Bung Arke,
Mungkin tertarik untuk baca ini : Liao-Fan's Four Lessons
http://www.buddhanet.net/pdf_file/liaofan.pdf
Ada pendeta Buddhist yang menjelaskan pada Liao Fan,
tentang nasib orang yang ditentukan oleh Karma, oleh
perbuatan masa lalu. Tetapi nasib orang itu bisa berubah,
jadi lebih jelek dari yang ditentukan oleh Karma karena
berbuat jahat, dan nasib bisa jadi jauh lebih baik karena
berbuat baik. Ternyata dia dapat mengubah nasibnya
dari ramalan pendeta Taoist yang tepat ramalannya
dengan mengikui petunjuk pendeta Buddhis.
Liao Fan menulis pengalamannya untuk membimbing
anaknya. Kalau menurut ramalan pendeta Taoist mestinya
dia mati umur 53 tahun dan tidak punya anak. Tetapi dia
dapat mengubah nasibnya.
Ini 4 Lessons dari Liao Fan ternyata juga diajarkan di
Buddhis Tsu Zhi .
Salam,
Djie

Op za 21 mrt. 2020 om 17:40 schreef 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
>
>
> --
> j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
>
> https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1782-tuhan-tidak-gaptek
>
> Sabtu 21 Maret 2020, 05:10 WIB
>
> Tuhan tidak Gaptek
>
> Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial
>  
> Tuhan tidak Gaptek
>
> Dok. MI/Ebet
> Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group .
>
> PERTARUNGAN ilmu pengetahuan dan agama sudah berusia uzur.
>
> Dalam tradisi Islam, ilmu pernah bertarung dengan teologi Jabariah.
> Teologi Jabariah yang lahir pada abad ke-2 Hijriah ini mengajarkan
> fatalisme atau predestination. Fatalisme ialah ajaran bahwa semua yang
> terjadi di muka bumi ini atas kehendak-Nya. Manusia tidak bisa mengubah
> keadaan kecuali pasrah, menerima begitu saja serupa adanya. Bila, misalnya,
> pejabat penganut Jabariah merampok duit rakyat dan ditanya KPK mengapa
> korupsi, dia akan menjawab, "Tuhan telah menetapkan aku sebagai koruptor."
>
> Filsafat, ilmu segala ilmu, mengajarkan pilihan bebas, bahwa manusia
> merdeka memilih dan menentukan yang terbaik buat diri dan sekitarnya. Ilmu
> agama juga mengajarkan bahwa Tuhan memberi kemerdekaan kepada manusia untuk
> memilih, meski bukan hal sulit bagi-Nya untuk menjadikan manusia sebagai
> presiden atau rakyat, dokter atau pasien, KPK atau koruptor, pengemudi ojek
> daring atau pengemudi ojek pangkalan.
>
> Dalam tradisi kristianitas, pertarungan ilmu pengetahuan dan agama terjadi
> ketika ilmuwan Galileo Galilei berhadapan dengan otoritas gereja. Pada
> 1633, Galileo disidangkan gereja karena berteori bumi itu bulat. Gereja dan
> umat kala itu meyakini seyakin-yakinnya, haqul yaqin, bumi itu datar.
> Galileo dipaksa mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman tahanan rumah.
> Galileo di-lockdown atau dikarantina di rumah bukan karena virus korona,
> melainkan karena virus keyakinan agama.
>
> Kita kini menyaksikan kembali pertarungan agama dan ilmu pengetahuan di
> medan pertempuran melawan penyebaran virus korona. Pertarungan itu
> tergambar ketika pemerintah dan otoritas agama membatasi ibadah demi
> menahan laju penyebaran korona.
>
> Yang dibatasi sesungguhnya bukan ibadah, melainkan kerumunannya. Ilmu
> pengetahuan mengatakan virus korona menyebar atau menular ketika terjadi
> kontak fisik dan sosial terlampau dekat. Salah satu upaya menghadang
> penyebaran virus korona ialah dengan menjaga jarak sosial, social
> distancing.
>
> Fakta menunjukkan virus korona di Singapura dan Korea Selatan berawal dari
> kebaktian di gereja. Di Iran, virus korona berjangkit pertama kali di Qom,
> kota suci tempat berziarah penganut Syiah. Tiga warga negara Indonesia asal
> Sumatra Utara positif terjangkit korona setelah mengikuti tablig akbar di
> Malaysia.
>
> Oleh karena itu, yang dibatasi ialah ibadah yang berkerumun, seperti salat
> Jumat atau kebaktian. Dibatasi bukan dilarang sama sekali, melainkan
> ditunda atau diganti dengan mekanisme ibadah yang meniadakan kerumunan.
> Salat Jumat diganti salat zuhur. Kebaktian di gereja diganti dengan
> kebaktian online atau daring. Toh, Gusti Allah bukan cuma 'mboten sare,'
> tidak tidur, melainkan juga 'mboten gaptek,' tidak gaptek. Kata Pendeta
> Gomar Goeltom, "Allah kita bukanlah Allah yang gagap teknologi."
>
> Akan tetapi, masih banyak orang yang mengatasnamakan agama mencoba melawan
> ilmu pengetahuan. Mereka serupa penganut teologi Jabariah yang fatalistis
> itu.
>
> Coba simak status seseorang di laman Facebook-nya: 'Tetaplah berjamaah di
> masjid!! Jangan mau ditakut-takuti dengan ancaman virus Corona. Masjid
> adalah rumah Allah SWT dan virus Corona adalah ciptaan Allah SWT. Di sini
> logika keimanan kita diuji. Kalau kalian bener2 beriman untuk apa takut?
> Allah SWT yang mengatur semua itu. Dan apabila ajal kita dijemput di
> masjid... insha Allah akan dimatikan dalam keadaan Husnul Khatimah'.
>
> Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya tidak bikin keputusan pegawai kantor wali
> kota bekerja di rumah serta tidak meliburkan sekolah. Ia beralasan,
> "Namanya penyakit dari Tuhan. Seperti kita tidak percaya lagi kepada Tuhan.
> Toh, penyakit itu diberi oleh Tuhan, dicoba oleh Tuhan."
>
> Masih banyak jemaat Gereja Katedral, Jakarta, yang menghadiri misa atau
> ibadah Minggu, 15 Maret 2020. Mereka beralasan tetap sehat. Mereka seperti
> tidak khawatir karena Tuhan menjamin kesehatan dan keselamatan mereka.
>
> Agama sejak lama sesungguhnya telah mengakomodasi dan mengakui kebenaran
> ilmu pengetahuan. Agama dalam banyak hal sejalan dengan ilmu pengetahuan.
> Agama telah melakukan 'gencatan senjata' dengan ilmu pengetahuan. Pemuka
> agama atau ulama telah berdamai dengan pemuka ilmu atau ilmuwan.
>
> Meski baru pada 1990-an atau lebih dari 350 tahun kemudian gereja mengakui
> kebenaran teori bumi bulat yang dibikin Galileo dan merehabilitasi namanya.
> Gereja tidak lagi percaya bumi itu datar. 'Kaum bumi datar' menjadi julukan
> bagi kaum beragama yang tidak mengakui kebenaran ilmu pengetahuan..
>
> Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan MUI telah
> meminta pendapat ahli terkait dengan penyebaran virus korona sebelum
> menerbitkan fatwa anjuran mengganti salat Jumat dengan salat zuhur di
> rumah. Anwar Abbas mengatakan MUI akan mencabut fatwa tersebut bila ada
> virolog atau ahli virus yang bisa meyakinkan bahwa berkumpul di masjid
> tidak berpotensi menyebarkan virus korona.
>  
>
> 
>

Kirim email ke