-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/kolom/d-5225934/digitalisasi-renminbi?tag_from=wp_cb_kolom_list



Kolom

Digitalisasi Renminbi

Ahmad Syaifuddin Zuhri - detikNews

Jumat, 23 Okt 2020 17:05 WIB
0 komentar
SHARE
URL telah disalin
Ahmad Syaifuddin Zuhri
Foto: Ahmad Syaifuddin Zuhri
Jakarta -

Sore itu, kulihat sekilas jam di ponsel menunjukkan angka pukul 3, angka 
indikasi suhu di aplikasi Wheater update menunjukkan 40 derajat celcius. Dengan 
peluh yang menetes, Saya menuntun sepeda motor listrik yang bannya sedang 
bocor. Akhir Agustus, Wuhan sedang musim panas, angin pun di luar jadi panas. 
Saya mencari tambal ban terdekat. Beruntungnya, tak jauh dari kompleks 
pemukiman kami, masih ada tambal ban tradisional.

Di antara teknologi canggih, gedung megah dan tinggi. Menemukan tukang tambal 
ban adalah sebuah kemewahan tersendiri. Di China ini, mengendarai motor listrik 
atau naik angkutan publik yang nyaman dan murah adalah pilihan utama bagi kami 
dan kebanyakan warganya.

Kupandangi kakek Shifu, Tukang tambal ban itu usianya sudah cukup tua. Dari 
fisiknya, mungkin usianya sudah di atas 60 tahun. Dengan dibantu istrinya yang 
setia di situ. Kakek Shifu ini lapaknya sangat sederhana, di bawah pohon yang 
sangat rindang, beralaskan tanah dan beratap langit. Dengan sangat cekatan dia 
membongkar ban motor saya.

Sambil saya dan istri ajak ngobrol. Tak terasa, cepat selesai. Istri saya ambil 
ponselnya dan tanya ke Shifu 'WeChat atau Alipay, Shifu?', Shifu menjawab 'dou 
keyi' atau semuanya bisa. Ia lalu membuka aplikasi WeChat, memilih fitur 
pembayaran dan memindai kode cepat atau QR Code milik Shifu yang dicetak 
laminating dan dikalungkan di lehernya. Seperti kebanyakan pedagang pinggir 
jalan lainnya. Istri saya mengetik angka dan transfer sekian Yuan ke akun 
Shifu. Langsung saldo uang gaib alias uang digital berkurang dan berpindah ke 
akun Shifu tersebut. Simpel, cepat, dan transparan.

Saat ini di China, jarang sekali membawa dompet dan membawa uang fisik ke 
mana-mana. Cukup modal bawa ponsel, punya saldo di akun bank dan pastinya juga 
pulsa data. Kita sudah bisa hidup. Tak takut tersesat atau kelaparan. Kata 
Shifu, sebelum kami pulang ''Sekarang bawa uang tunai, gengsi dan malu, itu 
sudah kuno alias primitif'. Ah... bisa aja Shifu ini, batin saya sambil 
tersenyum.

Kemajuan teknologi di China memang luar biasa. Sejak kami pertama kali 
menginjakkan kaki di China musim gugur 2011, menyaksikan sendiri bagaimana 
lompatan kemajuan teknologi internet dan digitalnya.

WeChat dan Alipay

Ada dua platform utama pembayaran digital di ponsel, WeChat Pay dan Alipay. 
Aplikasi WeChat Pay berawal dari media sosial WeChat yang dirilis 2011. Saat 
ini WeChat sudah menjadi mega super apps. Sementara platform Alipay memang 
dikembangkan sejak awal dari pembayaran digital, dan saat ini juga menjadi 
aplikasi mega super apps. Dua aplikasi tersebut wajib dimiliki oleh warga China 
dan warga asing yang tinggal di China. Aplikasi sapu jagat, apapun ada di 
aplikasi tersebut. Ibaratnya, jika tak punya aplikasi tersebut, kita tidak bisa 
hidup di China.
China Media GroupChina Media Group-Pembayaran digital di pasar tradisional 
China Foto: China Media Group

Platform media sosial WeChat dikembangkan oleh Tencent, salah satu perusahaan 
raksasa internet dan teknologi di dunia besutan Pony Ma atau Ma Huateng. 
Konglomerat kelahiran tahun 1971 dan terkaya kedua di China versi Hurun Report 
2020 itu, awalnya bikin WeChat hanya sebatas platform berkirim pesan yang 
mengadaptasi dari WhatsApp. Tencent mengembangkan WeChat dari media sosial QQ, 
semacam Facebook, yang sangat populer sebelumnya. Berawal dari situ, 
pengembangan dan popularitas WeChat mulai menggeser QQ.

Pada 2014, WeChat mulai membuat kampanye pembayaran digital melalui penyebaran 
Hongbao atau angpao lewat acara Gala China New Year, sebuah acara live malam 
tahun baru Imlek dari Beijing di CCTV dengan penonton ratusan juta dan sangat 
populer di China. Penonton tinggal menonton acara live program tersebut dan 
membuka aplikasi WeChat. Pada menit-menit tertentu untuk menggoyang ponselnya 
sedemikian rupa agar mendapatkan angpao yang nantinya dikirim ke saldo pengguna.

Hingga 2015, aplikasi pembayaran WeChat Pay sebagian besar masih sebatas untuk 
transaksi berkirim saldo antar penggunanya dan penggunaan masih relatif 
terbatas. Mulai 2016, WeChat mulai mengembangkan serius WeChat Pay dengan 
pengguna lebih dari 800 juta orang.

WeChat Pay mulai masif digunakan untuk transaksi pembayaran tidak hanya di 
penjualan online. Tapi hingga gerai atau warung-warung mikro kecil di pinggir 
jalan. Pada 2018 WeChat mulai naik menjadi aplikasi super app, yang di dalamnya 
semua ada. Mulai dari media sosial, pembayaran, layanan travel, navigasi, lacak 
dan pesan kurir ekspedisi, pesan makanan, layanan resmi pemerintah, swasta dan 
banyak lagi.
China Media GroupChina Media Group-Bayar tol dengan digital mobile payment 
Foto: China Media Group

Sementara Alipay yang dipegang oleh Ant Financial, perusahaan di bawah Alibaba, 
lebih dulu lahir sejak 2004. Mulai menjadi platform pembayaran digital lewat 
aplikasi di ponsel sejak 2008. Yang awalnya dari sistem pembayaran untuk 
transaksi di e-commerce milik Alibaba Grup seperti Taobao, Tmall, dan lainnya. 
Alipay dan WeChat sekarang layanannya hampir sama persis. Akan tetapi WeChat 
Pay mempunyai kelebihan karena didukung aplikasi kirim pesan WeChat yang sudah 
populer dan pemimpin pasar utama platform media sosial.

Dua platform swasta itulah yang menjadi penguasa pembayaran digital di China. 
Ekosistem dan perubahan perilaku masyarakat China untuk adaptasi ke teknologi 
digital mengalami lompatan revolusi. Tak hanya sebatas revolusi. Sangat cepat.
China Media GroupChina Media Group-Pembayaran digital tiket KA di stasiun China 
Foto: China Media Group

Lebih dari 90 persen masyarakat China sudah menggunakan aplikasi tersebut untuk 
pembayaran dan lainnya. Sebagai pelajar yang juga mendirikan perusahaan 
Laksamana Logistik untuk jasa forwarder dan ekspor impor China-Indonesia, 
merasakan betul betapa dua platform tersebut sangat membantu dalam berbisnis 
dan transaksi lintas negara.

Pandemi ini juga menjadikan dua aplikasi tersebut menjadi tumpuan utama 
transaksi nontunai. Serta aplikasi status kesehatan Health Code atau Jiankang 
Ma warga China.

Uang Digital

Pemerintah China juga mengembangkan Digital Currency Electronic Payment (DCEP) 
yang dimulai sejak 2014 lalu. China akan menjadi Negara pertama di dunia yang 
menggunakan uang digital. Uang digital untuk pembayaran secara elektronik yang 
dikeluarkan resmi oleh bank sentral China, People Bank of China (PBOC). Wujud 
uang fisik yuan akan digantikan secara elektronik. Tapi tetap dijamin atau 
underlying langsung oleh pemerintah China. DCEP dipatok kepada mata uang yuan. 
DCEP dibuat, ditandatangani dan diterbitkan oleh bank sentral. Beda dengan uang 
crypto yang tidak ada jaminan, spekulatif dan nilainya tidak stabil.

Nantinya, bank-bank komersial mendistribusikan DCEP kepada nasabah, yang bisa 
mengunduh mata uang itu ke akun pribadinya dan diambil lewat ATM, atau disimpan 
di dompet digital atau sistem aplikasi pembayaran online.
China Media GroupChina Media Group-Bis umum di China menggunakan pembayaran 
digital Foto: China Media Group

China, ibarat lirik lagu, 'Kau yang mulai, Kau yang mengakhiri'. Mereka 
menemukan kertas dan memakai uang kertas pertama di dunia, sekarang mereka 
pertama yang mengakhirinya di dunia.

Pekan lalu DCEP resmi dirilis di Shenzhen untuk pilot project. Tak main-main, 
pemerintah membagikan gratis total uang 10 juta yuan atau sekitar Rp 22 miliar 
ke warga Shenzhen dengan sistem hongbao digital. Shenzhen dipilih karena dari 
tempat inilah simbol dan bukti kemajuan teknologi dan modernitas China berawal. 
Sejak Deng Xiaoping mendeklarasikan Reformasi dan Keterbukaan (Gaige Kaifang) 
1978. Shenzhen yang dulu desa nelayan miskin, dijadikan zona ekonomi khusus dan 
sekarang menjadi Silicon Valley- nya China.

Digitalisasi mata uang yuan atau renminbi sejalan dengan strategi China dalam 
internasionalisasi yuan. Sejak 2015 lalu, IMF, secara resmi memasukkan Yuan ke 
dalam keranjang SDR (Special Drawing Right) atau mata uang resmi untuk 
transaksi global selain USD, Euro, Yen, dan Poundsterling. DCEP Yuan diharapkan 
akan semakin menguatkan perdagangan global dan cadangan devisa yang sebelumnya 
bergantung dan didominasi dollar AS.

Tren penggunaan DCEP ke depan akan terus meningkat seiring perkembangan era 
digital. Penggunaan yuan digital yang luas bisa mendorong bank sentral 
menyimpan cadangan valuta asing dalam bentuk DCEP. Sebagai pemilik DCEP, bank 
sentral China akan memperluas pengaruhnya atas pasar keuangan global. Apalagi 
sejak perang dagang antara AS dan China. Perlahan tapi pasti, China melakukan 
langkah dan strateginya.

Rezim digital global sudah dimulai. Teknologi digital adalah panglimanya. Abad 
21 adalah abad Asia, abad teknologi. Siapa yang menguasai teknologi beserta 
SDM-nya maka dia yang menguasai dunia. Sudah siapkah kita?

Ahmad Syaifuddin Zuhri, Mahasiswa PhD HI Central China Normal University (CCNU) 
Wuhan, Wakil Rois Syuriyah PCINU China, dan Co-founder Laksamana Logistics 
International Trade and Forwarder.
(ads/ads)
china








  • [GELORA45] Digitalisasi Renm... 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]

Kirim email ke