WHO:Tiongkok Tak Pernah Tutupi Informasi Wabah
http://indonesian.cri.cn/20200320/8c363ef2-c083-8cea-e006-8a3226986b08.html
2020-03-20 09:51:16
Sejak terjadinya wabah Covid-19, sejumlah politikus dan media AS dengan
tanpa alasan menuding “Tiongkok dengan sengaja menutupi keadaan wabah”
dan bermaksud melemparkan tanggung-jawab kepada Tiongkok. Akan tetapi,
Wakil WHO untuk Tiongkok, Gauden Galea, yang sendiri ikut serta dalam
penanggulangan wabah di Tiongkok baru-baru ini membongkar hoax tersebut.
Gauden Galea mengatakan, pada tanggal 31 Desember tahun lalu, yakni
malam menjelang ditutupnya Pasar Seafood Huanan Wuhan, WHO telah
menerima pemberitahuan non-resmi dari Tiongkok. Pada tanggal 1 Januari,
kantor perwakilan WHO di Tiongkok, kantor regional WHO dan markas besar
WHO telah mengadakan telekonferensi, kemudian WHO membentuk tim
tanggapan sebelum Tiongkok menyampaikan laporan resmi kepada WHO pada
tanggal 3 Januari. Pada tanggal 20 dan 21 Januari, wakil WHO untuk
Tiongkok telah mengadakan penyelidikan lapangan di Wuhan.
Hal-hal terinci pun diungkapkan Gauden Galea, dan ini menunjukkan bahwa
justru dengan informasi yang dibagikan dan dilaporkan Tiongkok, WHO baru
dapat dengan tepat melakukan analisa dan evaluasi terhadap wabah,
kemudian mengeluarkan peringatan dini global. Upaya dan kontribusi
Tiongkok tersebut berhasil membentuk garis pertahanan pertama bagi
pencegahan wabah di dunia.
Saat ini, penularan wabah telah sukses ditanggulangi di Tiongkok, pada
18 Maret, tak ada kasus pasien baru yang dilaporkan di Provinsi Hubei,
sedangkan wabah Covid-19 sedang terus merebak di AS.
Pada tahap awal wabah Covid-19, AS tidak mengambil sikap yang positif
dan aksinya pun terlambat. Pada awal bulan Maret ini, Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memutuskan tidak mengumumkan lagi
jumlah orang yang menjalani deteksi dan jumlah kasus erdiagnosa di
setiap negara bagian. Perbuatan itu justru melanggar prinsip
transparansi dan keterbukaan. Perbuatan AS yang menutupi informasi wabah
itu sedang dikritik luas oleh opini di dalam dan luar AS.
Situasi penanggulangan wabah global sangat serius saat ini, maka
solidaritas dan kerja sama barulah “senjata paling ampuh” bagi dunia
untuk mengatasi wabah.
Menghadapi Wabah, Politikus AS Hendaknya Lakukan Hal-hal Yang Tepat
http://indonesian.cri.cn/20200320/816faab9-dc55-32dc-e0c5-60b9341e1c8e.html
2020-03-20 09:49:22
Belakangan ini, pemimpin AS berkali-kali menyebutkan virus Covid-19
sebagai virus Tiongkok. Baik AS intern maupun komunitas internasional
mengkritik nada yang mempunyai kecenderungan Rasisme yang kentara
itu. Seiring dengan diungkapkannya masalah-masalah di bidang
pengendalian wabah di AS, semakin banyak orang menemukan, sejumlah
politikus AS tidak melakukan hal apa yang tepat di bidang penanggulangan
wabah.
Pada tanggal 11 Maret, seiring dengan meningkatnya mendadak wabah,
pemimpin AS mengatakan akan mengambil aksi yang paling positif dan
menyeluruh untuk melawan virus asing dalam sejarah modern. Pada tanggal
16 Maret, ketika ditanya bagaimana menilai kinerjanya sendiri dalam
penanggapan wabah, pemimpin AS tak ragu-ragu memberikan angka penuh.
Sampai sekarang, di 50 negara bagian AS dan Washington, D.C. semuanya
ditemukan kasus terinfeksi Covid-19. Meskipun suku bunga diturunkan
terus dan di telah diambil kebijakan pelonggaran kuantitatif , namun
investor-investor ternyata kurang percaya akan tindakan-tindakan yang
diambil pemerintah AS untuk melawan wabah. Bursa AS bahkan mengalami
circuit breaker empat kali dalam 8 hari transaksi. Bagi pemimpin AS yang
selalu memandang bursa efek sebagai kinerja utama pemerintah, anjlok
terus indeks bursa AS baru adalah hal yang mengecewakan karena itu
berhubungan langsung dengan suara pemilihan. Hal ini pun memcerminkan
logika tanpa belas kasihan dalam penanggapan wabah AS, yakni modal lebih
penting daripada nyawa.
Untuk menutup-nutupi tanggapan kurang tegas dalam penanggulangan wabah,
mengaburkan fokus perhatian massa, dan mengalihkan tekanan opini umum,
AS memperbesar serangan dan stigmatisasi terhadap Tiongkok dengan tak
peduli moral.
Justru pengelakan tanggung jawab dan kesombongan mutlak bukan resep
penanggulangan wabah bagi AS, perbuatan dan pernyataan Rasisme serta
sentimen Xenophobia tidak bermanfaat bagi kerja sama komunitas
internasional dalam penanganan krisis kesehatan publik. Menghadapi musuh
bersama manusia, politikus AS hendaknya melakukan hal-hal yang
bermanfaat bagi kesehatan publik.