IHAN

Kesan di Hari Kelima Wajib Karantina di Hong Kong

17 September 2020   11:58 Diperbarui: 17 September 2020   12:02  62  3 0

<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>

Lihat foto
<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>



Foto pribadi

Begini rasanya seekor katak di dalam tempurung. Dunia luar hanya secupit
pemandangan di luar jendela.

Selama 14 hari di dalam wajib karantina
<https://www.kompasiana.com/tag/karantina> ketibaan di Hong Kong
<https://www.kompasiana.com/tag/hong-kong>, hari ini baru hari ke-5
mendekuk di dalam kamar hotel.

Hotel wajib karantina sudah ditentukan, kita pilih ini yang terletak di Tsim
Sha Tsui <https://www.kompasiana.com/tag/tsim-sha-tsui>, pikirnya di daerah
Kowloon <https://www.kompasiana.com/tag/kowloon> yang paling convenient.

ADVERTENTIE

Ads by Teads
<https://hp.teads.com/?utm_source=inread&utm_medium=credits&utm_campaign=invented%20by%20teads>

Di kepetangan malam hari, taxi dari bandara membawa kita kesini, kelihatan
sini bukan daerah yang layak ditinggali. Sedikit banyak ada perasaan yang
menguatirkan keamanannya, tetapi apa boleh buat, tidak banyak hotel yang
rela ditugaskan sebagai penampungan karantina.

Sudah memesan kamar yang lebih bagus, yang agak mahal, katanya dengan
pemandangan kota dan sebagainya. Kamarnya kecil, sempit dan dangkal di
tingkat 15. Tidak ada meja, tidak ada kursi duduk, dan tidak disediai
lemari, hanya ada 2 baris ranjang, kamar sudah sesak.

Dekornya sewaktu jaman Susie Wong, lapisan kertas tembok motip dedauanan
yang di sana sini sudah mengupas. Untungnya ranjang-ranjang berupa dipan
yang cukup tinggi, di kolongnya bisa buat menyembunyikan koper, kalau bukan
begitu, harus melangkah diatas ranjang untuk masuk ke dalamnya kamar.



Foto pribadi

Ada TV ukuran 36 inci, hanya menyiarkan beberapa kanal local, mencoba cari
pengabaran  kerusuhan pro-demokrasi dan pengrusakan Hong Kong, yang selama
beberapa bulan tidak terkendalikan, juga tidak ada.

Kurang demokrasi apa di Hong Kong sekarang ini, ketimbang di waktu jajahan
imperialis dulu itu? Kedoknya terbongkar, ternyata pengrusakan kota secara
sistematis itu merupakan hasutan CIA untuk menggoncangkan stabilitas negeri
China.

Beberapa pemuda yang memimpin kerusuhan itu adalah bayaran, yang sudah
menjadi kaya raya. Begitu pun, sekarang mereka minta imigran pelindungan
juga ditolak oleh Amerika, melarikan diri ke Taiwan juga ketangkap. Terus
memuntahkan daftar mata-mata Amerika yang selama ini ditanamkan dalam
pemerintahan Hong Kong.



Foto pribadi

Bulan September pas musim hujan angin yang disebut mansoon. Udara sangat
panas, sekitar 32 derajat Celcius, untungnya aircon hotel ini kencang,
sewaktu-waktu masih harus diistirahatkan, kamar kedinginan.



Foto pribadi

Sehari ini kebetulan keluar matahari, walau hanya sekejab saja, sebelum
terbenam di belakang hutan pencakar langit di sekitar, cepat-cepat berjemur
sejenak, sekedar meresap manfaatnya untuk menambah vitamin D, supaya
menghindari depresi yang bisa dikarenakan oleh pengurungan.

Karantina <https://www.kompasiana.com/tag/karantina> berarti dikurung dalam
kamar selama 14 hari untuk meyakinkan bebas Covid19
<https://www.kompasiana.com/tag/covid19>, kita masing-masing dikenai gelang
sensor tahanan sewaktu masuk di bandara.



Foto pribadi

Sensor dikenakan di gelangan tangan yang tidak boleh dilepas, ini
digabungkan dengan "StayHomeSafe" App yang di download dalam HP kita.

Sewaktu memasuki kamar untuk pertama kalinya, segera menekan tombol merah
di App HP tersebut, sambil mengelilingi selingkaran batas dalam kamar kita,
setelah itu, bila kita coba menerobos perimeter yang telah ditetapkan,
signal segera terkirim ke kantor polisi untuk menangkap pelanggarnya.
Sensor canggih tersebut dilengkapi GPS yang bisa mencari pelanggarnya,
dimana pun juga.

Pelanggaran bisa dikenakan hukuman berat. Denda uang HK$25,000 tambah
hukuman penjara 6 bulan. Bukan main.

Peraturan ketat ini bisa dimaklumi, upaya Hong Kong
<https://www.kompasiana.com/tag/hong-kong> menghindari kemasukan wabah
baru, impor dari luar, yang bisa membahayakan masyarakat.

Yang sukar bisa dimengerti adalah logika peraturan di Jakarta, mengapa bila
sendirian di dalam mobil tidak mengenakan masker, juga dijatuhi hukuman?
Logika kaca mata kuda penarik dokar, pokoknya tidak peduli kanan-kiri.

Setiap hari diharuskan memeriksa suhu badan 2 kali, melaporkan diri bila
ada gejala sakit. Sukurlah selama ini baik-baik saja.

Walaupun demikian, kelihatan beberapa pengunjung asal Timur Tengah masih
bebas keluar berjalan-jalan, juga membawa pelacur kembali ke kamarnya, kata
seorang pegawai hotel, bisa juga bila gelang digunting dan diletakkan dalam
kamar.

Ya, hari ini mendapat tilpon dari pusat kontrol karantina yang menegur
keadaan kita. 3 hari lagi, bakal mengadakan tes ulang dengan pengambilan
contoh ludah. Kita sungguh dicheck, tidak bakal melanggarnya, sabar.

Dalam booking karantina ini tidak disediakan breakfast, makan minum harus
diurus sendiri. Hal ini bukan masalah, kita kan berada di Hong Kong, bukan
masih di Los Angeles yang serba sulit dan individualistis.



Foto pribadi

Sewaktu dalam tahanan 15 jam di bandara, istri sudah sibuk ditilpon sanak
famili dan kawan-kawan yang di Hong Kong, pada menawarkan bantuan mereka.
Air minum botolan dan mie instant sudah mereka titipkan di front desk
sebelum ketibaan kita di hotel malam itu.

17 September 2020   11:58 Diperbarui: 17 September 2020   12:02  91  3 0

<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>

Lihat foto
<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>



Foto pribadi

Hari keduanya, ketagihan kopi cap "Kapal Api" Surabaya, begitu juga
dikirimkan dalam jumlah cukup banyak untuk keperluan dalam 2 minggu ini.



Foto pribadi

Letak Hotel Ramada Hong Kong <https://www.kompasiana.com/tag/hong-kong> Grand
by Wyndham kita ini bukan di keramaian pertokoan dan restoran. Hanya ada
satu restoran yang namanya Feiziji yang artinya "Bukan Sendirian" di depan
hotel, bisa pesan melalui Whasapp untuk dikirim ke depan kamar. Satu porsi
rata-rata seharga HK$60.



Foto pribadi

Menunya Restoran Feiziji sangat luas, dari masakan Hong Kong maupun
Sichuan, juga menyediakan makanan pagi Barat khas Hong Kong. Yang menarik
adalah daily special, dari hari Senin sampai Minggu, setiap hari tidak
sama. Kita gilir.

ADVERTENTIE

Ads by Teads
<https://hp.teads.com/?utm_source=inread&utm_medium=credits&utm_campaign=invented%20by%20teads>

Semenjak Hong Kong dipertengahan abad lalu diperkenalkan dalam film
Hollywood "The World of Susie Wong", menjadilah pusat kuliner Tionghoa di
dunia. Ini tidak membual.

Dalil teori evolusi Darwin "Survival for the fittest" berlaku di
perestoranan Hong Kong.

Banyak penciptaan kuliner Tionghoa yang kita sudah biasa memakannya, tanpa
disadari asalnya dari hasil pergulatan hidup koki-koki di Hong Kong sini.

Satu ini, Nasi Goreng <https://www.kompasiana.com/tag/nasi-goreng> Yangzhou,
ibunya nasi goreng Hong Kong, dinamakan satu tempat di dekat Shanghai, kota
Yangzhou, tetapi bukan dari sana. Kreasi seorang koki di restoran yang
namanya Yangzhou di Hong Kong.

Bagaikan Bika Ambon yang bukan asalnya dari Ambon, tetapi dari Jalan Ambon
di Medan.

[image: Foto pribadi]

Foto pribadi

Nasi goreng ini harus dicoba di Hong Kong sini, meskipun bisa dimasakkan
oleh siapa pun, rasanya tidak seharum di Hong Kong. Rahasianya terletak di
minyak masak yang khusus, bukan minyak babi, dan cara memasaknya yang unik,
sehingga nasinya gurih dan harum, meskipun tidak memakai campuran apa-apa,
kecuali sedikit kecap dan garam.



Foto pribadi

Urusan air minum tidak masalah. Sistim air ledeng di Hong Kong istimewa,
karena Hong Kong sendiri tidak ada sumber air, harus mengimpor air dari
Tiongkok, maka setiap bangunan ada 2 saluran air, satu saluran air laut
yang kekuningan, khusus untuk toilet, saluran yang mengalir di waskom,
bening dengan qualitas bisa langsung diminum. Bagaimana pun, sebaiknya
digodok sampai mendidih dulu.



Foto pribadi

Diluar jendela hujan lagi, kecuali harus memasukkan cucian yang digantung
di jendela, tetap bisa asyik berbaring di ranjang menulis ini, habis tidak
ada meja dan kursi.


17 September 2020   11:58 Diperbarui: 17 September 2020   12:02  91  3 0

<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>

Lihat foto
<https://www.kompasiana.com/image/anthonytjio/5f62ed05274a7a7a8913cbb4/kesan-di-hari-kelima-wajib-karantina-di-hong-kong>



Foto pribadi

[image: Foto pribadi]

Foto pribadi

Waktu makan juga menjongkok didepan jendela, dengan pemandangan gang yang
dikelilingi gedung tinggi, membayangkan diri sedang buffet di tepi kawah
Gunung Batur di Kintamani.

[image: Foto pribadi]

Foto pribadi

Bagaimana pun juga, masih berutung berada disini, ketimbang di Los Angeles
yang sedang terlanda kebakaran maut. Langit menjadi semerah muka Donald
Trump, dan udara yang jenuh dengan asap, sebusuk mulutnya.



Foto pribadi

Kita berdua yang kejirat dalam kamar kecil begini, sudah terlalu biasa.
Tidak menambah bonding, juga tidak menyulut bentrokan.

ADVERTENTIE

Ads by Teads
<https://hp.teads.com/?utm_source=inread&utm_medium=credits&utm_campaign=invented%20by%20teads>

Istri siang malam sibuk melayani tilpon-tilpon dari segala pelosok dunia,
sejauh dari Inggris, Amerika, Malaysia dan Jepang, sedekat dari China dan
lokal Hong Kong <https://www.kompasiana.com/tag/hong-kong> sini, yang ingin
mengetahui hidup atau mati kita dalam karantina
<https://www.kompasiana.com/tag/karantina>.

Sebagai suami yang cinta damai, bungkam saja.

Wifi hotel terputus putus pada siang hari, terlalu banyak pemakainya. Lebih
lancar di waktu malam hari, seperti sekarang.

Memanfaatkan keadaan jetlag. Ketularan Danny Siregar. Secangkir lagi kopi,
Kapal Api Surabaya.

Oleh: Anthony Hocktong Tjio.

Kowloon <https://www.kompasiana.com/tag/kowloon>, 16 September 2020.

Kirim email ke