Yang saya ketahui budaya Tionghoa untuk "MENYIMPAN", hidup dengan
cadangan itu merupakan tradisi sudah ribuan tahun! Begitulah mereka
hidup, ... selalu menyisihkan sebagian pemasukannya untuk digunakan saat
krisis! Begitu mereka melangkah hidupnya saat menghadapi Perang Dingin,
selalu harus menyiapkan bahan makanan-pokok nya dalam gudang. Sebagai
persiapan mengatasi bencana alam yang dihadapi dan kalau-kalau meletus
perang! Termasuk menyimpan makanan untuk melewati musim dingin!
Begitulah saat tiba di Beijing memasuki musim dingin pertama, disamping
bergembira bisa melihat hujan salju pertama dalam hidup, juga merasa
aneh dengan warga dikota Beijing itu menyimpan sayur-sayuran didalam
tanah! Rupanya mereka harus berjuang untuk hidup menghadapi alam yang
KERAS! Beberbagai jenis pengawetan bahan pangan dilakukan, salah satunya
yang terkenal, daging babi diasap, disusis kering (yang biasa disebut
lapchiang), begitu juga dengan daging bebek dan ayam, ... lalu juga ada
sayuran diasin dan ada yang dikeringkan. Lalu, ... disaat teknologi
belum bisa memecahkan pengawetan, gunakan kulkas pendingin, ternyata
warga Tiongkok di Beijing itu juga PANDAI memanfaatkan alamnya itu!
Mereka membuat lubang2 ruangan besar dibawah tanah yang dijadikan gudang
pendingin, lalu darimana es-balok itu? Mereka ambil dari danau, kanal
yang airnya membeku, digergaji dan dimasukkan dalam lubang gudang
pendinginan sayur-sayur, buah2an segar itu!
Entah sekarang cara penyimpanan sayur-sayuran begitu. Kemungkinan besar
sudah tidak lagi, karena semua sayur-buah bisa dipelihara diruang yang
dihangatkan, jadi bisa panen setiap saat, ... atau import dari negara
lain saja!
-------- 轉寄郵件 --------
主旨: [GELORA45] Antisipasi Krisis Pangan, China Timbun Daging Babi
hingga Beras
日期: Thu, 21 May 2020 17:44:14 +0200
從: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]
<GELORA45@yahoogroups.com>
--
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5023808/antisipasi-krisis-pangan-china-timbun-daging-babi-hingga-beras?tag_from=wp_nhl_12
Kamis, 21 Mei 2020 22:00 WIB
*Antisipasi Krisis Pangan, China Timbun Daging Babi hingga Beras*
Vadhia Lidyana - detikFinance
Ilustrasi bendera China/ebcitizen.com Foto: Internet/ebcitizen.com
Jakarta -
Gangguan distribusi dan logistik dalam ekspor dan impor, terutama untuk
komoditas pangan akibat pandemi virus Corona (COVID-19) menimbulkan
ketakutan bagi penduduk China akan krisis pangan. Oleh sebab itu, Negeri
Tirai Bambu tersebut melakukan impor besar-besaran atas komoditas daging
babi, sapi, dan unggas, serta menimbun cadangan beras dalam negeri.
Dikutip dari CNBC, Kamis (21/5/2020), China yang memiliki lahan subur
terbatas tengah menghadapi tekanan akan pasokan karena harga-harga
komoditas pangan melonjak di tengah pandemi.
Tingkat inflasi dari komoditas pangan pun melonjak. Pada Selasa, (19/5)
lalu, China mengumumkan harga pangan di bulan April 2020 naik 14% secara
year on year (yoy). Namun, di bulan Maret kenaikannya justru lebih
tinggi yakni 18% yoy. Sementara untuk komoditas non-makanan naik hanya
0,4% pada bulan April.
Baca juga: RI Impor Barang Penanganan Corona Rp 1 T, Terbanyak dari China
Harga daging babi pada April 2020 naik 97%. Namun, tren kenaikan harga
daging babi ini sudah terjadi sejak awal 2019 karena epidemi demam babi
Afrika yang memusnahkan sejumlah ternak babi di China.
China adalah konsumen daging babi terbesar di dunia karena komoditas
tersebut merupakan protein hewani pokok. Oleh sebab itu, dalam 4 bulan
belakangan ini impor daging di China naik hingga 82% dibandingkan tahun
2019. Angka tersebut termasuk impor daging babi, sapi, dan unggas.
Mengenai beras, China adalah produsen biji-bijian pokok terbesar di
dunia. Sebagian besar pasokan berasnya diamankan untuk konsumsi dalam
negeri. Namun, fenomena panic buying menyebabkan dorongan besar untuk
mengimpor beras demi mengamankan cadangan nasional.
Pada April lalu, pemerintah China mengatakan akan meningkatkan pembelian
beras. Pemerintah China juga memastikan untuk saat ini stok beras aman.
Sementara, pasokan kedelai dalam negeri tengah mengalami tekanan. China
juga merupakan importir terbesar kedelai yang dibutuhkan di dalam negeri
untuk diolah menjadi minyak goreng dan pakan ternak.
Baca juga: Australia Akan Adukan China ke WTO soal Tarif Impor Gandum
Menurut data bea dan cukai China, pada bulan April impor kedelai turun
12% dari tahun sebelumnya. Pasalnya, Brasil yang merupakan pemasok utama
kedelai untuk China sedang mengalami cuaca buruk.
Tak hanya komoditas pangan, China saat ini juga tengah menimbun minyak
untuk cadangan energi dalam negeri. Anjloknya harga minyak dunia
dijadikan kesempatan bagi China untuk membeli minyak dalam jumlah yang
sangat besar. Sejak kuartal I-2020, impor minyak mentah melonjak drastis.
Meski begitu, China masih memiliki tantangan dalam mengamankan stok
minyaknya. Negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut memiliki
keterbatasan penyimpanan minyak.