-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1869-gugus-tugas-ekonomi



 Selasa 30 Juni 2020, 05:00 WIB 

Gugus Tugas Ekonomi 

Suryopratomo, Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Gugus Tugas Ekonomi MI/Ebet Suryopratomo, Dewan Redaksi Media Group. TIGA 
setengah bulan sudah kita bersama-sama berjuang menghadapi wabah covid-19. Kita 
pantas bersyukur keadaan relatif bisa terkendali. Tidak seperti mingguminggu 
pertama ketika Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dibentuk, keadaan 
begitu menegangkan. Dengan jumlah dokter tidak lebih dari 200 ribu orang, 
memang kita memiliki keterbatasan pada sistem kesehatan. Jumlah rumah sakit dan 
tempat tidur pun sangat terbatas. Belum lagi kita bicara soal persebarannya. 
Padahal, wabah covid-19 terjadi secara bersamaan dari Sabang sampai Meurake 
karena memang virus ini sudah menjadi pandemi. Situasi kritis makin ditambah 
lagi oleh ketidaktahuan kita tentang gejala dan cara penanganan orang yang 
terpapar covid- 19. Pada minggu pertama saja 19 dokter wafat, beberapa di 
antaranya dokter yang praktik biasa, bukan dokter yang ditugasi merawat pasien 
covid-19. Ketiadaan alat pelindung diri membuat suasana bertambah tegang. APD 
tiba-tiba menjadi barang berharga, lebih daripada emas. Semua negara di dunia 
berburu untuk mendapatkan APD guna melindungi petugas medis yang berjuang keras 
menyelamatkan warga dari ancaman covid-19. Presiden Joko Widodo tidak keliru 
menunjuk Doni Monardo sebagai Ketua Gugus Tugas. Dengan latar belakangnya 
sebagai seorang militer, ia sangat disiplin dan berani mengambil keputusan. 
Selama tiga bulan ia memilih tinggal di Graha BNPB agar bisa cepat 
menyelesaikan masalah. Sikapnya yang terbuka dan kemauan untuk mendengar 
masukan dari para pakar membuat Gugus Tugas bisa tepat mengambil keputusan. 
Kecuali Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan, sekarang kasus 
yang muncul tidak lagi melonjak tajam. Dengan sistem informasi Bersatu Lawan 
Covid, kita memiliki dasbor yang bisa memantau perkembangan yang terjadi di 
kabupaten/kota secara real-time. Melalui pemantauan data epidemiologi, 
survelains kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan, 514 kabupaten/kota 
bisa dibagi ke dalam empat zona, yakni hijau yang tidak ada kasus, kuning yang 
rendah, oranye yang sedang, dan merah yang tinggi. Dari dasbor itulah Gugus 
Tugas memberikan kesempatan kepada kepala daerah yang berada di zona hijau dan 
kuning untuk mempersiapkan kegiatan produktif dan aman covid-19. Bahkan 
sekarang sembilan sektor yang rendah tingkat penularannya, tetapi signifi kan 
kepada pembukaan lapangan kerja dan ekonomi diizinkan untuk kembali melakukan 
kegiatan. Terakhir pekan lalu mulai dibuka lagi wisata alam dan konservasi. 
Sekarang yang harus menjadi fokus perhatian, bagaimana berbagai kegiatan 
ekonomi yang sudah diperkenankan untuk bergerak lagi, benar-benar bisa membuka 
lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi. Apalagi pemerintah sudah memiliki 
Undang-Undang Nomor 2/2020 tentang langkah pemulihan ekonomi nasional akibat 
covid-19. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah menyiapkan 
stimulus fi skal sampai Rp766 triliun. Stimulus fiskal yang sudah disediakan 
harus bisa diimplementasikan agar dunia usaha mempunyai kekuatan untuk 
melakukan jump-start. Apalagi jika bantuan langsung tunai diberikan tepat 
waktu, itu bisa semakin mempercepat putaran kegiatan ekonomi di tengah 
masyarakat. Seperti pengalaman tiga setengah bulan lalu dalam penanganan wabah 
covid-19, Presiden perlu membentuk gugus tugas khusus penanganan ekonomi. 
Pembentukan gugus tugas itu penting agar bisa fokus memikirkan pemulihan 
ekonomi tanpa harus direpotkan dengan urusan rutin kementerian. Gugus tugas ini 
boleh saja tidak diberi kewenangan eksekusi agar tidak bertabrakan dengan 
langkah yang ditempuh kementerian. Namun, gugus tugas harus menjadi lembaga 
yang bisa memberi masukan langsung kepada Presiden agar kemudian bisa dijadikan 
arahan kepada para menteri. Berbeda dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan 
Covid-19, tim gugus tugas ekonomi tidak perlu terlalu besar. Bisa hanya lima 
orang, tetapi memang orang yang paham soal pemerintahan, pernah berpengalaman 
menangani krisis, paham soal makroekonomi dan dunia bisnis, serta bisa bekerja 
sama. Kalau harus menyebut nama, bisa kita minta mantan Wakil Presiden Jusuf 
Kalla yang pernah menangani krisis energi 2005 untuk menjadi bagian tim gugus 
tugas ekonomi. Atau mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno yang 
pernah menyehatkan PT Astra International yang terbelit krisis 1998 dan 
berpengalaman menggerakkan ekonomi rakyat. Atau mantan Menteri Perhubungan 
Ignasius Jonan yang mampu mentransformasi PT Kereta Api Indonesia. Atau mantan 
Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri yang ahli makroekonomi dan memiliki 
jaringan internasional. Intinya Presiden harus mempunyai tim yang khusus 
memikirkan bagaimana memulihkan kondisi ekonomi negara ini. Apalagi kita akan 
menghadapi pertumbuhan ekonomi yang negatif di kuartal II ini. Kita harus 
menyelamatkan kehidupan ekonomi masyarakat untuk menghindarkan jangan sampai a 
hungry man become an angry man. Di tengah upaya untuk terus mengendalikan 
penyebaran covid-19, kita harus bisa memberikan penghidupan kepada rakyat. 
Ekonomi ini harus berputar agar dapur bisa tetap berasap. Selain stimulus fi 
skal, dibutuhkan terobosan kepada penyakit lama seperti ekonomi biaya tinggi 
dan hambatan peraturan yang mengganggu kegiatan produksi.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1869-gugus-tugas-ekonomi







Reply via email to