Bung Jo,
Semua dokter tahu prinsip kerjanya. Di samping itu sejak dulu rumah sakit
di Jakarta pusat punya teknisi2, dulu malah docent elektro teknik yang
merawat
alat2 modernnya. Itu di tahun 1960 an, ada kakak teman, lulusan elektro ITB,
yang disamping mengajar juga kerja di rumah sakit.
Ya, saya sering baca pengumuman wartawan2 seolah-olah penemuan baru,
seperti mencuci sayuran dan buah2an dengan alat yang dapat mengeluarkan
ozon, sedangkan banyak hotel2 besar sudah mencuci handuk, pakaian, seprei
tidak pakai detergent, tetapi dengan ozon, yang dibangkitkan dengan alat
kecil
di saluran air masuk. Saya pernah melihat sendiri, di tempat teman di
Canada.
Bersih, sekalipun tidak pakai detergent sama sekali.
Kalau yang gampang2, ya banyak yang bisa tiru. Kadang2 dua universitas
hampir
dalam waktu bersamaan keluarkan hasil praktikum mahasiswanya yang berhasil
meniru buatan luar negeri. Tetapi kalau seperti smelter Nickel, baik ITB,
ITS, UGM
maupun Krakatau Steel belum kedengaran membuat pilot plant smelter kecil2an..
Kalau di bidang software Indonesia maju pesat, di hardware masih lemah untuk
bikin logam2 khusus, alat2 khusus. Tetapi dengan produksi stainless steel
sendiri
pasti bisa maju cepat. Teman saya dulu, dengan tukang2 las orang Madura
bisa
bikin tanki2 besar untuk pabrik alcohol. Banyak orang kira barang import.
Reaktor
reaktor pun mereka bisa bikin, hanya bahannya seperti Hastalloy untuk tahan
reaksi
tertentu harus import.
Dulu teman saya tiap tahun mampir ke saya kalau dia beli mesin2 dari
Jerman. Suatu
waktu dia bilang, dia tidak ke Jerman lagi. Di India sama baiknya, harga
boiler hanya
sepertiganya Jerman. Setahun kemudian dia tulis, sekarang beli boiler
terbaru di
Tiongkok, hanya seperlimanya Jerman.
Salam,
KH

Op do 25 jun. 2020 om 18:52 schreef 'B.H. Jo' b...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
> Kutipan: "Alat pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital
> yang dikembangkan dosen Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
> Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Bayu Suparta".
>
> Sekedar informasi: Radiologi digital sudah dipakai di Luar negeri sejak
> tahun 1980-han (sejak dari 30 tahun yg lalu). Dan sudah dipakai utk utk
> men-diagnose COVID-19 sejak timbulnya wabah ini. Koq, dosen Gajah Mada Bayu
> Suparta memberitakan se-olah2 dia yg menemukan teknik ini, hehehe, hahaha..
>
> BH Jo
>
> On Thursday, June 25, 2020, 09:37:15 AM MDT, 'j.gedearka'
> j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <gelora45@yahoogroups.com> wrote:
>
>
>
>
>
>
> --
> j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
>
>
> https://jogja.antaranews.com/berita/433560/dosen-ugm-mengembangkan-alat-deteksi-covid-19-berteknologi-radiografi-digital
>
> Dosen UGM mengembangkan alat deteksi COVID-19 berteknologi radiografi
> digital
>
> Kamis, 25 Juni 2020 22:22 WIB
>
> Alat pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital yang
> dikembangkan dosen Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
> Alam Universitas Gadjah Mada Bayu Suparta. ANTARA/HO-Humas UGM
> Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan
> Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Bayu Suparta mengembangkan
> alat pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital.
>
> "Alat radiografi digital bisa membuktikan terkena virus atau tidak jika
> dilihat dari struktur paru-parunya. Bila terkena virus corona maka
> paru-parunya menjadi rusak. Intinya lewat radiografi, signifikansinya
> sampai 95 persen," kata Bayu Suparta melalui keterangan tertulis di
> Yogyakarta, Kamis.
>
> Menurut Bayu, tidak semua rumah sakit memiliki alat radiografi digital.
> Dari 3.000-an rumah sakit di Indonesia, selama ini hanya rumah sakit tipe A
> yang mendapat bantuan alat ini dari pemerintah.
>
> "Bisa diprediksi alat radiografi digital sangat sedikit sehingga menjadi
> motivasi besar saya sejak lama melakukan riset alat radiografi digital
> dengan harga bisa dijangkau," kata dia.
>
> Hingga saat ini, kata Bayu, sudah ada tiga alat radiografi digital
> buatannya yang sudah diproduksi untuk keperluan mendapatkan izin produksi,
> izin edar, dan uji coba ke pengguna.
>
> Menggunakan merek Madeena atau Made in Ina (Indonesia), alat ini sudah
> dipakai di rumah sakit Tabanan Bali. Selanjutnya dua alat yang lain
> digunakan sebagai syarat tahapan proses mendapatkan izin produksi massal.
>
> "Soal hilirisasi dan komersial sepenuhnya saya serahkan ke pemerintah dan
> stakeholder bidang kesehatan. Kita sudah mengajukan izin produksi dan izin
> edar. Apalagi, Presiden sudah meminta untuk produk inovasi monitoring COVID
> dipermudah izinnya," kata dia.
>
> Soal kemampuan deteksi COVID-19, Bayu berkeyakinan alat buatannya sangat
> mampu menentukan dan mengidentifikasi untuk prognosis pasien yang terkena
> COVID. Bahkan, dalam operasional alat tersebut menurutnya sangat adaptif
> dengan teknologi 4.0 dan aman bagi pasien dan tenaga medis.
>
> "Sangat aman bagi pasien karena dosis radiasi dibuat serendah mungkin.
> Alat ini dikontrol dengan komputer, lalu sinar X memancarkan ke tubuh
> pasien, terusan radiasi ditangkap detektor dan dihubungkan ke layar
> monitor, lalu diolah radiografer diberikan ke tenaga fisika medik. Setelah
> itu, akan transfer ke dokter secara digital sesuai permintaan," katanya.
> Pewarta : Luqman Hakim
> Editor: Bambang Sutopo Hadi
> COPYRIGHT © ANTARA 2020
>
> 
>

Kirim email ke