Negatif katanya, tapi tetap saja meninggal.
-
Pasien Suspect Virus Corona di Semarang Meninggal
Reporter: 
Jamal A Nashr
Editor: 
Syailendra Persada
Rabu, 26 Februari 2020 06:37 WIB
Li Xiang, seorang petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memeriksa hasil 
pengujian di sebuah bangsal Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit/ICU) 
Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 22 Februari 
2020. Xinhua/Xiao Yijiu

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pasien yang menjalani perawatan isolasi di RSUP dr 
Kariadi Kota Semarang meninggal. Pasien suspect virus corona tu meninggal di 
ruang isolasi Intensive Care Unit pada Ahad, 23 Februari 2020.
Sebelumnya, pasien tersebut mengeluhkan gangguan pernapasan berat. Pasien 
berjenis kelamin laki-laki dan berumur 37 tahun itu juga memiliki riwayat 
perjalanan dari luar negeri yaitu baru kembali Spanyol dan transit di Dubai Uni 
Emirat Arab.
Dia berobat di RSUP dr Kariadi pada Rabu, 19 Februari 2020. Pasien itu lantas 
mendapat perawatan di ruang isolasi ICU. 
"Kami perlakukan kewaspadaan tinggi. Seperti pasien dengan emerging disease," 
kata Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP dr Kariadi, Nurdopo Baskoro, Selasa, 25 
Februari 2020.
Seperti diketahui, pasien yang dianggap suspect bukan berarti terkena penyakit. 
Berdasarkan standar WHO, suspect virus corona merujuk pada orang-orang yang 
mengalami gejala seperti influenza, demam tinggi disertai batuk dan sesak 
nafas. Selain itu, ia punya riwayat berpergian ke luar negeri khususnya negara 
yang sedang ada wabah virus corona.

Pasien yang masuk kategori suspect akan tetap diisolasi untuk diteliti sampel 
virusnya. Pengecekan sampel dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan 
Kementerian Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.Nurdopo mengatakan 
rumah sakit sudah mengirimkan sampel darah pasien ke Badan Penilitian dan 
Pengembangan Kementerian Kesehatan di Jakarta. Namun, Hasil lab tersebut baru 
keluar pada Senin, 24 Februari 2020, sehari setelah pasien meninggal.Baskoro 
menyebut, hasil lab itu mengatakan pasien negatif COBID-19 atau corona.
Setelah meninggal, pasien langsung dimakamkan. Menurut dia, hal itu sesuai 
prosedur penyakit emerging. 
"Karena saat meninggal belum ada kepastian penyebab, diperlukan kewaspadaan 
tinggi," kata Baskoro. Pasien itu dibersihkan di ruang ICU kemudian dibungkus 
rapat menggunakan peti.
"Keluarga yang memilih dimakamkan di mana. Saya sendiri yang mengedukasi 
keluarga dan menyampaikan prosedur terhadap pasien emerging. Peti tidak boleh 
dibuka dan maksimal empat jam segera dimakamkan. Kebetulan keluarganya orang 
kesehatan, sehingga saya mudah untuk memahamkannya," kata dia.

Kirim email ke