-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2091-menapak-realitas-untuk-indonesia-maju



 Senin 17 Agustus 2020, 05:00 WIB 

Menapak Realitas untuk Indonesia Maju 

Administrator | Editorial 

  PERINGATAN 75 tahun Indonesia merdeka pada hari ini berbeda dengan 
tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada perlombaan dan kerumunan kegembiraan warga. 
Peringatan kali ini berpijak pada realitas dengan tetap merawat harapan 
Indonesia maju. Realitasnya, saat ini, sebanyak 215 negara sedang menghadapi 
masa sulit di tengah pandemi covid-19. Hingga kemarin, di Indonesia 
terkonfirmasi 137.468 kasus positif covid-19 dengan angka kematian 6.071 orang. 
Covid-19 menerjang semua negara tanpa pandang status negara miskin, negara 
berkembang, atau negara maju. Dampak yang ditimbulkan sama rata sama rasa, 
yaitu mengalami kemunduran. Kemunduran terparah selain di bidang kesehatan 
tentu saja perekonomian. Terus terang, krisis perekonomian kali ini terparah 
dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih 
plus 2,97%, tapi di kuartal kedua telah berada di minus 5,32%. Harus tegas 
dikatakan, kemunduran yang dialami saat ini bukan untuk diratapi. Sebaliknya, 
sebagaimana Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo pada 14 Agustus, krisis ini 
harus menjadi peluang dan momentum untuk mengejar ketertinggalan. Melihat 
peluang dan momentum di tengah krisis sesungguhnya milik orang-orang yang 
selalu bersyukur dan optimistis. Bukan milik mereka yang selalu menyalahkan 
negara. Bukankah syukur dan optimistis itu menjadi modal sosial negara ini saat 
dimerdekakan? Roh pantang menyerah dan merawat mimpi besar tentang Indonesia 
maju sudah dibangun oleh para pendiri negara. Kita, yang saat ini hanya 
meneruskannya, mestinya tidak pernah patah arah. Modal sosial untuk terus 
merawat mimpi besar Indonesia maju, sadar atau tidak sadar, sudah lahir di 
tengah pandemi covid-19. Solidaritas membantu satu sama lain tumbuh subur di 
tengah-tengah masyarakat. Semangat gotong-royong muncul di mana-mana. Tidak 
kalah pentingnya ialah negara hadir pada saat rakyat terhimpit. Kehadiran nyata 
negara ialah mengalokasikan belanja perlindungan sosial, kesehatan, insentif 
untuk UMKM, dan stimulus Rp695,2 triliun. Meski demikian, jujur pula dikatakan, 
pengelolaan dana stimulus itu masih jauh dari harapan. Elok nian bila hari ini 
dijadikan momentum untuk menata ulang semangat berbangsa dan bernegara yang 
diletakkan di atas fondasi gotong-royong. Meminjam analogi Presiden Jokowi, 
kita melakukan restart komputer kebangsaan, menyeting ulang semua sistem 
kehidupan sosial dan ekonomi. Boleh-boleh saja pandemi covid-19 melanda negeri 
ini bagai tsunami yang menerjang setiap sendi kehidupan berbangsa dan 
bernegara. Kiranya kita jadikan pandemi ini untuk jeda, sejenak bingung untuk 
merenung tentang tujuan kemerdekaan. Kemerdekaan yang diraih dengan 
mengorbankan jiwa dan raga itu bukanlah tujuan. Ia hanya alat, sekali lagi 
alat, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, kemerdekaan 
itu ialah jembatan emas untuk mewujudkan kemakmuran. Kemakmuran itu belumlah 
sepenuhnya diwujudkan. Indonesia maju yang menjadi tema kemerdekaan kali ini 
tepat momentum. Disebut tepat karena inilah kesempatan untuk bermimpi hingga 
jadi nyata dan kesempatan untuk berkarya tanpa batas. Sekarang saatnya kita 
fokus kepada hal yang benar-benar penting dalam menyatukan keberagaman melalui 
kolaborasi. Pada saat bersamaan, kita tetap memegang teguh nilai-nilai luhur 
Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, persatuan dan kesatuan nasional. 
Kita tidak bisa memberikan ruang sejengkal kepada siapa pun yang 
menggoyahkannya. Boleh-boleh saja peringatan hari kemerdekaan pada hari ini 
dilakukan di jalan yang sunyi penuh syukur. Itulah perayaan yang berpijak pada 
realitas seraya merawat harapan. Pandemi hendaknya tidak memupus mimpi tentang 
Indonesia maju.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2091-menapak-realitas-untuk-indonesia-maju






Kirim email ke