J Suka-suka gua sih, sah-sah saja. Namanya juga EGO: semau gue! Tapi dalam bermilis ada etikanya, Bung. Sopan santun menggunakan huruf.
Menulis dengan font besar dalam suatu percakapan milis, artinya ada marah di sana, karena Anda tak mampu membuat orang lain menjiplak pribadi Anda, kan? Katanya puasa…. Nah lho? Salam hangat selalu, Anice Bhadmurtiraka Maaf Ibu Sekarningsi yang baik hati, Saya tidak punya maksud apa-apa menggunakan font besar2, Saya hanya ingin merubah selerah aja(suka-suka guwa dong), toh dimilis ini tidak ada larangan menggunakan font yg besar2. Bolomaapu Ibu. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa "SUCIKAN HATI UNTUK INDONESIAKU " ----- Pesan Asli ---- Dari: sekarningsih <[EMAIL PROTECTED]> Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Terkirim: Senin, 1 Oktober, 2007 3:48:16 Topik: RE: [gorontalomaju2020] Re: JIL lagi,,, JIL lagi. [Untuk tuturuga a.k,a belimbingbotol] Weleh-weleh…. Kenapa ya mesti meggunakan font besar-besar? Maksudnya apa, sih? From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Ismartono Balango Sent: Monday, October 01, 2007 3:26 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Hal: [gorontalomaju2020] Re: JIL lagi,,, JIL lagi. [Untuk tuturuga a.k,a belimbingbotol] Maaf Pak TUTURUGA, klo saya ikut nimbrung. Pak TUTURUGA sendiri klo boleh saya tahu menganut (Paham/Aliran) ISLAM APA ? Saya hanya pingin tahu aja. Terima kasih Sebelumnya.Bolomaap u Ju klo tidak berkenan. Sukses Luar Biasa buat Pak TUTURUGA. ----- Pesan Asli ---- Dari: Tuturuga <belimbingbotol@ yahoo.com> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Terkirim: Senin, 1 Oktober, 2007 2:45:51 Topik: Re: [gorontalomaju2020] Re: JIL lagi,,, JIL lagi. [Untuk tuturuga a.k,a belimbingbotol] Saya tidak tahu apa itu JIL, yang saya tahu ada orang yang menentangnya. Tapi apa salahnya? Jika pemikiran mereka dianggap salah oleh kelompok lain, saya anggap itu juga wajar. Saya fikir yang menjadi problem adalah masalah tafsir Islam saja. Ada yang mengklaim, Islam yang bener itu begini, sementara kelompok lainnya mengatakan lain. Tentunya keduanya disertai alasan dalil, nash, dan berbagai rujukan pembenar. Begitu juga masalah kelompok Islam mainstream, kebetulan saja yang menghakimi tafsir atas Islam pada kelompok kecil merupakan arus utama di suatu daerah atau negara sehingga kelompok kecil itu dianggap menyempal dan menjadi Islam sempalan. Mungkin saja pada lain zaman kondisinya justru berubah : yang dulu sebagai Islam mainstream sekarang dianggap jadi sempalan. Bisa saja, kan? Bagi saya Islam yang dianut oleh siapa saya saat ini merupakan hasil tafsir atas Islam (zaman Muhammad), meski banyak juga yang mengklaim paling benar. Sedang zaman generasi sesudah Muhammad saja sudah banyak perbedaan, apalagi saat ini. Jadi untuk apa kita saling menghujat mengatasnamakan Nabi dan Tuhan yang sama? =t=