-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>

https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1893-perubahan-perilaku




Selasa 28 Juli 2020, 05:00 WIB 

Perubahan Perilaku 

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Perubahan Perilaku MI/Ebet Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group. UPAYA 
penemuan vaksin untuk covid-19 terus digalakkan. Bulan depan uji coba kepada 
manusia akan dilakukan peneliti Universitas Padjadjaran Bandung. Bahkan 
anggaran untuk pengadaan sebesar Rp30 triliun sudah mulai disiapkan. Kita 
memang harus terus berikhtiar untuk bisa menemukan cara mengendalikan 
penyebaran covid-19 dan menekan angka fatalitas. Hanya saja beberapa ahli 
kesehatan mengingatkan untuk tidak keliru memahami dan menyampaikan pesan 
tentang vaksin. Vaksin bukanlah obat untuk covid-19. Vaksin adalah virus yang 
dilemahkan dan kemudian sengaja disuntikkan ke tubuh manusia yang sehat agar 
memunculkan antibodi di dalam tubuh. Antibodi itulah yang akan menciptakan 
kekebalan tubuh apabila covid-19 masuk ke tubuh kita. Penemuan vaksin bukanlah 
hal yang mudah apalagi ketika virusnya masih terus bermutasi. Seperti vaksin 
untuk demam berdarah, sudah bertahun-tahun diupayakan ditemukan, namun belum 
didapatkan vaksin yang bisa dipakai untuk memperkuat daya tahan manusia. Bahkan 
pengalaman pandemi fl u spanyol sampai sekarang pun tidak pernah bisa ditemukan 
vaksinnya. Oleh karena itu, yang lebih penting dilakukan sekarang ini untuk 
menurunkan angka penularan ialah kampanye perubahan perilaku. Kita harus 
disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Kita tidak boleh kendur dan 
menganggap bisa melakukan apa saja seperti masa sebelum pandemi covid-19. Kita 
tidak boleh bosan mengingatkan, kalau tidak ada keperluan mendesak, lebih baik 
jangan keluar rumah. Kalau harus keluar rumah, harus menggunakan masker. Selalu 
menjaga jarak, terutama kepada orang yang tidak dikenal karena khawatir ada 
kelompok orang tanpa gejala. Yang tidak kalah pentingnya selalu mencuci tangan 
dengan sabun di air yang mengalir. Untuk apa semua itu dilakukan? Untuk 
mencegah jangan sampai kita tertular covid-19. Kita harus pintar menjaga diri 
karena tidak ada obat untuk virus yang satu ini. Apalagi kalau kita tahu punya 
penyakit komorbid seperti diabetes, darah tinggi, jantung, kanker, atau asma. 
Kalau kita mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku, 
ini akan membawa perubahan besar kepada bangsa ini. Disiplin diri dan disiplin 
kolektif yang terbangun dari pandemi covid-19 akan menjadi modal bagi kita 
untuk meraih kemajuan. Ilmuwan sosial Samuel L Huntington menuliskan, 
pembangunan kultur dari sebuah bangsa merupakan kunci kemajuan. Siapa yang 
mampu membangun disiplin, etos kerja, sikap menghargai waktu, maka pasti bisa 
menghasilkan produk. Bahkan produk itu direproduksi menjadi barang bernilai 
tambah tinggi. Korea Selatan merupakan contoh negara yang mampu membangun 
disiplin. Covid-19 tidak boleh melupakan tugas utama untuk membangun manusia 
Indonesia yang berilmu pengetahuan serta memiliki iman dan takwa yang kuat. 
Upaya untuk menurunkan angka penyebaran tidak boleh membuat proses 
belajar-mengajar kepada anak didik terhenti. Tidak boleh covid-19 sampai 
menimbulkan generasi yang hilang. Sekarang proses belajar-mengajar diupayakan 
dengan sistem jarak jauh. Covid-19 memaksa kita untuk bisa memberikan 
pembelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu. Guru-guru terhebat yang kita 
miliki bisa mengajar kepada lebih banyak murid sehingga mampu memberikan 
pemerataan kualitas pendidikan. Hanya pelajaran terpenting dari empat bulan 
lebih wabah covid-19 bahwa ternyata tidak mudah juga melakukan pendidikan jarak 
jauh itu. Ternyata fasilitas pendukung untuk proses itu tidak tersedia 
mencukupi. Kemajuan teknologi informasi ternyata masih terlalu mahal bagi 
banyak anak didik kita. Setiap hari kita bisa melihat bagaimana anak-anak di 
banyak daerah harus bertandang ke rumah tetangganya hanya untuk meminjam gawai 
agar bisa mengikuti proses belajar mengajar. Kalaupun orangtuanya memiliki 
gawai, ternyata tidak memiliki paket kuota yang memadai untuk menggunakan data. 
Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof Fasli Jalal mencoba melakukan 
survei. Ternyata banyak anak terutama dari daerah tertinggal, terdepan, dan 
terluar tidak bisa mendapatkan akses pendidikan karena faktor keterbatasan 
teknologi. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, banyak guru yang terdampak ekonomi 
nya oleh covid-19 karena banyak orangtua yang tidak sanggup lagi membayar uang 
sekolah anaknya. Pendidikan rupanya terlewatkan dalam penanganan covid-19. Kita 
memberikan perhatian kepada sisi kesehatan. Sekarang ini mulai juga untuk 
membenahi sisi ekonomi. Kita ingin mengingatkan agar sisi pendidikan mulai dari 
level pendidikan anak usia dini hingga mahasiswa juga diperhatikan. Ternyata 
angka anak didik yang terdampak covid-19 begitu besar. Kemajuan teknologi 
informasi tidak boleh hanya sekadar dipakai untuk gaya hidup, tetapi yang 
paling utama untuk pendidikan. Negara harus peduli pada masalah ini karena 
berkaitan dengan masa depan bangsa.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1893-perubahan-perilaku






Kirim email ke