-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>




https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2086-optimisme-penemuan-vaksin


Rabu 12 Agustus 2020, 05:00 WIB 

Optimisme Penemuan Vaksin 

Administrator | Editorial 

  NEGARA-NEGARA di dunia saat ini berlomba-lomba untuk secepatnya mendapatkan 
vaksin yang efektif melawan virus korona baru penyebab covid-19. 
Tahapan-tahapan menemukan hingga memproduksi vaksin secara komersial biasanya 
memerlukan waktu rata-rata 5 tahun sampai 10 tahun. Namun, tekanan pandemi 
tampaknya telah memacu kecepatan proses penemuan vaksin. Setidaknya sudah ada 
enam kandidat vaksin di dunia yang masuk fase ketiga uji klinis. Fase terakhir 
uji klinis yang diperkirakan memerlukan waktu enam bulan itu mensyaratkan 
ribuan relawan sebagai objek uji coba. Indonesia terlibat dalam uji klinis fase 
ketiga untuk kandidat vaksin yang dikembangkan Sinovac asal Tiongkok. Uji coba 
telah dimulai, kemarin, dan ditargetkan rampung pada Januari tahun depan. 
Presiden Joko Widodo yang meninjau langsung pelaksanaan suntikan perdana uji 
klinis fase ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, 
Jawa Barat, menegaskan optismismenya. Presiden yakin vaksin akan siap 
didistribusikan kepada masyarakat pada pertengahan tahun depan. PT Bio Farma 
pun telah menyanggupi untuk memproduksi dengan kapasitas terpasang 250 juta 
dosis per tahun mulai akhir tahun ini. Bukan hanya vaksin dari Tiongkok, secara 
paralel Indonesia juga mengembangkan sendiri vaksin merah putih dengan 
melibatkan sejumlah universitas dan lembaga penelitian. Keyakinan tinggi yang 
timbul dari perkembangan cepat upaya menemukan vaksin covid-19 turut disebut 
sebagai penyebab menghijaunya perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), 
kemarin. Tentu, boleh-boleh saja kita memiliki optimisme besar. Malah, kemarin, 
Rusia mengumumkan sudah menyetujui produksi vaksin covid-19 buatan mereka 
sendiri, hanya dalam tempo dua bulan setelah diujicobakan kepada manusia. 
Vaksin itu sebetulnya juga baru memasuki uji klinis fase ketiga. Barangkali 
dengan memajukan satu tahapan sebelum tahapan uji klinis terbukti berhasil, 
pemimpin Rusia Vladimir Putin berharap vaksin bisa didapat lebih cepat. Yang 
berbahaya ialah apabila kita terlampau terburu-buru untuk menemukan vaksin 
sehingga tahapan proses ada yang diperpendek atau bahkan dilewatkan, terutama 
bila tahapan itu ialah uji klinis. Alih-alih mendapatkan vaksin yang efektif 
menangkal korona, rakyat justru semakin dalam bahaya. Euforia optimisme atas 
progres penemuan vaksin juga jangan sampai membuat kita mengendurkan disiplin 
mematuhi protokol kesehatan. Bila perkiraan vaksin didistribusikan ke 
masyarakat pada pertengahan tahun depan, berarti masih ada satu tahun yang 
harus kita lalui. Selama itu, kita tetap harus berjibaku mencegah penularan 
covid-19. Tidak ada jalan lain kecuali terus-menerus menjaga jarak, memakai 
masker dengan benar, dan sering mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik. 
Baru-baru ini, sebuah riset dari Duke University, Amerika Serikat, mengidentifi 
kasi efektivitas masker, mulai tipe N95 yang terbukti paling aman hingga masker 
yang terbuat dari kain penghangat leher yang sering dipakai berolahraga. Dari 
situ diketahui, masker yang terbuat dari kain katun memberikan keamanan 
moderat, sedangkan kain penghangat leher justru mempercepat penularan covid-19. 
Temuan-temuan seperti itu menuntut pemerintah untuk selalu sigap memodifikasi 
protokol kesehatan sesuai dengan perkembangan pengetahuan manusia tentang 
covid-19, kemudian segera menyosialisasikannya kepada masyarakat luas. Bukan 
tidak mungkin ketika nantinya vaksin berhasil ditemukan, masyarakat tidak perlu 
bergantung padanya karena sudah piawai mencegah korona melalui kebiasaan.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2086-optimisme-penemuan-vaksin







Kirim email ke