Emangnya siapa yang kasih contoh? Hehehe
Fenomena Munculnya Kerajaan `Palsu`, Rocky Gerung: Mereka Tiru Jokowi Rabu, 22/01/2020 12:43 WIB Jakarta, law-justice.co - Beberapa hari terakhir ini, masyarakat diseluruh Indonesia dihebohkan dengan fenomena muncul kerajaan-kerajaan baru diberbagai daerah. Salah satunya ialah munculnya Keraton Agung Sejagat yang berada di Purworejo, Jawa Tengah. Kemunculan Keraton Agung Sejagat, sempat membuat resah para warga. Bagaimana tidak, Keraton Agung Sejagat membuat acara selama tiga hari berturut-turut. Hingga akhirnya para warga pun melaporkan hal tersebut hingga berujung ditangkapknya Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat. Heboh Keraton Agung Sejagat yang Punya Ratusan Pengikut, Klaim Punya Kekuasaan Dunia (IST/Facebook) Reaksi Rocky Gerung Munculnya kerajaan baru ini sebelumnya juga menarik perhatian pengamat politik Rocky Gerung. Rocky Gerung melontarkan pendapatnya melalui tayangan di channel YouTubenya Rocky Gerung Official pada Sabtu 18 Januari 2020. Dalam video itu, Rocky Gerung menilai jika sikap masyarakat yang mendirikan kerajaan tidaklah salah. "Mereka gak salah, sebab justru mereka mencontoh Presiden Jokowi yang berupaya untuk jadi raja dengan menunggangi kereta kencana," ujar Rocky Gerung seperti melansir tribunnewsmaker.com. Lantas Rocky Gerung juga menyinggung momen fenomena saat Jokowi menggelar acara perkawinan anaknya. Dengan itu, publik dianggap bisa menilai jika kita pun bisa berimajinasi menjadi Raja. Meski hal itu merupakan sikap seremonial Jokowi, tetapi Rocky Gerung berpandangan selalu dilakukan Jokowi berkali-kali. Salah satunya ialah saat Jokowi mengenakan seragam adat Bali datang di acara kongres PDIP. "Iya, tapi kelihatan beliau sebetulnya emang seremonial. Tetapi berkali-kali dia nikmati seolah-olah dia raja suku ini, raja suku itu," kata Rocky Gerung. Disisi lain, pria 61 tahun itu juga menyebut adanya kerajaan baru yang muncul di Indonesia merupakan perasaan masyarakat terkait tentang harapan untuk Indonesia. "Di dalam teori kebudayaan, gejala-gejala itu biasa disebut gejala Ratu Adil, yang biasanya timbul ketika orang mengalami fatalisme di dalam hidup. Tetapi tetap punya harapan untuk perubahan. Jadi ada politics of hope di depan, ada politics of memory di belakang," kata Rocky Gerung menanggapi. Menurut Rocky Gerung, beberapa orang yang terkait merupakan orang yang ingin mencari keterangan kultur politik dalam sejarah. Pemicunya lantaran adanya kritisisme yang dibangun masyarakat terkait menanggapi keadaan Indonesia yang semakin buruk. "Jadi itu sebenarnya kecerdasan lokal kan? Karena cari outlet dari kesulitan hidup dengan pergi pada semacam keagungan masa lalu kan," kata Rocky. Rocky juga menilai jika munculnya kerajaan baru itu tidak bertujuan untuk mengancam Negara Republik Indonesia (NKRI). "Yang mengancam NKRI itu kurs dan daya beli itu ya. Justru karena dua soal itu, kesulitan ekonomi, orang cari perlindungan budaya melalui, membentuk kerajaan," ujarnya. Rocky Gerung membenarkan adanya peristiwa itu adalah semacam katarsis yang terjadi. "Suatu pelepasan dari energi yang berupaya untuk berubah. Tapi mungkin membayangkan berat perubahan sosiologi maka dilakukan dengan cara metafisik," tambahnya. Sayangnya, Rocky Gerung menilai jika sikap polisi kurang imajinatif ketika menangkap masyarakat yang mengaku Raja dan Ratu. Sementara Rocky Gerung justru mengaku gembira dengan adanya fenomeni ini. "Ya anggap saja itu semacam festival budaya, yang diinisiasi oleh mereka yang ingin mengingatkan bahwa ada problem dalam bangsa ini," kata Rocky. Rocky menganggap jika peristiwa yang terjdi ini bukanlah suatu hal yang harus ditanggapi secara serius. "Justru itu bagian dari pertahanan subsisten dari mereka yang terdesak oleh superstructure industry, superstructure politic," katanya. Bahkan ia justru membandingkan Raja dari kerajaan baru dengan Jokowi. "Orang juga bisa tiba-tiba merasa dapat wangsit segala macam. Sama seperti presiden tiba-tiba bisa punya ide pindah ibukota," "Sama aja kan, bikin kerajaan itu sama dengan ide pindah ibukota," kata Rocky Gerung.