-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1927-kendaraan-umum




 Jumat 04 September 2020, 05:00 WIB 

Kendaraan Umum 

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Kendaraan Umum MI/Ebet Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group. RUMAH Sakit 
Pusat Angkatan Darat melakukan survei kepada 944 pasien covid-19 yang dirawat 
di rumah sakit tersebut. Lebih dari 50% mengaku selama ini mereka menjadi 
pengguna kendaraan umum ketika bepergian ke kantor. Kendaraan umum menjadi 
salah satu tempat terjadinya penularan. Jumlah pengguna kendaraan umum di DKI 
Jakarta memang meningkat setelah diterapkan kembali kebijakan ganjil-genap. 
Orang tidak punya pilihan lain kecuali beralih ke kendaraan umum dalam 
menjalankan kegiatan sehari-hari. Hanya sebagian kecil masyarakat yang punya 
pilihan terus menggunakan kendaraan pribadi, baik karena mempunyai kendaraan 
lebih dari satu atau mempunyai nomor polisi khusus yang bisa antiganjilgenap. 
Sungguh bijaksana pimpinan kantor yang memperbolehkan karyawan yang tidak 
mempunyai kendaraan pribadi untuk bekerja dari rumah saja. Langkah itu tidak 
hanya menyelamatkan karyawan dari kemungkinan tertular covid-19, tetapi juga 
menjaga kesehatan pemilik perusahaan itu sendiri. Tidak keliru apabila banyak 
pihak sekarang meminta Gubernur DKI Jakarta mempertimbangkan kembali penerapan 
ganjil-genap. Langkah itu tidak sejalan dengan upaya pemerintah provinsi untuk 
menekan angka penularan. Jakarta merupakan daerah yang sempat berhasil 
mengendalikan angka penularan covid-19. Ketika Gubernur Anies Baswedan mencabut 
pembatasan sosial berskala besar, salah satu alasannya ialah penularan sudah di 
bawah angka 1. Seminggu terakhir ini angka konfi rmasi kasus melonjak secara 
signifikan. Dengan lebih 1.000 kasus baru yang terjadi, Jakarta dihadapkan pada 
kondisi yang kembali memprihatinkan. Kita harus berupaya untuk mengendalikannya 
dengan serius. Memang penerapan ganjil-genap bukan satu-satunya faktor 
penyebab. Kebijakan cuti bersama pada Tahun Baru Hijiriah lalu juga memberikan 
andil pada pelonjakan kasus baru. Belum waktunya bagi kita untuk kembali ke 
kondisi seperti sebelum pandemi terjadi. Bahkan, kita harus sama-sama menjalani 
norma baru ke depan. Kita harus mencegah terjadinya kerumunan yang tidak 
memungkinkan orang untuk menjaga jarak. Memakai masker menjadi sebuah 
keharusan, sama dengan kewajiban untuk selalu mencuci tangan dengan sabun di 
air yang mengalir sebelum memegang bagian wajah kita. Jargon ‘Kesehatan Pulih, 
Ekonomi Bangkit’ harus benar-benar dipraktikkan. Kita jangan bermimpi terhindar 
dari resesi dan ekonomi bangkit kalau tidak mampu mengendalikan angka 
penularan. Kita harus serius menangani pelonjakan kasus yang terjadi seminggu 
terakhir ini. Kita jangan terlena oleh vaksin yang katanya akan bisa dipakai 
mulai November. Sampai sekarang para ahli masih berkutat mendapat jawaban, 
berapa lama antibodi bisa muncul setelah vaksin disuntikkan? Setelah antibodi 
itu terbentuk, berapa lama pula akan bertahan di dalam tubuh manusia sehingga 
bisa diketahui berapa kali dalam setahun orang harus menjalani vaksinasi? 
Ketiga, apa efek samping dari vaksinasi covid-19 yang dijalani? Tentu semua itu 
tidak boleh melemahkan upaya kita untuk menemukan vaksin. Akan tetapi, dalam 
jangka pendek ketika kasus penularan terus meningkat seperti sekarang ini, apa 
yang harus kita lakukan? Kita harus memikirkannya karena sampai vaksin 
benar-benar ditemukan, ada jeda waktu panjang yang bisa menyebabkan penularan 
semakin menjadi-jadi. We can not afford to fail. Kita tidak boleh gagal 
mengendalikan penyebaran covid-19 karena yang kita pertaruhkan keselamatan 
seluruh rakyat. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 harus diberikan penguatan agar 
berhasil menjalankan tugasnya. Langkah yang akan ditempuh Bidang Penanganan 
Kesehatan untuk memberdayakan 1.500 pusat kesehatan masyarakat yang ada harus 
bisa terlaksana. Thailand bisa cepat mengendalikan covid-19 karena mampu 
mengoptimalkan puskesmas yang dulu mereka contoh dari Indonesia. Kedua, langkah 
yang akan ditempuh Bidang Perubahan Perilaku sangat penting untuk mencegah 
jangan sampai orang terinfeksi covid-19. Penggunaan Penggerak Pemberdayaan 
Kesejahteraan Keluarga yang ada di seluruh Indonesia akan sangat powerful untuk 
membuat orang mau patuh kepada protokol kesehatan. Apalagi jika kita bisa 
menggerakkan petugas pos pelayanan terpadu di desa-desa maupun guru-guru 
pendidikan anak usia dini. Belum lagi kalau kita bisa menggerakkan dunia 
pendidikan untuk ikut terlibat. Setidaknya ada 60 juta orang bisa menjadi agen 
perubahan. Kalau semua lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha juga terlibat 
mendorong masyarakat melakukan perubahan perilaku, bukan hal yang sulit bagi 
kita untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dari ancaman covid-19. Mari 
fokus menangani dulu kesehatan agar kita bisa bekerja untuk menggerakkan 
ekonomi.

Sumber: https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1927-kendaraan-umum








Kirim email ke