-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/read/detail/342455-mewaspadai-masifnya-penyebaran-radikalisme-di-indonesia


Sabtu 05 September 2020, 16:00 WIB 

Mewaspadai Masifnya Penyebaran Radikalisme di Indonesia

 Mewaspadai Masifnya Penyebaran Radikalisme di Indonesia

 | Opini 

  Mewaspadai Masifnya Penyebaran Radikalisme di Indonesia ilustrasi Kita 
Semua Bersaudara SAAT ini, eksistensi radikalisme memiliki banyak pintu masuk 
baik secara luring maupun daring. Sehingga mulai dari kalangan orang tua hingga 
anak muda yang masih produktif, cukup rentan terpapar virus radikalisme. 
Masyarakat diimbau untuk tetap mewaspadai penyebaran paham anti Pancasila 
tersebut. Radikalisme masih dianggap sebagai musuh bersama. Untuk menangani hal 
ini, tentu saja semua pihak harus ikut meredam penyebaran tersebut. Selain 
sebagai sistem pendingin hati masyarakat dan pengayom, para pemuka agama 
mempunyai posisi penting dalam menjaga kebhinekaan dan persatuan bangsa. Ketua 
MPR Bambang Soesatyo mengatakan, bahwa para pemuka agama saat ini memiliki 
tantangan yang tidak ringan. Selain dituntut merekatkan ikatan kebangsaan, 
pemuka agama juga harus menjadi bagian dari penyejuk masyarakat, bangsa dan 
negara. Mantan Ketua DPR yang akrab disapa Bamsoet ini menegaskan, kerukunan 
antarumat beragama menjadi fondasi utama bagi kelangsungan NKRI. Jangan sampai 
Indonesia mengikuti negara-negara seperti Timur Tengah yang selalu berkonflik 
antarsatu dengan yang lainnya. Apalagi, konflik yang mengatasnamakan agama. Ia 
juga mengatakan bahwa agama sudah semestinya digunakan untuk mendamaikan dan 
mencerahkan umat manusia, bukan sebagai alat untuk adu domba. Kita harus 
memahami secara sadar bahwa tidak ada satu agama di dunia ini yang mengajarkan 
radikalisme ataupun terorisme. Aksi teror dan propaganda radikal yang melanda 
di dunia termasuk di Indonesia, bukanlah karena adanya pengaruh ajaran agama 
tertentu. Tetapi, karena ulah manusia, baik individu maupun golongan yang 
bersifat radikal dan tidak menginginkan adanya kedamaian. Kehadiran paham 
radikal yang mampu menarik minat WNI untuk terbang ke Suriah, jelas menunjukkan 
bahwa paham radikalisme mampu menggiring manusia untuk membenci tanah 
kelahirannya. Bahkan ia lebih memilih untuk pergi jauh dari negara yang gemah 
ripah loh jinawi ini. Semua pihak harus waspada apalagi jika terdapat berita 
provokasi yang berisi ujaran kebencian maupun sikap intoleransi. Jika dilihat 
dari sudut pandang agama, kata radikalisme dapat diartikan sebagai paham 
keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat tinggi, sehingga tidak 
jarang penganut dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang 
yang berbeda paham/radikal untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut 
dan dipercayai untuk diterima secara paksa. Selain itu, para penganut paham 
radikal cenderung memiliki pemahaman yang sempit, keras, dan selalu ingin 
mengoreksi paham orang lain yang bertentangan dengan ideologinya. Hal inilah 
yang menyebabkan keharmonisan dalam kehidupan sosial menjadi rusak. Parahnya, 
mereka secara terang-terangan mengakui dirinya sebagai seseorang yang anti 
terhadap Pancasila, dan tidak ingin negara Indonesia berdiri dengan azas 
Pancasila. Mereka ingin mengubah tatanan negara Indonesia yang pancasilais 
menjadi negara khilafah. Kita tidak bisa menutup mata, bahwa di Indonesia 
sempat muncul organisasi yang menyuarakan demokrasi adalah haram, sehingga 
solusi atas permasalahan bangsa adalah khilafah. Mereka pun akan membid’ahkan 
segala yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Paham yang tidak sesuai dengan 
Pancasila seperti khilafah merupakan bom waktu yang memungkinkan mereka dapat 
menggulingkan pemerintahan yang sah. Kaum radikal cenderung melihat pemerintah 
adalah sekelompok orang yang zalim. Mereka akan menggoreng segala kebijakan 
pemerintah untuk memuluskan agenda kelompoknya. Di masa pandemi misalnya, 
ketika pemerintah menganjurkan untuk beribadah di rumah dan tidak di tempat 
ibadah, maka kaum radikalis akan dengan lantang menyuarakan kezaliman 
pemerintah di laman media sosialnya. Syaikh Dr Muhammad Adnan Al-Afyouni 
menegaskan, Nabi Muhammad tidak pernah membunuh dan selalu bergaul dengan 
siapapun tanpa memandang agama, baik Yahudi maupun Nasrani. Bahkan, Rasulullah 
telah menegaskan bahwa mereka punya hak kepada mereka. Artinya, kita saling 
membutuhkan dan tidak bisa saling memusuhi antar sesama manusia. Ia justru 
mempertanyakan bagaimana mereka mengklaim dirinya sebagai pejuang Islam, tetapi 
kelakuannya sangat jauh dari karakter Islam yang mencintai keindahan dan 
kedamaian. Perlu diketahui bahwa khilafah yang kerap digaungkan oleh kelompok 
radikal tidak bisa berkembang di Indonesia karena bertolak belakang dengan 
sistem pemerintahan Indonesia yang sudah disepakati bersama sejak Kemerdekaan 
1945. Ideologi bangsa sudah semestinya tidak perlu diperdebatkan, Pancasila 
sebagai ideologi NKRI telah disepakati sebagai ideologi negara yang mampu 
merekatkan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/read/detail/342455-mewaspadai-masifnya-penyebaran-radikalisme-di-indonesia








  • [GELORA45] Mewaspadai Masifn... 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]

Kirim email ke