-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/kolom/d-4968355/mengaktifkan-vaksin-sosial-kita?tag_from=wp_cb_kolom_list




Kolom

Mengaktifkan Vaksin Sosial Kita

Franciscus Apriwan - detikNews
Selasa, 07 Apr 2020 15:30 WIB
SHARE URL telah disalin
ilustrasi corona
Ilustrasi: Instagram/@alirezapakdel_artist
Jakarta -
Virus corona telah menyebar di hampir seluruh dunia. Saat ini kita sedang 
berpacu dengan waktu untuk dapat memperkecil dampak yang ditimbulkan. Salah 
satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan membangun resiliensi melalui 
vaksin sosial.

Resiliensi dapat dimengerti sebagai ketahanan suatu sistem saat mengalami 
guncangan. Pengertian ini mengandung asumsi bahwa suatu sistem perlu bergerak 
secara dinamis untuk merespons gangguan dan ancaman. Gerak dinamis suatu sistem 
akan menentukan kemampuan adaptasi suatu komunitas. Dalam ilmu sosial terutama 
antropologi, konsep resiliensi banyak digunakan untuk menjelaskan kemampuan 
komunitas dalam memitigasi bencana dan bangkit melampaui situasi-situasi sulit.

Kepala BNPB Doni Monardo menyebut penyebaran wabah Covid-19 ini sebagai bencana 
non-alam. Berbeda dengan bencana alam yang dampaknya segera dapat dicermati 
indera manusia, wabah Covid-19 tidak dapat diamati dengan mata telanjang. 
Selain para pasien yang positif, ilmuwan, dan tenaga medis yang menggunakan 
alat bantu, bencana virus ini nyaris tidak bisa dirasakan oleh indera manusia.

Ketidakmampuan kita untuk melihat dan merasakan virus ini membuat kita ragu 
untuk segera bertindak dan cenderung menganggap remeh. Bahkan ada beberapa 
kelompok masyarakat yang merasa tidak terjadi apa-apa sehingga tetap melakukan 
aktivitas seperti biasa. Padahal sampai dengan hari ini, WHO belum menyatakan 
ada obat dan vaksin yang terbukti mujarab untuk virus ini.

Dalam situasi yang tidak menentu, warga secara mandiri mencari informasi dari 
orang-orang sekitarnya. Warga berdaya untuk mengumpulkan informasi dari 
tetangga, teman, keluarga, internet dan grup-grup percakapan WhatsApp. Pada 
kesempatan itulah warga menjadi rawan terjerumus berita yang tidak akurat dan 
hoax. Tentu ini sangat merugikan dan menimbulkan kepanikan.

Warga yang panik kemudian segera membeli masker, antiseptik, dan barang 
kebutuhan sehari-hari untuk berjaga-jaga pada situasi terburuk. Belakangan 
dampak dari kepanikan itu juga membuat beberapa orang membasmi kelelawar yang 
dianggap dapat membawa virus corona di wilayahnya.

Kurangnya informasi membuat kita sulit menetapkan status yang terjadi di 
sekitar kita. Beberapa kelompok masyarakat merasa tidak perlu bereaksi dan 
mengubah kebiasaan sehari-hari. Sementara kelompok lainnya justru bereaksi 
secara berlebihan dengan memborong berbagai bahan kebutuhan. Dua jenis reaksi 
itu membuat sistem kita menjadi semakin rentan.

Dalam situasi yang rentan, informasi bohong dan tidak akurat mendorong 
resistensi masyarakat pada langkah-langkah penanganan wabah. James Fairhead 
pada 2016 merilis publikasi yang menjelaskan resistensi masyarakat Republik 
Guinea pada upaya penanganan ebola. Salah satu penyebab resistensi itu karena 
penanganan ebola tidak sesuai dengan praktik tradisi masyarakat setempat. 
Silang sengkarut informasi yang tidak akurat semakin menjauhkan warga untuk 
berpartisipasi dalam penanganan wabah.

Akhir-akhir ini harapan mulai muncul. Pemerintah daerah yang memiliki sense of 
crisis segera membuat langkah antisipasi. Beberapa pemerintah daerah secara 
hampir serentak membuat kanal-kanal informasi untuk publik. Ini langkah yang 
sangat baik karena warga di masing-masing daerah dapat memperkirakan dan 
mengukur eskalasi dampak yang disebabkan oleh persebaran virus ini.

Melalui kanal-kanal informasi itu kita berharap agar semua pihak bisa 
mendapatkan ritme yang hampir sama dalam menghadapi virus corona ini. Jangan 
sampai tenaga medis sudah sekuat tenaga tapi pihak-pihak yang lain masih 
menunda untuk bertindak. Dalam kondisi yang genting, insting manusia untuk 
bertahan hidup bisa muncul. Momen genting itu perlu kita dorong menjadi laku 
produktif untuk membendung persebaran virus ini dan mengalahkannya.

Vaksin Sosial

Keterbukaan informasi memungkinkan kita untuk mengakumulasi informasi dalam 
membangun pengetahuan terhadap virus corona. Informasi-informasi itu juga 
membantu warga dalam memahami betapa mudahnya virus ini menular dari satu orang 
ke orang lain terutama dalam kerumunan.

Pemahaman yang baik dapat mendorong partisipasi warga untuk bersama-sama 
meminimalisasi jatuhnya korban jiwa. Partisipasi itu dapat berupa kesadaran 
untuk mengubah pola dan kebiasaan sehari-hari. Sekarang kita harus hidup lebih 
higienis, menjaga jarak sosial, dan secara disiplin mengikuti prosedur 
kesehatan yang diarahkan oleh para ilmuwan dan pemerintah.

Proses perubahan ini berat, namun dengan informasi yang terbuka dan memadai, 
kita akan lebih mudah memunculkan kesadaran bersama untuk menangani virus. 
Barangkali saat ini kita bisa mulai membuat komunitas kecil yang terdiri dari 
dua keluarga yang sama-sama sepakat dan disiplin menjalankan pembatasan sosial 
dengan orang lain. Komunitas kecil ini bisa saling membantu dalam masa-masa 
krisis dengan tetap aman. Partisipasi warga ini dapat menjadi vaksin sosial 
untuk menanggulangi pandemik.

Virus corona menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandemik dalam waktu kurang 
dari empat bulan. Saat ini kita sedang melawan virus yang menular sangat cepat. 
Sementara itu, kita juga berhadapan dengan keterbatasan tenaga medis dan 
kapasitas rumah sakit. Pada saat tenaga medis dan ilmuwan bekerja dengan keras, 
kita bisa menggunakan vaksin sosial untuk memperkecil kemungkinan menularkan 
dan tertular virus.

Vaksin sosial bisa memberi kesempatan para tenaga medis dan ilmuwan di 
masa-masa krusial penanganan virus. Sambil menanti vaksin virus ditemukan, kita 
bisa mengaktifkan vaksin sosial ini.

Selain mendorong partisipasi warga, informasi penanganan virus corona di 
tingkat lokal dan daerah dapat menjadi data yang berharga bagi penanganan virus 
ini di tingkat dunia. Banyak lembaga kesehatan dunia memanfaatkan data yang 
kita unggah untuk menghitung dampak dan peluang yang kita miliki. WHO setiap 
hari mengumpulkan data dari berbagai tempat untuk melaporkan kondisi terkini 
disertai protokol-protokol yang diperlukan. Informasi itu dapat digunakan oleh 
para pemimpin dunia untuk memimpin penanganan wabah ini secara bertanggung 
jawab.

Informasi mengenai wabah ini juga menjadi amat berguna bagi para ilmuwan untuk 
mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi. Kita perlu terus mengolah informasi 
secara terbuka dan memulai langkah kooperatif antarnegara untuk bersama-sama 
menanggulangi krisis.

Hari ini sistem kita sedang diuji. Virus corona berhasil menunjukkan pada kita 
bahwa sistem yang kita miliki masih rentan terhadap bencana wabah. Prosedur 
birokrasi yang rumit membuat distribusi informasi tersendat dari satu meja ke 
meja lain. Mitigasi bencana kita tidak taktis terutama pada awal masa krisis. 
Selain itu, sistem mitigasi ini masih eksklusif dan sektoral. Kita sedang butuh 
bantuan lebih banyak pihak untuk menanggulangi virus corona. Oleh karena itu 
dalam masa krisis ini kita perlu membuka diri untuk mencoba langkah-langkah 
kooperatif antarlembaga, pemerintah daerah, dan negara-negara internasional 
lainnya.

Dalam rangka membuat vaksin sosial ini, kita perlu berkolaborasi dan menggalang 
solidaritas dunia. Penanganan di tingkat lokal dapat melibatkan para ahli 
berpengalaman dari berbagai negara. Begitu pula kita juga dapat berkontribusi 
untuk mengantisipasi persebaran virus ini di tingkat global. Resiliensi itu 
perlu kita bangun dari kerja sama antarnegara dan bahkan bersama-sama dengan 
warga dunia lainnya. Vaksin sosial ini dapat meningkatkan resiliensi kita 
terhadap virus corona.

Pada situasi seperti ini kita patut belajar untuk dapat membangun resiliensi 
sosial terhadap bencana wabah yang tak kasat mata semacam ini. Virus ini telah 
memaksa kita untuk membuat jarak sosial, namun di saat yang sama kita bisa 
mulai membangun pembayangan sebagai komunitas besar warga dunia yang penuh 
solidaritas.

(mmu/mmu)
virus corona
wabah corona
covid-19
coronavirus indonesia





Kirim email ke