-- j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1856-bupati-dalam-tempurung Senin 15 Juni 2020, 05:00 WIB Bupati dalam Tempurung Gaudensius Suhardi, Dewan Redaksi Media Group | Editorial Bupati dalam Tempurung MI/EBET . PRESIDEN Joko Widodo menetapkan 62 kabupaten sebagai daerah tertinggal periode 2020- 2024. Disebut tertinggal karena wilayah dan masyarakatnya kurang berkembang jika dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Mengapa masih ada daerah tertinggal? Bukankah pemerintah pusat sudah menggelontorkan dana begitu besar ke kabupaten dan desa? Pangkal soalnya ada pada bupati yang selalu berpikir dan bertindak dalam kotak kebiasaan. Padahal, di luar kotak itu, terbentang lebar jalan menuju kesuksesan. Cuma butuh kreativitas dan inovasi. Pada umumnya bupati di daerah tertinggal kaya gaya miskin kreasi apalagi inovasi. Belum lama ini beredar video di media sosial. Seorang bupati di daerah tertinggal menempatkan dirinya sebagai kaki tangan perusahaan di hadapan rakyatnya. Ia merayu rakyat untuk menggadaikan sawah dan ladang mereka untuk kepentingan pabrik dan tambang yang tidak ada hubungannya dengan pertanian. Pertanian itu, kata Xenophon, ialah ibu dari segala budaya. Kata Lao Tze, tidak ada satu pun yang lebih penting di dunia ini selain pertanian jika ingin masuk surga. Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas, contoh pemimpin yang sukses membawa daerahnya keluar dari predikat daerah tertinggal. Ia tetap fokus pada pertanian. Ketika memimpin daerah yang sebelumnya dikenal sebagai kota santet, Azwar menetapkan lahan abadi. Lahan tidak boleh dialihfungsikan. Seluas 55 ribu hektare sawah abadi pada 2018. Kini, Banyuwangi fokus meningkatkan nilai tambah de- ngan mengembangkan padi organik. Hasilnya, beras organik Banyuwangi diekspor ke berbagai negara, dibeli dengan harga sangat baik oleh pabrikan makanan besar. “Itu upaya memberi nilai tambah agar kesejahteraan petani meningkat,” kata Azwar kepada penulis. Pada saat menjadi pemegang izin tambang, Azwar bernegosiasi dengan perusahaan tetapi dia bukan kaki tangan perusahaan. Banyuwangi mendapatkan share di perusahaan induk tambangnya. Saat ini dengan kepemilikan saham tersebut, Banyuwangi punya saham dengan nilai triliunan rupiah, di samping tetap dapat pajak, retribusi, dan berbagai pendapatan sah lainnya menurut peraturan perundang-undangan. Kunci keberhasilan Azwar ialah berpikir anti-mainstream. Penulis buku Anti-Mainstream Marketing membagi kiat suksesnya. Sejumlah pendekatan anti-mainstream yang dikerjakan di Banyuwangi antara lain ‘setiap dinas adalah dinas pariwisata’, ‘dari kota santet menuju kota internet’, dan ‘semakin terbatas semakin teratas’. Ia memberi contoh ‘semakin terbatas semakin teratas’ saat membangun bandara. Karena uang terbatas, ia bangun green airport yang pertama di Indonesia. “Saya datangi langsung arsitek Andra Matin, saya ketuk rumahnya, saya paparkan visi, tentu saya juga omongkan bahwa kami tidak bisa membayar secara profesional. Alhamdulillah, beliau yang merupakan arsitek papan atas yang karyanya sudah lintas negara, mau membantu mendesain,” kata Azwar. Sekarang, green airport Banyuwangi menjadi destinasi tersendiri, green airport pertama di Indonesia, masuk berbagai bahasan arsitektur nasional dan internasional. Bagaimana penerapan setiap dinas adalah dinas pariwisata? Apakah di sana tidak ada dinas perindustrian atau dinas pertanian? Ketika PT Industri Kereta Api ingin membangun pabrik kereta terbesar se-ASEAN di Banyuwangi, Azwar minta BUMN itu membangun Museum Kereta Api. Alasannya, jika museum sebagai destinasi wisata, selamanya orang berkunjung ke sana. “Setiap dinas adalah dinas pariwisata adalah wujud dari tourism centered economy, ekonomi yang bersumbu pada pariwisata,” katanya. Pariwisata terbukti memberi dampak ekonomi positif. Pada 2010, pendapatan per kapita per tahun warga Banyuwangi hanya Rp20 juta. Pada 2018, angkanya naik drastis menjadi Rp48 juta. Kemajuan Banyuwangi ditopang pariwisata berbasis teknologi. Bupati gencar melakukan inovasi di bidang pari- wisata yang mengangkat kearifan lokal. Bupati di 62 daerah tertinggal mestinya menjadi lokomotif anti-mainstream, terus berkreasi dan melakukan inovasi. Jangan merasa nyaman apalagi sombong berada dalam kotak. Jika merasa nyaman, itu namanya bupati dalam tempurung. Sumber: https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1856-bupati-dalam-tempurung