REFLEKSI :

 

APAKAH BUNG KARNO HARI INI MASIH

MEMILIKI KEBENARAN?

 

Di Indonesia Marxisme namapaknya telah meberikan inspirasi pada Bung Karno 
dalam menciptakan teori Marhainisme,yaitu  Marxisme yang disesuaikan dengan 
kondesi masyarakat Indonesia di era penjahanan kolonialisme Belanda. Teori Bung 
Karno tentang Marhainisme mengacu pada terbentuknya suatu masyarakat Indonesia 
yang Merdeka, Berdaulat,Adil dan makmur, yang oleh Bung Karno disebut 
Sosialisme Indonesia.Yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur, menentang 
adanya ``exploitation de l´homme par l´homme``  (penghisapan manusia atsa 
manusia). Itulah sebabnya, maka Bung Karno Hari  ini masih memiliki 
dibenarkan!!! . Karena gagasan Bung Karno tersebut, menurut penamatan saya, 
sesuai dengan pandangan Islamisme, yang tercantum dalam Al Quran: Surat Al 
An´am ayat 145, yang mengatakan : ``HARAM`` hukumnya, memakan darah yang 
mengalir. Sama haramnya dengan memakan bangkai (mayat) natau babi.

Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa: Haram memakan darah yang menyalir 
jangan hanya di pahami secara harfiah saja, tetapi harus juga dipahami secara 
hakiki. Contoh  secara harfiah: misalnya jika seseorang melukai tubuh seseorang 
lain sehingga berdarah, lalu si pelakunya itu menghisap darah yang mengalir 
pada diri korbannya;maka proses itulah yang bisa dikategorikan pada proses yang 
hafiah, yaitu suatu proses yang mudah dilihat. Tapi lain halnya dengan memahami 
proses secara hakiki, karena memahami secara hakiki itu, tidak cupup hanya 
melihat secar harfiah, pemahaman secara hakiki itu tidak dapat  dilihat dengn 
mata telanjang, melinkan harus dilihat dengan menggunakan``mata hati``(batin); 
Contoh:  Menurut aturan ekonomi Kapitalis neoliberal, suatu korporasi dalam 
suatu perusahaan dibolehkan membayar sangat rendah kepada para pekerjanya 
dengan alasan upah minimum ,yang telah ditentukan oleh kebijakkan kapitalis 
neoliberal, dengan alasan penghematan, dan memaksa pekerjaanya untuk bekerja 12 
jam setiap harinya. Ini berarti bahwa  kapitalis neoloberal  telah menghalalkan 
penghisapan darah yang mengalir dalam tubuh manusia; dengan cara penggunaan 
tenga kerja manusia, dengan upah minimum,yang sangat rendah, seharga lontong 
tanpa telur. Upah minimun seperti itu adalah merupakan pencerminan adanya 
penghisapan manusi atas manuaia. Dalam konteks ini, Teori Marhaenisme-nya Bung 
Karno menolak adanya apa yang di sebut ``exploitation de l´homme par l´homme``, 
yaitu   penghisapan manusia atsa manusia, karena mengbaikan hak-hak hidup yang 
layak bagi kehidupan.

Penomena seperti inilah yang terjadi dalam masyarakat Kapitalis, yang sekarang 
ini sudah meluas dan berkambang menjadi Kapitalis Neoliberal Neoliberal, yang 
cara pengisapnya lebih brutal jika dibandingkan dengan cara penghisapan yang 
dilakukan oleh kapitalisme jalan lurus, menurut ajaran ekoniminya adam Schmidt. 

Harap dipahami bahwa tanpa adanya darah yang mebgalir dalam tubuh si pekerja, 
maka si kapitalis tidak akan bisa hidup makmur dan memiliki uang yang 
berlimpah-limpah,yang diperoleh dengan cara  penghisapan manusia atsa manusia..

Jadi bisa dipecaya bahwa: Suara Hati nurani Bung Karno yang menolak keras 
adanya budaya ``exploitation de l´homme par l´homme``, yaitu budaya penghisapan 
manusia atsa manusia; tidak ada salahnya, oleh karena itu sangat relevan untuk 
dibenarkan dan didukung. Atas dasar inilah maka bung Karno meciptakan suatu 
teori untuk melawan sistem kapitalisme dan Feodalisme; Teori itu tertuang dalam 
tulisan yang bejudul Marhainisme, yang bersumber dari Mrxisme. 

Menurut pengamatan saya teori Marhaenisme ciptaan Bung Karno sejalan dengan 
pemikiran Islamisme, ini tercermin dalam Surat AL Humanzah. Surat Al Humanzah 
adalah surat yang ke 104 semuanya turun di Mekah. Ini tertulis dalam Al Quran. 
Jumlah ayatnya ada 9. Didalam surat itu (ayat 1-4) dikatakan : 1.Celakalah bagi 
setiap insan yang suka mengumpat dan mencela. 2. Celakalah orang-orang yang 
selalu menimbun-nimbung harta, dan menghitung-hitung kekayaan.. 3. Dikiranya 
bahwa kekayaannya itu akan dapat mengabadikan hidupnya. 4. Tidak!.Dia akan 
dilemparkan ke dalam neraka Hutamah.(dikutib dari ALQURAN terbitan : ``Fa. 
SUMATERA, Jl. R. Dewi sartika 33 Bandung. cetakan ke IV.1978- Penyusun BACHTIAR 
SURIN, Jus  21-30. buku warna Biru. Ditanda tangani oleh An Kepala badan 
Litbang Lektur Agama H.SAWABI IHSAN: NIP:150012535) 

 

Menurut pengamatan saya orang-orang yang menumpuk-numpuk harta itu adalah 
Kapitalis, yang sekarang berkembang biak menjadi kapitalis neoliberal ; yang 
melakukan penindasan dan penhisapan terhadp kaum Buruh, Tani dan Rakyat 
Indonesia pada umunnya secara brutal yaitu:``exploitation de l´homme par 
l´homme``,ini tercermin juga di rezim NKRI yang berlindung dibawah payung hukum 
yang disebut upah minimum a´la kapitalis neolibera, dengan alasan 
``penghematan`` ``(austerität).

Sayangnya banyak orang yang masih tidak mengerti apa makna kata "penghematan" 
(austerität) yang sebenarnya; menurut dalil-ekonomi neoliberal; kebijakan 
penghematan  menurut neoliberalisme, tidak terbatas dari pemotongan belanja 
seperti yang dilakukan di Inggris atau Yunani. Apa arti penghematan yang 
benar-benar penting untuk dicermati, menurut Tidjane Thiam, mantan ketua dewan 
manajemen Prudential Group, 2012 di Forum Ekonomi Dunia di Davos; mengatakan : 
Bahwa serikat buruh kuning, dan partai-partai politik oportunis adalah "musuh 
kaum muda", dan upah minimum adalah "suatu pengkhinatan besar yang bertujuan 
untuk pemusnahan lapangan kerja".Para tokoh multimiliuner yang sadar tanpa 
malu-malu membuka hak-hak pekerja dan keselamatan kerja yang layak untuk 
penghidupkannya, tapi kebijakan seperti itu menurut budaya penghematan a´la 
neoliberal harus dihapus. Demikianlah pula proyek penghematan a´la neoliberal 
yang dipraktekkan di Indonesia, yang  dalam konteks ini tercermin dalam hal 
sebagai berikut:

Beginilah proyek penghematan a´la neoliberal yang dipraktekkan di Indonesia, 
yang  dalam konteks ini tercermin dalam :"Kenaikan sebesar 8,03% UMP (Upah 
Minimum Provensi) Sumut 2019, harus disamakan dengan seharga lontong tanpa 
telur," kata Eben salah seorang orator dalam unjuk rasa itu.  Oleh karena itu 
jika bangsa ini jujur hendak menuju pada masyarakat yang adil dan makmur, maka  
kita harus mengatakan bahwa : Bung Karno masih memiliki Kebenaran!!!, oleh 
karena itu kita harus mengevaluasi kembali karyanya, atau setidak-tidaknya 
beliau harus diberi penghargaan dan diberi anumerta atas karya-karya  beliau 
itu.Jadi bukan malah dilarang, dengan alasn karena karya bung Karno tentang 
Marhaenisme itu terkait dengan Marxisme. Larangan terhadap Marxisme itu 
tercantum dalam Tap.MPRS NO. XXV/1966, yang didalamnya terlekat larangan ajaran 
Marxisme dll. Dalam konteks Tap.MPRS NO. XXV/1966, saya berpendapat bahwa para 
pendukung Tab tesebut telah terjebak dalam sikap politik yang AMBIVALEN. Ini 
tercermin dalam sikap; disatu sisi mengatakan mendukung Pancasila, tapi disisi 
lain mendukung MPRS NO. XXV/1966.

Maka sikap seperti itu secara hakekat adalah merupakan sikap yang anti 
Pancasila, karena  menurut Bung Karno dalam pidato ``Lahirnya Pancasila`` 1 
Juni 1945, beliau mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia didirikan bukan 
buat satu golongan saja, baik golongan kaya, melainkan ``dari semua untuk 
msemua`` , Jadi artinya termasuk juga bagi warga negara Indonesia yang befahan 
Marxisme. Tap.MPRS NO. XXV/1966 jutru mengecualikan warga yang berfaham 
Marxisme. Kita semua tahu bahwa Tap.MPRS NO. XXV/1966 itu hadir di era 
kekuasaan diktator militer Fasis, dibawah pimpinan Jenderal TNI AD Suharto yang 
lazim disebut ORBA, yang mengembangkan sitem ekonomi yang berbasis pada Idelogi 
Neolibrtalisme,

Jadi logis jika Rezim militer fasis itu menolak faham Marxisme,yang anti 
Kapitalisme apa lagi Kapitalisme Neuliberal.  Jadi sungguh relevan jika Gus Dur 
ketika menjabad sebagai RI 1 berkeinginan untuk menghapus Tap.MPRS NO. XXV/1966 
dari UUD 45.

 

Tentang KAR MARX dan Marxiixme

 

Sekitar  tahun 2008, Karl Marx (penulis Buku Das Kapital) memunculkan dirinya  
untuk berbisik: `` ia kembali ! `` Ini di umumkan oleh Londoner Time.  Dalam 
konteks ini percetakan buku di Jerman melaporkan adanya kenaikan jumlah 
penerbitan buku Das kapital, yang meningkat sampai mencapai sekitar 300 persen, 
salah satu menteri dari pemerintah Merkel menyatakan bahwa, suara ``hati nurani 
´´ dari Marx tidak salah. Di Jepang, buku ini menyebar kemana-mana. Di 
Perancis, foto Nicolas Sarokzy yang, membalik-balik edisi buku karya Marx (Das 
Kapital) diterbitkan dalam bahasa Perancis, di Indonesia Buku Das Kapital 
(karya Marx) juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam 3 jilit. Sayangnya 
di Indonesia pemilik Buku Das Kapita berpotensi terancam ditangkap polisi. 
Demikialah warna Demokrasi di NKRI era ``REFORMASI``, yang sudah berjalan 
selama 22 tahun lamanya.

 

Menurut pengamatan saya pemicu mengapa Marx menulis karyanya itu adalah karena 
adanya krisis keuangan : Kapitalisme runtuh. Jadi tepatlah apa yang telah 
diprediksi oleh Marx, seperti yang dikatakannya itu. Kebenaran prediksi Marx di 
abad  ke 21 ini tercermin dalam penomena kehancurannya Kapitalisme Neoliberal 
(neolib). Kehancuran kapitalisme Neoliberal  nampak jelas pada suatu peristiwa 
15 Sebtember 2008, seperti yang dilapurkan oleh seorang penulis buku yang judul 
bukunya POST KAPITALISMUS; Grundrisse Kommenden Ökonomi Surkamp (Post 
Kapitalisme.(Dasar rencana pejuangan  ekonomi  mendatang) Oleh PAUL MASON 2015.

Dalam buku itu ditunjukkan bahwa pada tanggal 15 September 2008,dilaporkan 
tentang  runtuhnya Bank investasi (Investmenbank), di New York.

Pada hari itu menurut Paul, ada resesi (kemerosotan, keruntuhan) besar dalam 
Leman Brother: kemerosotan itu tercrmin dalam, sebuah laporannya tentang 
penutupan 600 gerai (filiale) Starbucks. Yang mencerminkan adanya tekanan dalam 
sistem keuangan global, yang sudah enam minggu lamnya dilaporkan, bahwa akan 
terjadi keruntuhan bank besar. Yang dampaknya akan menyebabkan merosotnya 
Immobilionmark (real astate) Amerika  mencapai titik terrendah. Keadaan seperti 
itu tercermin dalam harga rumah, yang ditawarkan seharga $ 8.000 dalam bentuk 
tunai. Keadaan seperti itu telah memberi kesan kuat untuk mengatakan ``Barang 
siapa menggali lubang ia sendiri yang akan tererosk didalamnya`` ini berarti 
bahwa : Kapitalisme dalam bentuknya yang sekarang ini, yaitu kapitalisme 
neoliberal akan menghancurkan dirinya sendiri. 

 Oleh karena itu prediksi Marx sekarang ini harus dibenarkan,untuk mengevaluasi 
kembali karyanya (Das Kapital), atau setidak-tidaknya ia harus diberi 
penghargaan dan diberi anumerta atas karya-karya itu. Bagaimana di NKRI, 
bolehkah orang meniliki Buku Das Kapilat itu?

 

Mark dan Agama:

 

Karel Marx adalah keturunan Yahudi, dalam usia enam tahaun dia dibabtis masuk 
agama Kristen- Protestan, Marx hidup dari tahun 1818-1883.

Menurut pengamatan saya, tuduhan bahwa ajaran ajaran Marxisme itu adalah ajaran 
yang anti agama, yang tercermin dalam ucapan Marx, yang mengatakan Agama 
sebagai Candu.  Saya sudah pernah mendengar tuduhan seperti itu sekitar 65 
tahun yang telah lalu dimasa muda di Indonesia dalam usia 20 tahun dari bapak 
saya.

Menurut catatan sejarah,yang pernah saya baca, sejak berusia 6 tahun MARX 
dibaptis  masuk agama Kristen Protestan, jadi artinya Marx itu bukan seorang 
menganut ajaran ateisisme. Marx lahir dari keluarga Jahudi, bapaknya adalah 
seorang pengacara.

 

Menurut pengamatan saya; Biasanya si pemberi ceramah atau sipenuduh, 
menghubung-hubungkan dengan ucapan Karl Marx, yang mengatakan ``Agama sebagi 
candu`,` dalam konteks ini biasanya si penuduh atau si penceramah secara 
sengaja tidak mau mengatakan dalam konteks apa Karl Marx mengucapkan kata-kata 
demikian?  

 

Mengapa Karl Marx mengatakan ``Agama sebagi Candu``; Oleh karena pada saat itu 
Marx menyaksikan bahwa, lembaga dan penguasa agama menawarkan janji-janji sorga 
disamping derita dan kematian. Yang paling kesal lagi  ketika Marx mengetahui 
bahwa para tokoh agama berkolusi dengan penguasa yang tiran yang menindas 
rakyat dan membodoh-bodohi rakyat. Menyaksikan penomena yang menjadikan, yaitu 
penomena dimana agama digunakan sebagai tempat pelarian dari pergulatan sosial 
yang memerlukan penyelesain kongkrit,maka suara hati Marx dalam melihat hal itu 
mengatakan bahwa;  Agama sebagai candu, yang menghilangkan derita sementara. 
Sedang akar persoalannya tak tersentuh sama sekali. Jadi menurut pengamatan 
saya,kritk Karl Marx bukanlah hakekat Tuhan dan Agama, tetapi adalah kritik 
terhadap praktek keberagaman yang tidak menyelesaikan akar penyakit derita yang 
dialami kaum tertindas di Dunia ini, Penomena seperti itu  juga terlihat di 
NKRI.  Jadi dalam konteks ini jika kita benar-benar hendak memberantas 
komunisme, caranya mudah saja  yaitu hanncurkan kapitalisme Neoliberal; Bagi 
bangsa Indonesia kembali pada UUD 45 asli, khususnya Pasal 33 UUD 45, dan 
lakukan reformasi soaial secara mendasar.Dan hidupkan kembaki Pola Demokrasi 
Pancasila yang sudah dirusak dan diganti dengan Ideologi Neoliberalisme.

 

Menurut pengamatan saya para penentang UU HIP itu benar, tapi nampaknya 
keblinger dan salah sasaran,sehinga Ideologi Neoliberal lolos dari sasaran dan 
melenggang masuk, dan berhsil menggilas sistem ekonomi Pancasila yang 
berdasarkan Pasal 33 UUD 45 mati,dampaknya adalah NKRI berpotensi untuk menjadi 
negara jajahan model baru.

Jadi artinya Neoliberalisme inilah musuh NKRI yang sebenarnya, yang sudah ada 
didepan mata kita!!!

 

Kesimpulan akhir: Menrut pendapat saya ``Suara Hati`` Bung Karno yang tertuang 
dalam Tulisan yang  mengajukan teori Marhainisme tidak salah, meskipun teori 
itu dilatar belangi oleh Teori  Karl Marx, yang tertuang dalam bukunya yang 
bejudul DAS KAPITAL, yang mengkritik habis-habisan sistem ekonomi kapitals 
neoliberal, tentu saja ditentang oleh  Kaum Kapitalis neoliberal. Kareana kaum 
kapitalis neolibearl tidak memiliki argumentasai yang kuat untuk melawan kritik 
Marx yang tertuang dalam Karya Das Kapital, maka cara yang paling efektif 
menurut nya adalah membenturkan Marx dengan Agama, yang ujung-ujungnya telah 
menyebabkan hancurnya Ideologi Neoliberalisme itu sendiri.

 

Roeslan.

 

 

 

 

Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Gesendet: Donnerstag, 25. Juni 2020 04:01
Betreff: [GELORA45] Bahaya Laten ORBA: Stempel Komunis!

 

  

Bahaya Laten ORBA: Stempel Komunis!

 

Oleh: erros djarot

 

Pada zaman Orde Baru, bicara sedikit keras membela rakyat, buruh, tani, dan 
nelayan, sangat mudah  untuk dituduh dan distempel oleh aparat sebagai gerakan 
kaum Komunis. Menafsirkan Pancasila yang sedikit saja berbeda dengan tafsir 
tunggal versi penguasa, sudah cukup untuk dikategorikan dan dikelompokan 
sebagai perongrong Pancasila. Dan siapa yang merongrong pastilah para aktivis 
agen Komunis, alias simpatisan atau kader Partai Komunis Indonesia (PKI). 
Begitu pola pikir aparat rezim Orde Baru. Stigma seperti ini berjalan selama 
hampir tiga dekade tanpa jedah. 

 

Terjadinya lebelisasi Komunis ini berawal jelang terjadinya peristiwa Gerakan 
30 September (G30S) 1965. Untuk menghancurkan barisan pendukung Bung Karno yang 
terkonsentrasi pada Partai Nasional Indonesia (PNI) dan barisan kaum Marhaenis, 
lebelisasi Komunis ini sengaja dijadikan alat pemecah belah kekuatan barisan 
pendukung Bung Karno. PNI pun diisyukan beberapa tokohnya diberi stempel 
sebagai pro Komunis. Sehingga PNI pun terbelah menjadi dua; PNI Ali-Surahman 
(ASU) dan PNI yang dipimpin Osa-Usep. 

 

Marhaenisme (ajaran Bung Karno) pun diberi lebel sebagai faham yang senyawa 
dengan Marxisme-Leninisme. Tidak secara tegas dinyatakan sebagai ideologi 
terlarang, namun keberadaannya digolongkan dengan status ‘sangat berbahaya’.. 
Oleh karenanya beberapa kader aktivisnya banyak yang dipenjarakan oleh rezim 
Orde Baru tanpa proses peradilan. Hal yang dialami oleh, sebut saja sebagai 
contoh nama populer, penyair Sitor Situmorang yang selama kurang lebih 9 tahun 
mendekam di penjara.

 

Bahkan salah satu angkatan bersenjata kita, yakni Angkatan Udara Republik 
Indonesia (AURI) dilebelisasi sebagai angkatan bersenjata pro PKI. Sehingga 
para perwiranya banyak yang mengalami perlakuan yang sangat diskriminatif 
bahkan dikriminalisasi. Kepala Staf AURI, Marsekal Udara Oemar Dhani dan 
beberapa perwira lainnya dipenjarakan hingga belasan tahun. Hak-hak mereka 
sebagai warga negara pun direduksi sampai ke titik nadir. Keluarga mereka pun 
hidup dalam keprihatinan yang sangat tinggi.

 

Semua upaya ini dilakukan oleh Rezim militer Orde Baru untuk melumpuhkan 
sepenuhnya Bung Karno dan seluruh kekuatan politik yang berada di belakangnya.. 
Politik lebelisasi Komunis ini ternyata sangat berhasil mencuci otak warga 
bangsa selama tiga dekade. Hingga kini pun masih tersisa otak- otak hasil 
cucian rezim Orde Baru yang selalu berusaha menempatkan Marhaenisme sebagai 
bagian dari The teaching of Marxism-Leninism. 

.. 

Upaya yang ternyata terus dihembuskan oleh para pendukung rezim Orde Baru ini, 
layak untuk dinyatakan sebagai  ‘Bahaya Laten Orde Baru’. Sebuah upaya untuk 
mengembalikan kejayaan rezim Orde Baru dengan cara menghidupkan kembali ‘luka’ 
rekayasa masa lalu. Sehingga kehadiran barisan kaum Marhaen, Marhaenis dan 
Marhaenisme, diposisikan sebagai rangkaian sebuah eksistensi kelompok pro 
Marxisme-Leninisme. Dengan demikian eksistensi mereka sengaja dikaitkan dengan 
keberadaan TAP MPR no. XXV/66 yang secara tegas melarang segala bentuk 
aktivitas yang berkaitan dengan ajaran Marxisme-Leninisme.

 

Upaya seperti ini (lebelisasi Komunis) terhadap lawan politik, sangat terasa 
hadir saat polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) 
mencuat ke permukaan kehidupan berbangsa dan bernegara belakangan ini.. Suatu 
upaya yang tentunya sebuah kesia-siaan dan kemunduran berpikir yang sangat 
menyesatkan. Karena upaya ini menisbikan realita fenomena peradaban politik 
dunia yang sudah jauh bergeser dari situasi dan kondisi sosial politik di masa 
terjadinya peristiwa G30S 1965. Sehingga menarik bangsa ini untuk kembali 
mundur kejaman ‘jahiliah’ sungguh merupakan strategi politik yang sangat kontra 
produktif dan tak laku dipasarkan pada dunia akal waras warga bangsa kita.

 

Semula ketika terjadi pro kontra terhadap RUU HIP, secara pribadi saya maknai 
sebagi dinamika yang menarik dan perlu. Karena bangsa ini memang perlu 
diskursus intelektual yang hangat dan sehat. Akan tetapi ketika polemik ini 
diberi muatan politik murahan yang serta merta melebelisasi PDIP dengan stempel 
Komunis dan bahkan menuntut dibubarkan, nilai perdebatanpun menjadi bermutu 
rendah. Tidak lagi dalam koridor kajian yang proporsional -rasional-obyektif, 
tapi kepentingan subyektivitas politik kelompok tertentu terasa kental mewarnai.

 

Semula kritik seperti dilakukan seorang Yudi Latif, mantan Kepala BPIP, masih 
saya golongkan sebagai lontaran reaksi pemikiran yang positif. Begitu juga 
dengan sejumlah kritik tajam yang ditujukan kepada DPR (pimpinan Panja 
khususnya) tergolong wajar-wajar saja. Karena toh sebuah Draft RUU memang layak 
diperlakukan dengan sikap pro kontra selama dalam koridor pembahasan 
ilmiah-akademis, dan pemikiran kenegaraan dari berbagai sudut pandang 
masyarakat sebuah bangsa yang pruralis dan archipelagos.

 

Saya sendiri sebagai salah seorang yang ikut membangun PDIP di masa-masa sulit 
( perjuangan melawan rezim ORBA) turut memberi kritikan yang cukup tajam. 
Semata saya lakukan agar pemahaman terhadap ajaran Bung Karno tidak bias dan 
tereduksi hingga berpotensi menimbulkan salah faham yang dapat berkembang 
melahirkan faham yang salah. Saya lakukan dalam rangka menyadarkan kawan-kawan 
saya yang tengah berkuasa, bahwa; meminjam istilah bahasa Jawa, bener iku urung 
tentu pener (benar itu belum tentu tepat-pas-manfaat).

 

Saya bisa memahami mengapa banyak juga awam yang ikutan bereaksi sangat keras. 
Utamanya terhimbas oleh gorengan politik yang sengaja memaknai kata ‘peras’ dan 
‘Berkebudayaan’ dengan pendekatan yang sengaja melepaskan dari kesejarahan dan 
keterkaitannya dengan apa yang disampaikan Bung Karno pada pidato hari lahirnya 
Pancasila 1 Juni 1945.  Semata karena digelontorkan begitu saja oleh para 
penggagas tanpa pengantar dan penjelasan yang komprehensif. Sehingga wajar bila 
diplintir sampai menohok jantung dan pikiran para pendukung Bung Besar, 
Pemimpin besar revolusi Indonesia, Bung Karno.

 

Dengan miskin pengantar dan penjelasan yang komprehensif, wajar bila kata 
‘peras’ dalam rangkaian kata Pancasila di’peras’ menjadi Trisila dan Trisila 
menjadi Ekasila; dimaknai melalui jendela pendekatan yang semata serba fisik 
dan matematik, 5-3-1. Sederhananya, sebagaimana’ buah jeruk’ diperas menjadi 
‘juice’ (jeruknya hilang dibuang) dan juice diperas menjadi ‘bubuk’-nutrisari’ 
(juice pun hilang tinggal menjadi bubuk). Sebuah proses negasi lewat pendekatan 
serba fisik dan matematik ini bisa timbul karena fihak penggagas kurang cermat 
dan sembrono memahami ajaran dan realita obyektif masyarakat kita. 

 

Padahal digelarnya Trisila oleh Bung Karno sebagai upaya menjelaskan riwayat, 
kedudukan, dan makna, mengapa lahir tawaran Trisila (Sosio Nasionalisme, Sosio 
Demokrasi, dan Ketuhanan yang Maha Esa). Semata untuk menjelaskan lebih 
mendalam dan meluas bagaimana sifat, karakter, dan hakekat Nasionalisme 
Indonesia yang humanis, anti chauvinis, anti kapitalis-imperialis; 
Perikemanusiaan Yang adil dan beradab (berbeda dgnHAM yang berakar dari faham 
individualisme), Kerakyatan-Demokrasi Indonesia yang bukan liberal 
(musyawarah-mufakat non voting oriented) Dimana tujuan akhir bermuara pada 
tegaknya Keadilan Sosial (kesejahteraan rakyat)

 

Sementara Ekasila dihadirkan bukan untuk meniadakan Trisila dan apalagi 
Pancasila. Karena Gotongroyong bagi Bung Karno merupakan pijakan dasar budaya 
bangsa bila ingin berhasil mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara yang 
berpijak pada Pancasila! Jadi semacam pakem atau kunci dasar! Jadi bukan 
seperti bayangan diperas peres seperti perasan jeruk atau pakaian di jemuran! 

 

Nah, bila saja ada penjelasan yang komprehensif dari para penggagas RUU HIP 
yang disampaikan ke publik secara jelas dan lugas, saya yakin heboh RUU HIP 
tidak akan separah ini. Dan, kaum pemegang stempel Komunis milik rezim Orde 
Baru, tak berpeluang untuk beraksi dan bermanuver politik. 

 

Saran saya, seperti kata mas Tukul ... kita kembali ke Laptop saja! Percuma 
jualan komunis, gak laku! Pabriknya sudah bangkrut! Peminat ludes! Kecuali 
segelintir orang ‘kenthir’ yang dilusional yang masih doyan Komunisme!

 

Jadi, damai-damai saja lah, kita semua saudara sebangsa seTanahair, Indonesia! 

 

Ana juga ogah Komunis, Bib! Anak milenial kate ... NO Way!

 

Nah kebetulan bulan Juni adalah bulan  Lahir dan meninggalnya Bung Karno dan 
juga bulan lahirnya almarhum Pak Harto, mari kita doakan agar arwah beliau 
berdua beristirahat dengan damai di sisi Tuhan Yang Esa, alfatihah Aamiin



Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone 
<https://overview.mail.yahoo.com/?.src=iOS> 



Kirim email ke