-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1978-pak-guru-samuel-paty



Selasa 03 November 2020, 05:00 WIB 

Pak Guru Samuel Paty 

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial

   Pak Guru Samuel Paty MI/Ebet Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group. 
JEPANG menyerah kepada sekutu setelah Amerika mengebom Hiroshima dan Nagasaki 
pada 1940-an. Kaisar Hirohito mengumpulkan para jenderalnya. Kepada para 
jenderal, Kaisar bertanya berapa jumlah guru yang masih hidup. Kaisar ingin 
membangun kembali peradaban Jepang yang porak-poranda akibat kalah perang. 
Kaisar kiranya sadar peradaban seharusnya bertumpu pada guru, bukan pada 
kekuatan pasukan. Kaisar Hirohito kiranya menganggap guru prajurit peradaban. 
Saat gempa dan tsunami Aceh 2004, Indonesia menangis kehilangan sekitar 2.500 
guru. Kita membayangkan pendidikan di Aceh bakal terhenti total dan sulit 
bangkit kembali. Banyak orang mendaftar menjadi guru sukarelawan bagi Aceh. 
Sejumlah lembaga internasional seperti Pasiad Turki, Usaid Amerika, dan Unicef, 
fokus membantu memulihkan pendidikan di sana. Media Group, penerbit harian ini, 
fokus membantu memulihkan pendidikan di Aceh dengan mendirikan tiga sekolah. 
Guru, di berbagai negara, termasuk golongan warga negara pertama yang mendapat 
vaksin covid-19 secara gratis. Itu disebabkan peran atau manfaat sosial (social 
utility) guru sangat penting. Peran sosial itu serupa dengan yang ditunjukkan 
Kaisar Hirohito, mengajarkan kita membentuk peradaban. Guru kiranya sosok yang 
kita kehendaki selamat atau diselamatkan dalam berbagai bencana, baik perang, 
bencana alam seperti tsunami, maupun bencana nonalam semisal pandemi covid-19. 
Oleh karena itu, kita tak habis pikir ketika ada orang yang malah membunuh dan 
memenggal kepala Samuel Paty, guru di Prancis. Samuel Paty mengajar sejarah di 
College du Bois d’Aulne di Conflans Sainte-Honorine, barat laut Paris, Prancis. 
Muridnya datang dari berbagai latar belakang ras dan agama. Sebagian besar 
murid berkulit putih dan dari keluarga kelas menengah. Paty tipe guru kreatif 
yang ingin pelajaran yang diberikannya menyenangkan, tidak membosankan. Paty, 
misalnya, sering kali menugasi murid-muridnya membuat ilustrasi Liberte, 
Egalite, Fraternite. Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan moto resmi negara 
Prancis yang pertama kali digaungkan saat Revolusi Prancis. Para murid biasanya 
berbisik satu sama lain untuk mendiskusikan ilustrasi yang pas. Sebagian murid 
mengilustrasikan ‘Kesetaraan’ sebagai tubuh atau wajah dengan dua bagian yang 
sama, laki-laki dan perempuan, hitam dan putih. Sebagian murid mengilustrasikan 
‘Persaudaraan’ dengan gambar dua belah tangan berwarna hitam dan putih 
berbentuk hati melingkari bola dunia. Akan tetapi, para murid sering kali 
kesulitan mengilustrasikan‘Kebebasan’. Beberapa murid mengilustrasikannya 
dengan gambar patung Liberty bersayap serupa malaikat. Saat mengajar kebebasan 
berbicara yang merupakan bagian kurikulum nasional Prancis, Paty suka 
menunjukkan murid-muridnya dua karikatur Nabi Muhammad dari majalah Charlie 
Hebdo. Paty menerangkan hukum Prancis melindungi kebebasan berekspresi, 
termasuk berekspresi melalui karikatur yang ‘mengejek’ agama-agama. Sejumlah 
murid mendebatnya. Paty hati-hati menjelaskan argumen kebebasan berpendapat 
melalui karikatur Muhammad itu kepada murid-muridnya. Ia di awal pelajaran 
senantiasa mengingatkan para muridnya, terutama yang muslim, untuk mengalihkan 
pandangan dari karikatur Muhammad jika karikatur itu bakal menyinggung mereka. 
Paty dan para murid selalu terlibat dalam diskusi yang saling menghargai di 
setiap materi yang ia ajarkan. Selama bertahun-tahun cara mengajar Paty, 
termasuk dengan menunjukkan karikatur Muhammad, tak menimbulkan masalah. Namun, 
Oktober lalu, sejumlah orangtua murid muslim keberatan. Seorang di antaranya 
melaporkan Paty ke polisi. Orangtua murid itu juga mengunggah video di Facebook 
untuk memobilisasi orangtua lain, mengidentifikasi identitas sang guru. Paty 
dikatakan mengidap fobia Islam dan menyerang Islam. Lelaki berusia 18 tahun 
asal Chechnya membunuh Paty. Ia memenggal kepala Paty. Si pembunuh mengunggah 
ke Twitter gambar kepala Paty yang terpisah dari tubuhnya, tergeletak di jalan. 
Kita semestinya menangisi kematian tragis Pak Guru Paty. Presiden Prancis 
Emamnuel Macron membela Paty. Majalah The Economist edisi 24 Oktober-30 Oktober 
2020 menurunkan obituarium Patty. Mirip dengan Kaisar Hirohito yang menganggap 
guru prajurit peradaban, The Economist menyebut Paty prajurit kebebasan 
(liberty’s foot-soldier). Membunuh Paty sama artinya membunuh peradaban dan 
kebebasan. Kita selayaknya mengecam dengan kecaman paling keras pembunuhan 
Paty, juga pembunuhan di satu gereja di Nice, Prancis. Sejumlah tokoh muslim 
Prancis mengutuk pembunuhan Paty. Mereka mengatakan membunuh orang yang tak 
berdosa seperti Paty ialah kebiadaban. Presiden Jokowi mengecam kekerasan di 
Prancis. Bagus seandainya Presiden Jokowi secara khusus mengecam pembunuhan 
Paty sebagai bentuk pembelaan dan penghormatan kepada guru dan peradaban.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1978-pak-guru-samuel-paty






Reply via email to