Ramalan Ekonom Senior Rizal Ramli: Kemungkinan Krisis Hantam Indonesia,
Penguasa Harus Hati-Hati dan Waspada

Selasa, 18 Februari 2020 - 10:52 WIB

Jakarta, HanTer - Ekonom senior DR Rizal Ramli (RR) menyebut kondisi
ekonomi Indonesia saat ini tidak ubahnya dengan gelembung (buble) yang
terus menggelembung dan rentan. RR ramalkan kemungkinan krisis hantam
Indonesia, penguasa harus hati-hati dan waspada.

“Penguasa harus hati-hati krisis bisa hantam Indonesia. Namun,
gelembung ekonomi yang muncul saat ini dan bisa meletus tidak mendapat
dukungan fundamental yang kuat, kata RR dalam perbincangannya dengan
Harian Terbit, belum lama ini.

RR menyatakan, sejak 1,5 tahun lalu dirinya sudah mengkhawatirkan lima
bubbles (gelembung) yang semakin membesar dan siap meletus. Pertama,
makro ekonomi, gagal bayar, daya beli, digital bizz, dan nasib petani.
“Gelembung-gelembung ini terjadi pada periode bersamaan. Bisa ber
implikasi sosial, ekonomi dan politik besar. Ironi yang kuasa tak
sadar,” paparnya.

Kenyataannya, lanjut RR, dalam dua tahun terakhir, pejabat-pejabat
Indonesia malah mengulang kebiasaan buruk, ‘self-denial’  (menolak
kenyataan) bahwa kondisi ekonomi semakin memburuk, tanpa kemampuan
melakukan inovasi dan terobosan kebijakan untuk ‘turn-around’.  

“Kita dapat menghindari krisis, tapi tidak dengan cara-cara lama.
Bahkan pemerintah terus berupaya menutup gelembung tersebut dengan
persepsi seolah semua tidak ada masalah. Padahal gelembung seperti itu
akan meletus sebagai bagian dari koreksi alamiah,” kata RR.

Mantan Komisaris Utama Bank BNI ini, supaya gelembung meletus tidak
memerlukan kehadiran kekuatan yang besar, cukup sentuhan kebenaran.
“Untuk meledak, tidak perlu linggis atau kampak, hanya butuh
peniti-peniti kebenaran dan fakta riil,” paparnya.

Utang Ugal-ugalan

Rizal Ramli menyoroti utang Indonesia yang kian ugal-ugalan di bawah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Rasio utang sudah mencapai 29,8
persen dari GDP.  

Tak heran, kata RR, ancaman utang Indonesia, dan akan terus menggunung
jika tak ada solusi nyata dari pemerintah. Pasalnya, pertumbuhan utang
Indonesia jauh lebih cepat dari pertumbuhan PDB. Padahal rasio aman
utang 60 persen PDB adalah berdasarkan dua kali rasio pajak
negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) atau Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.

“Rasio pajak negara-negara OECD adalah 30 persen, maka ditetapkan rasio
pajak 2 x 30 persen, sama dengan 60 persen. Indonesia bukan negara maju
yang rasio pajaknya tinggi. Rasio pajak Indonesia hanya 10 hingga 11
persen,” paparnya.

Artinya, lanjut RR, rasio aman utang Indonesia seharusnya adalah 2 kali
11 persen, alias 22 persen. “Sedangkan kini rasio utang Indonesia sudah
29,8 persen GDP. Jadi, rasio utang Indonesia, jelas sudah di atas batas
aman. Karena berdasarkan ratio Debt-Service/Export Revenue, batas
amannya hanya 20 persen,” paparnya.

Menurutnya. ancaman utang Indonesia, akan terus menggunung jika tak ada
solusi nyata dari pemerintah. Pasalnya, pertumbuhan utang Indonesia
jauh lebih cepat dari pertumbuhan PDB.

“Utang pemerintah Indonesia setiap tahun bertumbuh rata-rata 20 persen.
Sementara pertumbuhan PDB Indonesia hanya rata-rata 5 persen setiap
tahun. Sedangkan utang pemerintah bertumbuh 4 kali lebih cepat dari
pertumbuhan PDB,” ungkap RR.

Sementara kondisi saat ini, anggaran pembayaran bunga utang tahun 2020
mencapai Rp 295 triliun. Sementara pembayaran pokok utang Rp 351
trilliun. Artinya, total pokok dan bunga utang Indonesia mencapai Rp
646 triliun

Lebih lanjut RR mengemukakan dirinya sejak 1,5 tahun lalu sudah
mengkhawatirkan lima bubbles/gelembung yang akan semkin membessar.
Pertama, makro ekonomi, gagal bayar, daya beli, digital bizz, petani.
gelembung2 itu tjd pd periode bersamaan. implikasi sosial, ekonomi dan
politik besar. ironi ytg kuasa tak sadar

Krisis Ekonomi

Dihubungi terpisah, pengamat kebijakan publik dari Institute for
Strategic and Development (ISDS) Aminudin sependapat dengan ramalan RR
bahwa krisis ekonomi akan menghantam Indonesia. Bahkan, Aminudin
menyatakan, saat ini sudah terjadi krisis ekonomi di negeri ini. Hanya
saja tidak ada media mainstream yang membingkai berita krisis ekonomi
yang dihadapi Indonesia saat ini secara utuh agar diketahui oleh publik.

"Beruntung ada sebagian kecil pengamat ekonomi yang sadar Jokowi sudah
membuat Indonesia diambang krisis ekonomi yang lebih buruk dari tahun
1998. Tapi publik belum aware (sadar) apa yang terjadi," ujar Aminudin
kepada Harian Terbit, Senin (17/2/2020).

Menurutnya, indikasi Indonesia sudah dihantam krisis ekonomi, yakni,
banyak perusahaan mulai dari tekstil, retail, pabrik baja, semen,
pabrik-pabrik gula, perdagangan online, dan lainnya yang goyang dan
tutup serta melakukan PHK besar-besaran. 

Aminudin juga tidak sepakat dengan pernyataan bahwa krisis ekonomi juga
dialami negara lain. Alasannya, Yunani, Italia, Portugal juga sudah
bisa mengatasi atau recovery ekonomi negaranya. Oleh karena itu saat
ini krisis ekonomi hanya terjadi di Indonesia dan tidak terjadi di
Negara-negara lainnya. 

"Saat ini boleh dikatakan hanya Indonesia yang mengalami krisis
ekonomi. Karena Yunani, Italia, Portugal sudah bisa recovery ekonomi,"
jelasnya.

Aminudin menyebut, jika pemerintah tidak segera mencari solusi maka
akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 jika tak ada keajaiban atau upaya
yang dilakukan maka Indonesia bakal masuki masa sulit.  

“Seperti dikatakan ekonom Kwik Gian Gie sebagai fase ekonomi yang
menyakitkan. Dampak krisis ekonomi maka akan membuat para pengusaha
khawatir dan was-was,” paparnya.









menyakitkan. Dampak krisis ekonomi maka akan membuat para pengusaha
khawatir dan was-was,” paparnya.

Kirim email ke