PKI sejarah pahit, perlu diketahui semua rakyat, sebut tokoh Sumsel
Jumat, 2 Oktober 2020 07:28 WIB
PKI sejarah pahit, perlu diketahui semua rakyat, sebut tokoh Sumsel
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Selatan yang juga Ketua Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumsel Holdan. (FOTO ANTARA/Yudi Abdullah)
Semua lapisan masyarakat, terutama generasi muda perlu mengetahui
sejarah pahit pemberontakan PKI yang akan mengubah ideologi Pancasila
dengan paham komunis sehingga akhirnya bisa dicegah gejala kebangkitan
komunis
Palembang (ANTARA) - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Selatan yang
juga Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) provinsi itu Ramlan Holdan
menyatakan keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aksi
pemberontakan serta antiagama yang dilakukan orang-orang partai tersebut
merupakan sejarah pahit bagi bangsa ini yang perlu diketahui oleh semua
lapisan rakyat.
"Semua lapisan masyarakat, terutama generasi muda perlu mengetahui
sejarah pahit pemberontakan PKI yang akan mengubah ideologi Pancasila
dengan paham komunis sehingga akhirnya bisa dicegah gejala kebangkitan
komunis," katanya di Palembang, Jumat.
Menanggapi pemutaran film sejarah Gerakan 30 September PKI pada
peringatan Hari Kesaktian Pancasila, menurut dia, hal itu tidak masalah
dilakukan setiap tahun, namun perlu pelurusan sejarah terhadap adegan
yang tidak sesuai dengan fakta saat peristiwa itu terjadi pada tahun 1965.
Pemutaran film setiap tahun menjelang peringatan Hari Kesaktian
Pancasila, kata dia, dapat mengingatkan masyarakat bahwa pernah ada
gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang PKI yang perlu
diwaspadai agar tidak bangkit kembali menorehkan sejarah pahit.
Melalui momentum peringatan Hari Kesaktian Pancasila, kata dia,
membuktikan ideologi tersebut teruji mampu mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap terjaga utuh.
"Kebangkitan komunis, pemberontakan, antiagama, dan upaya mengganti
ideologi Pancasila harus dilakukan penolakan bersama secara tegas tanpa
kompromi," katanya.
Kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, katanya, perlu terus
diperkuat dengan mengaplikasikan semua asas Pancasila secara utuh dalam
kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ia menegaskan lima butir sila yang menjadi asas atau dasar dari
kehidupan berbangsa dan bernegara harus diterapkan secara utuh, tidak
boleh hanya satu atau dua sila saja, karena satu sama lain terkait
mewujudkan tujuan bernegara.
Sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, jika masyarakat
berketuhanan secara utuh pasti manusianya dapat berlaku adil dan
memiliki adab, yang diwujudkan dalam sila kedua.
Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, jika masyarakatnya mampu
berperilaku adil dan memiliki adab yang baik, maka rakyat akan bersatu
padu dan negara menjadi kuat, sebagaimana sila ketiga.
Sila ketiga Persatuan Indonesia, jika masyarakat sudah memiliki rasa
persatuan, maka demokrasi Pancasila akan berjalan secara utuh
sebagaimana sila keempat.
Sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan, jika rakyat dipimpin secara hikmat dan
diwakili oleh orang yang bijaksana dalam melakukan musyawarah untuk
mencapai mufakat, maka antara yang memberi kepercayaan dan yang
mendapatkan kepercayaan atau mandat tidak akan merasa saling curiga,
saling menipu sehingga sila ke lima yang menjadi tujuan akhir berbangsa
dan bernegara akan terwujud.
Sedangkan pada sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
merupakan tujuan akhir berbangsa dan bernegara, menjadi perhatian dan
upaya bersama agar dirasakan semua lapisan masyarakat, demikian Ramlan
Holdan.
*Baca juga:Presiden ajak TNI berantas komunisme dan warisan PKI
<https://www.antaranews.com/berita/755119/presiden-ajak-tni-berantas-komunisme-dan-warisan-pki>*
*Baca juga:Prabowo Subianto: Tingkatkan kewaspadaan bahaya laten komunis
<https://www.antaranews.com/berita/1176935/prabowo-subianto-tingkatkan-kewaspadaan-bahaya-laten-komunis>
Baca juga:Negara tidak berencana minta maaf kepada PKI
<https://www.antaranews.com/berita/570155/negara-tidak-berencana-minta-maaf-kepada-pki>
Baca juga:Menhan Ryamizard: waspadai bahaya laten komunis
<https://www.antaranews.com/berita/789867/menhan-ryamizard-waspadai-bahaya-laten-komunis>*
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Andi Jauhary
Presiden ajak TNI berantas komunisme dan warisan PKI
Jumat, 5 Oktober 2018 11:51 WIB
Presiden ajak TNI berantas komunisme dan warisan PKI
Presiden Joko Widodo mengajak TNI untuk memberantas komunisme dan
warisan PKI yang disampaikan dalam HUT TNI ke-73 di Cilangkap, Jakarta
Timur. (Hanni Sofia)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengajak TNI untuk
memberantas komunisme dan warisan PKI yang disampaikan dalam HUT TNI
ke-73 di Cilangkap, Jakarta Timur.
"Sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan
Darat tugas saya adalah bersama saudara-saudara menjaga NKRI, Pancasila,
UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika, bersama-sama saudara-saudara melawan
ideologi lain selain Pancasila, memberantas komunisme, dan warisan PKI,"
kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memimpin Upacara Peringatan
Ke-73 Hari TNI Tahun 2018 di Plaza Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur,
Jumat.
Ia berpesan agar prajurit TNI senantiasa memegang teguh Sumpah Prajurit,
menjadikan TNI semakin profesional yang mendukung demokrasi, dan
pembangunan nasional.
"Serta memegang teguh prinsip politik negara sebagaimana diamanatkan
Panglima Besar Jenderal Sudirman," kata Presiden.
Ia mengatakan, sebagai panglima tertinggi Presiden juga selalu ingin
memastikan agar TNI bisa membangun diri sesuai dengan rencana strategis
yang telah dirumuskan.
Selain juga ia ingin senantiasa memastikan TNI menjadi angkatan
bersenjata modern yang mampu memainkan peran sentral modern di kawasan
dunia dan Asia.
"Memastikan TNI semakin profesional menjadi alat pertahanan negara yang
tangguh dan memastikan agar ke depan prajurit dan keluarga TNI menjadi
lebih sejahtera dimanapun saudara bertugas," katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden juga berterima kasih atas komitmen dan
dedikasi prajurit TNI yang disebutnya sebagai patriot sejati yang
memegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Ia juga mengapresiasi karena TNI selalu mampu meningkatkan kemana
kemanunggalan TNI dan rakyat.
"Kepada seluruh keluarga besar TNI termasuk yang sedang bertugas di
wilayah perbatasan, di pedalaman, di pulau terdepan, dan misi perdamaian
di luar negeri saya mengucapkan selamat HUT RI ke 73 dirgahayu Tentara
Indonesia, Tentara Nasional Indonesia," katanya.
Presiden yang mengenakan setelah jas warna biru gelap didampingi Ibu
Negara Iriana Joko Widodo yang mengenakan kebaya warna ungu.
Kedatangan Presiden disambut oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi
Thajanto, S.I.P., didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana
TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M., dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau)
Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., S.Sos.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Unggul Tri Ratomo