Robert Lawrence Kuhn Jelaskan Komunitas Senasib Manusia di bawah
Ketegangan Tiongkok-AS
http://indonesian.cri.cn/20201017/1d41213c-e530-bd7b-a1bc-94d36c494fd5.html
2020-10-17 16:43:29
MC Robert Lawrence Kuhn dalam acaranya mengangkat topik “Gagasan
Tiongkok untuk Bangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia di Latar
Belakang Ketegangan Hubungan Tiongkok-AS”. Kuhn mengatakan, tak pelak,
itulah gagasan yang indah, tapi masalahnya adalah di sejumlah daerah
“Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia” menjadi kata searti Tiongkok,
sejumlah orang menganggapnya sebagai percobaan Tiongkok untuk menjadi
kekuatan dominan yang ingin memaksa tata kolola Tiongkok kepada negara
lain untuk mengontrol negara lain. Apakah masalah itu tiada solusi?
Yang patut diingat ialah sejarah kerja sama Tiongkok-AS dalam melawan
agresi Jepang selama Perang Dunia II. Waktu itu, Tiongkok dan AS
meskipun memiliki kepentingan yang berbeda tetap bekerja sama untuk
melawan musuh.
Kini, Tiongkok dan AS tetap menghadapi tak sedikit musuh bersama:
pandemi global, perubahan iklim, kemiskinan dan ketidak-setaraan di
seluruh dunia, terorisme, kejahatan terorganisir, perang dan ancaman
perang di sejumlah daerah. Di latar belakang ini, pembangunan Komunitas
Senasib Sepenanggungan Manusia memiliki makna realistis.
Misalnya, pengaruh pengentasan kemiskinan global. Tiongkok berhasil
melepas 850 juta orang dari kemiskinan ekstrim, dan pengalaman itu patut
dipelajari negara-negara yang lebih miskin. Meskipun berbagai negara
memiliki keadaan negara dan kebudayaan yang berbeda sehingga tak dapat
diduplikat pengalaman Tiongkok dalam pengentasan kemiskinan akurat,
*Tiongkok telah menyediakan contoh dan standarnya*.
Era telah memberikan tugas kepada kita khususnya kepada pemimpin
Tiongkok dan AS untuk menemukan jalur yang tepat, agar kedua negara dan
kedua rakyat dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis dengan
berpegang pada semangat jujur dan saling menghormati, dan memungkinkan
Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia benar-benar menyejahterakan
segenap manusia membutuhkan kerja sama Tiongkok - AS.
Diplomasi Koersif Akhirnya Isolasikan Politikus AS Sendiri
http://indonesian.cri.cn/20201017/14331061-cd9d-b107-8337-57d71595a2db.html
2020-10-17 16:22:14
Diplomasi Koersif Akhirnya Isolasikan Politikus AS Sendiri_fororder_ruiping1
Menurut Harian Yomiuri Shinbun Jepang hari Jumat kemarin (16/10) ,
sejumlah pejabat sudah mengungkapkan bahwa Jepang telah memberitahukan
Amerika Serikat (AS) tentang ketidak-hadirannya dalam rencana AS yang
mengesampingkan perusahaan Tiongkok dari jaringan telekomunikasi. Dalam
Dialog Ekonomi Strategis Korea Selatan - AS ke-5 pada hari Rabu lalu
(14/10), pejabat Korea Selatan dengan alasan “pihak perusahaan mengambil
keputusan final” menolak permintaan kasar AS untuk mengesampingkan
Perusahaan Huawei di luar pembangunan jaringan 5G. Itu menunjukkan bawah
“Diplomasi Koersif” tidak ada jalan keluar pada era globalisasi yang
menganut multilateralisme dan kemenangan bersama.
Diplomasi Koersif Akhirnya Isolasikan Politikus AS Sendiri_fororder_ruiping2
Tahun ini, memfitnah Tiongkok selalu dijadikan sebagai topik pembicaraan
inti dalam kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Eropa, Timur
Tengah dan Amerika Latin. Meskipun sejumlah kecil negara bersikap
hati-hati karena diancam oleh AS, tapi lebih banyak negara mengambil
keputusan objektif dan rasional.
Selain memberikan tekanan kepada negara lain untuk membentuk apa yang
disebut “kelompok anti-Tiongkok”, politikus AS juga memaksa negara lian
bahkan negara sekutunya untuk mengikuti pimpinannya pada topik
pembicaraan lain. Misalnya, AS sama sekali tidak mempertimbangkan
kepentingan Jerman sebagai sekutunya, mencoba mengenakan sanksi untuk
mencegah proyek Nord Stream 2 sebagai proyek kerja sama Rusia dan
Jerman. Politikus AS juga berupaya menggunakan diplomasi koersif dan
politik kekuasaan terhadap Iran dan Venezuela.
Diplomasi Koersif Akhirnya Isolasikan Politikus AS Sendiri_fororder_ruiping3
Semua negara memiliki status setara pada hukum internasional biarpun
besar apa kecil, kuat apa lemah, tiada negara manapun yang bersedia
menerima paksaan. Semakin banyak negara sudah jelas bahwa perselisihan
atau kontradiksi antara Tiongkok dan AS itu adalah masalah pemilihan
multilateralisme atau unilateralisme, pemilihan kerja sama dan
kemenangan bersama atau Zero Sum Game. Justru seperti komentar Kantor
Berita AFP, pemerintah AS telah rugi akibat “pemberian tekanan ekstrim”
kepada negara lain sehingga dirinya sendiri “sangat terisolasi”.