Lagi-lagi tidak heran dan tidak kaget!! Bandingkan dengan sang hulubalang yang 
dengan segala “jiwa dan raga” membela modal Cina serta TKAnya!!!

Sent from Mail for Windows 10

From: 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
Sent: Thursday, 6 August 2020 19:22
To: nasional-l...@yahoogroups.com; GELORA45@yahoogroups.com; Chalik Hamid 
chalik.ha...@yahoo.co.id [nasional-list]
Subject: [GELORA45] Ini Penyebab Rizal Ramli Disingkirkan Jokowi

  
Ternyata Ini Penyebab Rizal Ramli Disingkirkan Jokowi dari Kabinet

https://kataberita.id/2020/08/06/ternyata-ini-penyebab-rizal-ramli-disingkirkan-jokowi-dari-kabinet/

kataberita.id — Penyebab Rizal Ramli disingkirkan dari Kabinet Kerja
pada 2016 lalu kini terungkap. Rizal disingkirkan karena ia tidak
disukai oleh Republik Rakyat Cina (RRC).

Soal ketidaksukaan RRC berujung pada pencopotan Rizal dari Menteri
Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya disampaikan Koordinator Gerakan
Indonesia Bersih (GIB) yang juga teman dekat Rizal, Adhie M Massardi.

Adhie menuturkan, Beijing salah satunya terganggung dengan langkah
Rizal dan kementerian yang dipimpinnya menginisiasi perubahan nama
untuk perairan utara Pulau Natuna dari Laut Cina Selatan menjadi Laut
Natuna Utara.

Bagi Beijing, perubahan nama menghilangkan klaim yurisdiksi mereka atas
wilayah tersebut.

“Mereka (Cina) sangat terganggu,” tutur Adhie. dilansir dari katta.id,
Rabu 5 Agustus 2020

“Bagi mereka, perubahan nama otomatis membawa konsekuensi kepemilikan,”
beber dia.

Pemikiran besar Rizal merubah nama Laut Cina Selatan menjadi Laut
Natuna Utara didasari kepentingan menjaga kedaulatan Indonesia dan
tidak terpancing dengan ketegangan yang kerap memanas di wilayah
tersebut. Mengingat, selama puluhan tahun Laut Natuna merupakan milik
Indonesia sebagaimana disebutkan dalam ketetapan United Nations
Convention for The Law of The Sea (UNCLOS) atau konvensi Hukum Laut PBB
pada 1982.

Secara politik, Indonesia bebas memberi nama apapun karena wilayah
utara Laut Natuna milik kita. Perubahan nama menjadi Laut Natuna Utara
dilakukan setelah melalui serangkaian yang dilakukan sejak Oktober 2016
yang dikoordinasikan Rizal dengan melibatkan berbagai kementerian dan
lembaga terkait, khususnya tim perunding perbatasan maritim Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan setelah muncul temuan Pengadilan Arbitrase
Permanen di Den Haag Belanda mengenai perselisihan Laut Cina Selatan
antara Cina dan Filipina yang menyimpulkan bahwa tidak ada dasar hukum
atau historis untuk klaim Cina terhadap perairan laut Natuna Utara yang
kaya akan sumber daya alam itu.

“Tapi apa yang dilakukan RR (Rizal Ramli) adalah gangguan besar bagi
kedaulatan, gangguan bagi nine dash line-nya Cina. Jalan
menghentikannya jangan biarkan RR (tetap) di kabinet,” kata Adhie.

Setelah Rizal disingkirkan dari kabinet, pandangan pejabat Kementerian
Maritim dan Sumber Daya soal perairan Natuna berubah 180 derajat.
Sangat membela kepentingan Cina.

Alasan yang dikemukakan diantaranya, WPP 711 yang ditetapkan meliputi
ZEE Laut Natuna Kawasan Utara merupakan klaim sepihak Indonesia,
perubahan nama Laut Cina Selatan menjadi Laut Natuna Utara bisa memicu
eskalasi kawasan dengan Malaysia dan Vietnam, dan perlunya menjadikan
ZEE di laut Natuna kawasan utara sebagai zone of peace and freedom.

Selain itu dinyatakan juga bahwa RI tidak perlu mempertaruhkan
segalanya di ZEE tersebut karena total potensi ikan di kawasan itu
tidak terlalu besar, hanya sekitar 225 juta ton per tahun.

“Pertimbangan yang disebutkan hanya terkait hubungan bilateral RI
dengan Vietnam dan Malaysia, sama sekali tidak disebut Cina. Padahal
Cina yang paling terganggu dan menyampaikan protes keras. Masalahnya
juga coba dikaburkan seolah-olah potensi ekonomi di kawasan itu hanya
ikan padahal sangat kaya migas,” tutur Adhie.

Eks Jurubicara Presiden era Abdurrahman Wahid itu mengungkap motif
pemecatan Rizal lainnya adalah terkait reklamasi teluk Jakarta yang
dilakukan Gubernur DKI waktu itu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Rizal
dicopot Jokowi di tengah isu penyegelan Pulau G hasil reklamasi yang
merupakan proyek milik Agung Podomoro Land.

Rizal berpandangan reklamasi pulau G harus dibatalkan karena dikerjakan
secara serampangan dan ugal-ugalan alias terjadi pelanggaran berat.
Keberadaannya membahayakan lingkungan hidup, menggangu lalu lintas laut
dan nelayan, selain juga karena pembangunannya dibangun di atas
jaringan kabel listrik dan pipa gas bawah laut milik PLN.

Lebih dari itu ada anggapan reklamasi Teluk Jakarta dianggap termasuk
bagian dari proyek raksasa One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan
China. Pemerintah China disebut-sebut berencana menjadikan Indonesia
sebagai titik awal bangkitnya Jalur Sutra abad 21 di Asia Tenggara
melalui progam OBOR. OBOR mengintegrasikan 65 negara yang mencakup 4,4
miliar penduduk dan 40% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

“Di salah satu kesempatan RR bilang kita jangan mau jadi antek Cina...
Runutannya logis. Penghentian reklamasi memunculkan reaksi balik yang
besar. Inilah juga yang membuat RR dikeluarkan dari kabinet,” kata
Adhie.

Setelah Rizal tak lagi di kabinet, proyek reklamasi dilanjutkan.
Moratorium pembangunan reklamasi di pantai utara Jakarta yang diteken
Rizal dicabut oleh Luhut Binsar Panjaitan sebagai penggantinya.

Adhie menepis spekulasi Rizal diberhentikan karena alasan kinerja.
Menurutnya tidak ada celah. 11 bulan menjadi Menko kinerja Rizal
moncer. Banyak uang negara yang ia selamatkan.

Rizal misalnya menentang proyek 35.000 MW dengan alasan bisa mengganggu
keuangan PLN. Belakangan terbukti akibat harus investasi di proyek itu,
perusahaan setrum negara mengalami kebangkrutan. Data terbaru
menyebutkan utang PLN Rp500 triliun lebih.

Kepretan Rizal kepada PT Garuda Indonesia Tbk juga terbukti. Rizal
satu-satunya menteri yang menolak pembelian 30 pesawat airbus 350
dengan alasan bisa membuat Garuda bangkrut karena rute internasional
Garuda tidak menguntungkan secara bisnis.

Menurut Rizal, pesawat A350 XWB hanya cocok untuk penerbangan
internasional jarak jauh, sementara rata-rata tingkat isian (load
factor) penumpang pada penerbangan internasional jarak jauh Garuda
hanya 30% atau tidak pernah penuh.

Dan nyatanya, semester 1 2017 keuangan Garuda jeblok dan merugi hingga
USD 283 juta. Garuda tidak bisa menyetor keuntungan kepada negara.

Kepretan Rizal, menurut Adhie, juga terbukti menguntungkan negara
terkait perpanjangan kontrak Freeport, pembangunan kilang Blok Marsela,
kontrak Pelindo II dengan Jakarta International Container Terminal
(JICT), dan masih banyak yang lainnya.

“Saat di kabinet apa yang diperbuat RR murni untuk kebaikan bangsa dan
negara. Soal kinerja tidak ada masalah. Kalau hanya karena urusan dari
dalam negeri tentu Jokowi akan mempertahankan RR. Apalagi Jokowi
sendiri sampai harus empat kali merayu RR agar mau membantunya di
kabinet. Namun situasinya menjadi berbeda karena ada perintah “kaisar”
yang faktanya siapapun tidak bisa menolak apalagi menentangnya,”
demikian kata Adhie Massardi. (katta/kataberita)


  • [GELORA45] Ini Penyebab ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
    • RE: [GELORA45] Ini ... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke