauh lebih
pantas dikhawatirkan ketimbang Rocky Gerung. Pancasila adalah alat
pemersatu, bukan alat pemecah-belah, namun di tangan orang-orang yang
baru “puber Pancasila” ini, Pancasila kerap digunakan sebagai senjata
untuk menyerang orang atau kelompok yanh berbeda pandangan. Ini
sebenarnya adalah iklan yang buruk untuk Pancasila. 

Ironisnya, lanjut Fadli, selain Rocky, yang biasanya dijadikan obyek
serangan adalah kelompok Islam. 

"Saya sebut ironis, karena kalau kita baca lagi sejarah, secara politik
Pancasila adalah hadiah terbesar umat Islam bagi bangsa Indonesia,"
paparnya. 

Dari sisi nilai, lanjut Fadli, tidak pernah ada kontradiksi antara
ajaran Islam dengan Pancasila. Sehingga, membentur-benturkan Pancasila
dengan kelompok keagamaan adalah upaya kontra terhadap persatuan. 

"Di tengah realitas kebangsaan kita yang pluri dan heterogen, tiap
perbedaan mestinya didialogkan, bukan diancam untuk dipidanakan. Dan
Pancasila adalah perangkat untuk membangun dialog tadi. Keliru sekali
jika perangkat dialog kemudian justru digunakan sebagai senjata untuk
menyerang," kata Fadli.(boy/jpnn)

3.:
 
JPNN.com Nasional Politik

Bukan Cuma Rocky, Pengamat Ini Juga Nilai Presiden Tidak Mengerti
Pancasila 
Sabtu, 07 Desember 2019 – 15:19 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies
Alfarisi Thalib menilai, pernyataan Rocky Gerung 'presiden tidak
mengerti Pancasila' merupakan kritik, bukan hinaan. Karena itu, tidak
layak dibawa ke ranah hukum. 

Alfarisi menyatakan pandangannya setelah menonton ulang tayangan ILC
yang disiarkan TV One, Selasa (3/12), dimana Gerung menyatakan
pandangannya saat menjadi pembicara. 

"Saya sudah menonton dengan seksama acara ILC tersebut sejak awal
hingga akhir. Termasuk juga telah menganalisis pernyataan Rocky Gerung
yang menyebut presiden tidak mengerti Pancasila. Saya menilai
pernyataan Rocky sarat argumentasi dengan sistem logika yang padat.
Dengan itu mungkin Rocky tidak bermaksud menghina Joko Widodo baik
sebagai personal maupun sebagai kader PDIP," ujar Alfarisi kepada
JPNN.com, Sabtu (7/12) 

Menurut Alfarisi, pernyataan Gerung yang ditujukan kepada presiden
sebagai pemerintah, merupakan kritik membangun. Kemungkinan dilatari
sejumlah kebijakan presiden yang dinilainya bertentangan dengan
Pancasila. Seperti kebijakan menghapus aturan amdal, merupakan bencana
bagi lingkungan. Begitu juga kebijakan menaikkan iuran BPJS, dinilai
semakin menyengsarakan rakyat. 

"Tentu masih banyak kebijakan lain yang jika ditelisik justru
bertentangan dengan Pancasila. Kebijakan-kebijakan yang tidak
mencerminkan nilai Pancasila inilah yang dimaksud Rocky bahwa presiden
tidak mengerti Pancasila," ucapnya. 

Alfarisi lebih lanjut mengatakan, Jokowi sebagai personal diyakini
sangat paham dan menghafal Pancasila di luar kepala. Begitu juga Jokowi
sebagai kader PDIP, tentu telah mendapatkan pemahaman yang komprehensif
tentang nilai-nilai Pancasila. 

"Tetapi sebagai presiden, pemahamannya tersebut bisa dibaca dalam
kebijakan yang diambil. Presiden adalah jabatan publik, yang diberikan
dan digaji oleh rakyat, dengan uang rakyat melalui pajak," katanya.
Alfarisi menyebut, rakyat, siapapun dia, berhak mengawasi dan
mengontrol setiap kebijakan presiden apakah sudah pancasilais atau
justru bertentangan dengan Pancasila.(gir/jpnn)





Beginn der weitergeleiteten Nachricht:

Datum: Fri, 6 Dec 2019 21:23:26 +0100
Von: "'Lusi D.' lus...@rantar.de [nasional-list]"
<nasional-l...@yahoogroups.com> An: nasional-l...@yahoogroups.com,
<GELORA45@yahoogroups.com>, "Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id
[nasional-list]" <nasional-l...@yahoogroups.com> Betreff: Fw:
[nasional-list] Rocky Gerung Dukung Junimart Laporkan Dirinya [1
Attachment]


Berikut kelanjutan artikel pendapat RG, (lih. artikel di bawah, Thu, 5
Dec- 2019) dlm rangka penjernihan atas pemahaman ttg Pancasila.
Salam. Lusi.-





Rocky Gerung Tanggapi Potensi Masuk Penjara karena Pernyataan Jokowi
Tak Paham Pancasila

Penulis: anung aulia malik Editor: Mohamad Yoenus
Jumat https://wow.tribunnews.com/2019/12/06


"Dia hapal tapi dia enggak paham," ungkap pengamat politik yang pernah
mengajar di UI ini.

Rocky Gerung beralasan, dia berkata demikian lantaran presiden disebut
telah melakukan kesalahan-kesalahan, seperti berhutang.

"Kalau dia paham dia enggak berhutang itu," ungkapnya.

Selain itu, ada hal-hal yang seharusnya tak dilakukan presiden,
termasuk menaikkan iuran BPJS.

"Kalau dia paham dia enggak naikin BPJS, kalau dia paham dia enggak
melanggar undang-undang lingkungan itu," katanya.

Tak tanggung-tanggung, Rocky Gerung mengungkapkan hal kontroversi itu
di depan Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD yang tersambung
melalui sambungan telepon. (Channel Youtube Indonesia Lawyers Club)

Sehingga, Rocky Gerung berharap jelang tahun depan, orang-orang tidak
meributkan soal ideologi.

"Jadi Pak Karni kita ingin agar supaya ada semacam biasanya orang sebut
apa, resolusi. Ya itu bahwa berhentilah soal ideologi," pinta Rocky
Gerung.

Sedangkan suatu negara yang memaksakan ideologinya itu dianggap seperti
paham fasisme dan komunisme.

"Soalnya negara yang ngotot punya ideologi itu fasisme dan komunisme
itu," pungkasnya.


Rocky Gerung Ungkap Pancasila Belum Final

Rocky Gerung turut mengomentari soal penerbitan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) Front Pembela Islam (FPI) yang hingga kini belum ada
kejelasan.

Rocky Gerung menganggap organisasi masyarakat (ormas) termasuk FPI
wajar memiliki ciri khasnya masing-masing.

"Lalu, kalau dia ormas memang dia mesti berbeda dengan pemerintah,"
kata Rocky Gerung dikutip TribunWow.com dari Indonesia Lawyers Club.

Rocky Gerung lantas mengkritik pemerintah yang disebut menginginkan
ormas memiliki ideologi seperti negara.

"Kalau ormas sama dengan pemerintah namanya Orneg, organisasi negara,
eneg tuh jadinya tuh," protes Rocky Gerung.

"Jadi banyak logika yang kacau, disampaikan di publik itu," imbuhnya.

Rocky Gerung kemudian mengatakan masih banyak orang yang tidak paham
cara bernegara.

"Karena apa, karena kita enggak tahu sebetulnya apa dalil pertama
bernegara," ungkapnya.

Menurut Rocky Gerung, jika ada orang yang mengatakan tidak Pancasilais
namun justru menjadi perdebatan itu merupakan sesuatu aneh.

"Kalau saya bilang 'Saya enggak Pancasilais', lalu orang usir saya dari
NKRI tuh, 'Saya bilang tidak Pancasilais', bukan anti Pancasila tentu
orang mesti tanya 'Kenapa Anda tidak Pancasilais', karena bagi saya
tidak masuk akal," jelas Rocky Gerung.

Menurutnya, Pancasila dijadikan ideologi sebuah negara merupakan hal
yang aneh.

Pasalnya, Rocky Gerung menganggap bahwa ideologi hanya dapat dimiliki
oleh manusia.

"Pancasila dijadikan ideologi negara tuh, negara itu barang abstrak,
benda mati pula."

"Yang berideologi tuh orang, individu, yang punya keyakinan hidup,"
ungkapnya.

Namun, Rocky Gerung menegaskan bahwa apa yang diungkapkannya itu tanpa
kepentingan politik di baliknya.

"Jadi negara yang berideologi itu dua kali ngaco, saya terangkan ini
secara pikiran bukan dalam rangka politik," katanya.

Lalu, ia memprotes pernyataan-pernyataan soal Pancasila merupakan hal
yang sudah tidak bisa diganggu gugat.

Rocky Gerung merasa, sifat mutlak hanya terjadi di akhirat.

"Jadi kalau dikatakan tadi bahwa ideologi Pancasila itu sudah final, di
mana finalnya?."

"Kalau sudah final, artinya potensial pikiran manusia itu berhenti di
akhirat, juga di akhirat itu namanya final itu," ungkap pengamat
politik asal Manado ini.

Ia berpendapat bahwa pikiran atau ideologi manusia itu selalu
berubah-ubah.

Seperti orientasi seksual hingga pendapatnya mengenai Pimpinan FPI,
Habib Rizieq.

"Selama kita hidup, kita selalu berubah pikiran per detik."

"Orientasi seksual saya berubah setiap detik, imaji saya tentang Jokowi
berubah setiap dua detik, pengetahuan saya tentang Habib Rizieq itu
berubah setiap tiga detik itu, apa yang final," papar Rocky Gerung.
(TribunWow.com/Anung Malik/Mariah Gipty)








Beginn der weitergeleiteten Nachricht:

Datum: Thu, 5 Dec 2019 11:49:02 +0100
Von: "'Lusi D.' lus...@rantar.de [nasional-list]"
<nasional-l...@yahoogroups.com> An: nasional-l...@yahoogroups.com,
<GELORA45@yahoogroups.com>, "Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id
[nasional-list]" <nasional-l...@yahoogroups.com> Betreff:
[nasional-list] Rocky Gerung Dukung Junimart Laporkan Dirinya


Kalau betul-betul terjadi memang bagus karena pengertian dan pemahaman
ttg Pancasila itu akan menjadi jernih bagi setiap orang. Lusi.-  


https://www.stadiapic.com/show-media/6A3F9QVN4R5UNN9w4Q9h5T

Rocky Gerung Dukung Junimart Laporkan Dirinya 

Rocky mengatakan sebagai anggota DPR, Junimart tak betul-betul memahami
prinsip dasar konstitusi tentang simbol negara. 

Rocky menilai keliru jika Junimart menganggap dia telah menghina simbol
negara. 

"Simbol negara itu bukan Presiden. Presiden itu enggak mungkin menetap,
karena bisa diganti. 

Yang menetap itu lambang negara. Seperti bahasa, bahasa adalah simbol
negara," katanya. 

Selain itu, Rocky mengatakan tak menghina Presiden. Dia hanya menyebut
Presiden tak mengerti Pancasila. 

Rocky menegaskan, pernyataannya merupakan cerminan kebebasan
berpendapat. Mestinya, kebebasan berpendapat itu yang mesti dijamin
bagi setiap warga negara. 

Sumber Berita : Tempo 5 Desember 2019 Follow @Rockygerungfans untuk
mendapatkan Update Berita, Quote dan Video Rocky Gerung. _ _
#rockygerungfans #rockygerung
 

Berikut kelanjutan artikel pendapat RG, (lih. artikel di bawah, Thu, 5
Dec- 2019) dlm rangka penjernihan atas pemahaman ttg Pancasila.
Salam. Lusi.-

Rocky Gerung Tanggapi Potensi Masuk Penjara karena Pernyataan Jokowi
Tak Paham Pancasila

Penulis: anung aulia malik Editor: Mohamad Yoenus
Jumat https://wow.tribunnews.com/2019/12/06

"Dia hapal tapi dia enggak paham," ungkap pengamat politik yang pernah
mengajar di UI ini.

Rocky Gerung beralasan, dia berkata demikian lantaran presiden disebut
telah melakukan kesalahan-kesalahan, seperti berhutang.

"Kalau dia paham dia enggak berhutang itu," ungkapnya.

Selain itu, ada hal-hal yang seharusnya tak dilakukan presiden,
termasuk menaikkan iuran BPJS.

"Kalau dia paham dia enggak naikin BPJS, kalau dia paham dia enggak
melanggar undang-undang lingkungan itu," katanya.

Tak tanggung-tanggung, Rocky Gerung mengungkapkan hal kontroversi itu
di depan Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD yang tersambung
melalui sambungan telepon. (Channel Youtube Indonesia Lawyers Club)

Sehingga, Rocky Gerung berharap jelang tahun depan, orang-orang tidak
meributkan soal ideologi.

"Jadi Pak Karni kita ingin agar supaya ada semacam biasanya orang sebut
apa, resolusi. Ya itu bahwa berhentilah soal ideologi," pinta Rocky
Gerung.

Sedangkan suatu negara yang memaksakan ideologinya itu dianggap seperti
paham fasisme dan komunisme.

"Soalnya negara yang ngotot punya ideologi itu fasisme dan komunisme
itu," pungkasnya.

Rocky Gerung Ungkap Pancasila Belum Final

Rocky Gerung turut mengomentari soal penerbitan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) Front Pembela Islam (FPI) yang hingga kini belum ada
kejelasan.

Rocky Gerung menganggap organisasi masyarakat (ormas) termasuk FPI
wajar memiliki ciri khasnya masing-masing.

"Lalu, kalau dia ormas memang dia mesti berbeda dengan pemerintah,"
kata Rocky Gerung dikutip TribunWow.com dari Indonesia Lawyers Club.

Rocky Gerung lantas mengkritik pemerintah yang disebut menginginkan
ormas memiliki ideologi seperti negara.

"Kalau ormas sama dengan pemerintah namanya Orneg, organisasi negara,
eneg tuh jadinya tuh," protes Rocky Gerung.

"Jadi banyak logika yang kacau, disampaikan di publik itu," imbuhnya.

Rocky Gerung kemudian mengatakan masih banyak orang yang tidak paham
cara bernegara.

"Karena apa, karena kita enggak tahu sebetulnya apa dalil pertama
bernegara," ungkapnya.

Menurut Rocky Gerung, jika ada orang yang mengatakan tidak Pancasilais
namun justru menjadi perdebatan itu merupakan sesuatu aneh.

"Kalau saya bilang 'Saya enggak Pancasilais', lalu orang usir saya dari
NKRI tuh, 'Saya bilang tidak Pancasilais', bukan anti Pancasila tentu
orang mesti tanya 'Kenapa Anda tidak Pancasilais', karena bagi saya
tidak masuk akal," jelas Rocky Gerung.

Menurutnya, Pancasila dijadikan ideologi sebuah negara merupakan hal
yang aneh.

Pasalnya, Rocky Gerung menganggap bahwa ideologi hanya dapat dimiliki
oleh manusia.

"Pancasila dijadikan ideologi negara tuh, negara itu barang abstrak,
benda mati pula."

"Yang berideologi tuh orang, individu, yang punya keyakinan hidup,"
ungkapnya.

Namun, Rocky Gerung menegaskan bahwa apa yang diungkapkannya itu tanpa
kepentingan politik di baliknya.

"Jadi negara yang berideologi itu dua kali ngaco, saya terangkan ini
secara pikiran bukan dalam rangka politik," katanya.

Lalu, ia memprotes pernyataan-pernyataan soal Pancasila merupakan hal
yang sudah tidak bisa diganggu gugat.

Rocky Gerung merasa, sifat mutlak hanya terjadi di akhirat.

"Jadi kalau dikatakan tadi bahwa ideologi Pancasila itu sudah final, di
mana finalnya?."

"Kalau sudah final, artinya potensial pikiran manusia itu berhenti di
akhirat, juga di akhirat itu namanya final itu," ungkap pengamat
politik asal Manado ini.

Ia berpendapat bahwa pikiran atau ideologi manusia itu selalu
berubah-ubah.

Seperti orientasi seksual hingga pendapatnya mengenai Pimpinan FPI,
Habib Rizieq.

"Selama kita hidup, kita selalu berubah pikiran per detik."

"Orientasi seksual saya berubah setiap detik, imaji saya tentang Jokowi
berubah setiap dua detik, pengetahuan saya tentang Habib Rizieq itu
berubah setiap tiga detik itu, apa yang final," papar Rocky Gerung.
(TribunWow.com/Anung Malik/Mariah Gipty)

Beginn der weitergeleiteten Nachricht:

Datum: Thu, 5 Dec 2019 11:49:02 +0100
Von: "'Lusi D.' lus...@rantar.de [nasional-list]"
<nasional-l...@yahoogroups.com> An: nasional-l...@yahoogroups.com,
<GELORA45@yahoogroups.com>, "Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id
[nasional-list]" <nasional-l...@yahoogroups.com> Betreff:
[nasional-list] Rocky Gerung Dukung Junimart Laporkan Dirinya

Kalau betul-betul terjadi memang bagus karena pengertian dan pemahaman
ttg Pancasila itu akan menjadi jernih bagi setiap orang. Lusi.-

https://www.stadiapic.com/show-media/6A3F9QVN4R5UNN9w4Q9h5T

Rocky Gerung Dukung Junimart Laporkan Dirinya Rocky mengatakan sebagai
anggota DPR, Junimart tak betul-betul memahami prinsip dasar konstitusi
tentang simbol negara. Rocky menilai keliru jika Junimart menganggap
dia telah menghina simbol negara. "Simbol negara itu bukan Presiden.
Presiden itu enggak mungkin menetap, karena bisa diganti. Yang menetap
itu lambang negara. Seperti bahasa, bahasa adalah simbol negara,"
katanya. Selain itu, Rocky mengatakan tak menghina Presiden. Dia hanya
menyebut Presiden tak mengerti Pancasila. Rocky menegaskan,
pernyataannya merupakan cerminan kebebasan berpendapat. Mestinya,
kebebasan berpendapat itu yang mesti dijamin bagi setiap warga negara.
Sumber Berita : Tempo 5 Desember 2019 Follow @Rockygerungfans untuk
mendapatkan Update Berita, Quote dan Video Rocky Gerung. _ _
#rockygerungfans #rockygerung

Kirim email ke