-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://news.detik.com/kolom/d-5019322/keajaiban-bali-hadapi-pandemi?tag_from=wp_cb_kolom_list




Kolom

Keajaiban Bali Hadapi Pandemi

Martin Susanto - detikNews
Senin, 18 Mei 2020 13:44 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
Pembatasan kegiatan sosial non-PSBB di pasar di Denpasar, Bali. (Istimewa)
Pembatasan kegiatan sosial non-PSBB di pasar di Denpasar, Bali (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Sejak Desember 2019, Virus Corona (Covid-19) telah menginfeksi 3.747.313 jiwa 
manusia dan menyebabkan kematian pada 258.962 jiwa. Sebanyak 1.250.602 jiwa 
manusia dilaporkan telah sembuh dari penyakit virus korona ini.

Saat ini, Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan jumlah pasien positif 
Covid-19 terbanyak di dunia sebesar 1.238.052 kasus atau sepertiga dari total 
kasus dunia. Untuk angka mortalitas, kematian terbesar terjadi di Amerika 
Serikat dan Italia di mana Covid-19 sudah merenggut nyawa masing-masing 72 ribu 
dan 29 ribu jiwa.

Sedangkan Vietnam dan Rwanda tercatat sebagai negara dengan persentase 
mortalitas terendah di dunia yaitu 0%, dan China merupakan negara dengan 
persentase kesembuhan tertinggi di dunia yaitu 94,0%.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan persentase mortalitas tertinggi di 
dunia yaitu sebesar 7,1% (setelah sempat mencapai puncak 9,3%). Persentase 
kesembuhan Indonesia berada di kisaran 18,6%. DKI Jakarta merupakan provinsi 
paling terdampak dengan jumlah pasien positif Covid-19 terbanyak sebesar 4709 
kasus, dengan kematian 420 kasus dan kesembuhan 713 kasus.

Corona di Bali

Hingga 6 Mei 2020, tercatat sebanyak 277 kasus positif corona ditemukan di 
Provinsi Bali. Angka mortalitas sebesar 4 kasus. Sebanyak 166 pasien telah 
dinyatakan sembuh. Dengan demikian, persentase kesembuhan Provinsi Bali 
(sebesar 59,9%) kini melebihi persentase kesembuhan rata-rata nasional (18,6%). 
Bali secara luar biasa mempunyai persentase kesembuhan tertinggi dan persentase 
mortalitas terendah di Indonesia saat ini.

Sejak pemerintah melaporkan dua kasus pertama di Depok pada 2 Maret 2020, 
pemerintah Bali (meliputi pemerintah provinsi, kabupaten, beserta jajarannya) 
langsung "tancap gas sejak hari pertama" mempersiapkan berbagai kebijakan, 
peraturan, imbauan, standar operasional prosedur (SOP), dan sistem untuk 
mengantisipasi serangan virus ini.

Pemerintah Bali terlihat sangat mengetahui betul bahwa daerah tujuan wisata 
seperti Badung, Denpasar, Gianyar, dan Buleleng merupakan daerah yang paling 
berisiko karena tingginya kunjungan turis manca negara. Berbagai tindakan 
antisipatif langsung dilakukan seperti penutupan daerah-daerah tujuan wisata 
dan membuat rumah sakit rujukan Covid-19 di empat kabupaten tersebut.

Langkah-langkah berikutnya yang lebih krusial antara lain imbauan berdiam di 
rumah (stay at home), bekerja dari rumah (work from home), jaga jarak 
antarwarga sejauh satu meter (physical distancing), sekolah-sekolah diliburkan 
(study from home), dan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (seperti 
mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker) dengan menyasar seluruh pelosok 
desa-desa pulau ini. Bahkan istilah-istilah tersebut sudah menjadi populer di 
kalangan anak-anak yang masih kecil.

Provinsi Bali pun merupakan pelopor layanan konsultasi telepon Call Centre 
Covid-19 yang kini sosialisasinya telah dilakukan dengan masif di Badung dan 
Denpasar. Dengan adanya Call Centre Covid-19, warga bisa berkonsultasi tentang 
kondisi kesehatannya via telepon. Operator Call Centre Covid-19 akan melakukan 
skrining keluhan untuk memutuskan apakah seseorang merupakan orang dalam 
pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), atau bukan keduanya.

Jika diputuskan ODP, maka warga yang menelepon tadi wajib isolasi diri selama 
14 hari dan memeriksakan kesehatan ke puskesmas terdekat jika ada keluhan. Jika 
diputuskan PDP, maka akan dilanjutkan dengan layanan penjemputan PDP oleh 
ambulans Tim Reaksi Cepat Covid-19. Sehingga saat gejala ringan, para PDP ini 
sudah bisa langsung diperiksa di RS rujukan.

Langkah lanjutan pemerintah Bali yang juga sangat menentukan antara lain 
larangan kerumunan, pembatasan upacara keagamaan, serta pengetatan pemeriksaan 
kesehatan di jalur udara, darat dan laut. Terbaru, semua orang yang masuk ke 
Bali wajib menjalani isolasi diri selama 14 hari. Segala kebijakan tersebut 
benar-benar mengandalkan sinergitas dan koordinasi antara pemerintah provinsi, 
pemerintah daerah, hingga kepala dusun beserta tokoh masyarakat dalam 
penerapannya di lapangan.

Di samping itu semua, tentunya apresiasi perlu diberikan kepada semua dokter, 
perawat, dan paramedis karena telah memberikan pelayanan promotif, preventif, 
kuratif dan (bahkan) rehabilitatif dengan kualitas tingkat tinggi. Hal itu 
tercermin dari tingginya persentase kesembuhan dan rendahnya persentase 
mortalitas di provinsi ini.

Ekonomi Pariwisata

Akibat wabah Covid-19 ekonomi pariwisata Bali diprediksi mendapat hantaman 
kerugian senilai triliunan rupiah. Namun di balik krisis ini, ternyata terdapat 
kesempatan besar bagi Pulau Bali, yaitu sebuah kesempatan untuk mengembangkan 
dan menggali potensi-potensi pariwisata medis (medical tourism).

Jauh-jauh hari sebelum wabah ini terjadi, pemerintah provinsi telah berulang 
kali menggaungkan keinginan untuk memajukan pariwisata medis di Bali. Berbagai 
rencana telah disampaikan antara lain promosi wisata medis murah bagi wisatawan 
asing, membangun Taman Usada di Kabupaten Bangli, budidaya pijat tradisional 
Bali, dan ramuan tradisional loloh cemcem, bahkan menghidupkan kembali ilmu 
pengobatan tradisional tertua usada sari.

Usada sari disebut-sebut sebagai seni pengobatan tradisional tertua di 
Indonesia, seperti halnya akupuntur di China dan ayurweda di India.

Menghidupkan usada sari, pijat tradisional Bali, dan budidaya ramuan loloh 
cemcem tentunya bukan bertujuan untuk menyaingi apalagi menggantikan kemajuan 
dunia kedokteran. Diharapkan kearifan lokal ini mampu meng-elevate perkembangan 
ilmu dan teknologi kedokteran Bali menjadi lebih mantap. Tentunya diharapkan 
sinergi antara kearifan lokal dengan berbagai bidang ilmu tersebut, seperti 
spesialisasi farmakologi, farmasi, teknik kimia, dan lain-lain.

Di samping itu, Provinsi Bali mempunyai berbagai rumah sakit bertaraf 
internasional yang telah berpengalaman menangani pasien-pasien dari manca 
negara. Berulang kali Pulau Bali telah dipuji karena biaya berobat kesehatan 
yang jauh lebih murah daripada negara-negara Eropa, namun dengan kualitas 
pelayanan yang juga mumpuni.

RSUP Sanglah sebagai episentrum kesehatan merupakan rumah sakit terbesar di 
Pulau Bali. RSUP Sanglah juga merupakan rumah sakit tipe A pusat rujukan untuk 
Indonesia bagian timur. Rumah sakit ini telah berpengalaman menghadapi berbagai 
wabah seperti SARS, flu burung, flu babi, dan kini Covid-19. Penanganan 
kasus-kasus di rumah sakit ini dilakukan langsung oleh dokter-dokter kompeten 
yang juga merupakan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Selain dikaruniai kekayaan wisata alam, keluhuran budaya, dan eksotisme sepak 
bola, Pulau Bali juga diberkahi salah satu sistem kesehatan terbaik di 
Indonesia. Dengan keberhasilan menampilkan angka kesembuhan yang tinggi dan 
angka mortalitas yang rendah, tentunya inilah momentum terbaik bagi Pulau Bali 
untuk menjadi kekuatan baru di dunia kesehatan.

Di saat negara-negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Thailand mampu mencuri 
perhatian sebagai negara-negara dengan angka kematian rendah terkait Covid-19, 
ternyata Pulau Bali juga mampu mempesona khalayak dunia. Banyak hal positif 
untuk dipelajari dari "keajaiban" Bali di tengah pandemi dan keterpurukan 
ekonomi pariwisata, yaitu ketika pemerintah menyatu dengan masyarakat, maka 
krisis bisa diatasi dan dilalui bersama.

Di tengah euforia terkait tinggi kesembuhan Covid-19 saat ini, saya tetap 
mengimbau saudara-saudara di Provinsi Bali untuk senantiasa menjaga kesehatan, 
stay at home, work from home, biasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 
disiplinkan physical distancing, serta isolasi diri 14 hari jika ada keluhan 
demam dan batuk dengan riwayat perjalanan ke daerah yang terdampak atau riwayat 
kontak risiko rendah dengan penderita. Karena studi terakhir di China, 14 
persen dari orang-orang yang telah dinyatakan sembuh ternyata bisa kembali 
terjangkit Covid-19.

dr. Martin Susanto alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 
bekerja sebagai Dokter Umum PNS Pemerintah Kabupaten Badung, Bali

(mmu/mmu)
pandemi
corona
covid-19
bali






Kirim email ke