https://www.gatra.com/detail/news/477624/ekonomi/ancaman-krisis-pangan-akibat-corona-begini-kata-marwan-


 Ancaman Krisis Pangan Akibat Corona, Begini Kata Marwan

Gatra.com | 02 May 2020 13:07

Jakarta, Gatra.com – Krisis pangan akibat dari wabah Covid-19 mengancam
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, sejumlah daerah sudah
mulai defisit pasokan bahan pangan.

Beberapa waktu lalu pada forum rapat terbatas kabinet via video
teleconference Presiden Joko Widodo menggarisbawahi peringatan dari Food
and Agricultural Organization (FAO) bahwa pandemi Covid-19 bisa berdampak
pada kelangkaan atau krisis pangan dunia, tak terkecuali Indonesia.

Dalam kesempatan itu Presiden juga menyampaikan, sejumlah daerah di
Indonesia sudah mengalami defisit pasokan bahan pokok seperti beras,
jagung, cabai, bawang merah, telor ayam, gula pasir dan bawang putih.
Khusus beras, defisit pasokan sudah terjadi di 7 provinsi. gula pasir 30
provinsi dan bawang putih di 31 provinsi dan lalinya.

Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar menyatakan, pihaknya sangat
mendukungan upaya pemerintah untuk menghalau ancaman krisis pangan di
Indonesia di tengah pandemi Corona.

“Tampaknya, inilah momentum untuk memperbaiki atau meningkatkan peran atau
fungsi kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab memproduksi,
menyimpan dan mendistribusikan pangan bagi segenap rakyat Indonesia,” kata
Marwan,melalui peryataan tertulisnya yang diterima Gatra.com, Sabtu (2/5).

Mantan Menteri Desa-PDTT ini mengingatkan terkait perintah presiden kepada
jajaran pemerintah untuk melakukan manajemen pangan secara baik, termasuk
tugas Perusahaan Umum (Perum) Badan Usaha Logistik (Bulog) untuk menyerap
gabah petani dan menjaga stabilitas harga beras secara nasional.

Marwan Jafar menyarankan, guna memaksimalkan peran Bulog perlu dibentuk
Badan Pangan Nasional sebagai salah satu langkah antisipasi ancaman krisis
pangan di tengah makin mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Ia menjelaskanya, Badan Pangan Nasional ini akan berfungsi sebagai
regulator, dan Bulog bisa berperan sebagai operator.

“Terkait ketahanan pangan, keduanya juga berpeluang besar mengoptimalkan
masalah produksi dan distribusi bahan pangan potensial selain beras seperti
jagung, umbi-umbian, kedelai dan lain-lain,” kata Marwan.

Ia juga mengingatkan, di era liberalisasi pasar pangan sekarang, selain
peran besar lembaga-lembaga pemerintah, bukan rahasia lagi kalau ada
penguasa lain pasar yang disebut middleman, pedagang perantara hingga
pelaku kartel dan mafia.

“Pembentukan lembaga baru juga dapat memperbaiki tata niaga ketahanan yang
lebih fair dan wajar serta pengendalian ekspor-impor dan sistem kuota,”
ujarnya.

Disisi lain kata dia, dengan adanya lembaga baru, maka berpeluang untuk
dapat bekerja sama dan memiliki posisi tawar-menawar cukup kuat dengan
lembaga internasional seperti FAO serta dalam konteks saling menguntungkan.
------------------------------
Editor: Andik Sismanto

Kirim email ke