Terimakasih atas urun pikirnya. Namun maaf, saya tak menjawabnya langsung,
tetapi saya persilahkan Anda membaca saja kelanjutan cuplikan buku Syekh
Siti Jenar 2, Makrifat dan Makna Kehidupan yang disusun Pak Achmad Chodjim.
Apa yang Anda ragukan tentang Syekh Siti Jenar di sana dikupas secara
transparan. 

 

Perlu diketahui Pak Chodjim adalah lulusan Pondok Pesantren Salaf Darul Ulum
Tebu Ireng Jombang serta Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, dan
seorang intelektual yang low profile.

 

Selamat membaca!

 

Salam cerah,

Anice Bhadmurtiraka

---------------------------------------------------

dear bu sekar..
mohon maaf kalo postingan saya kurang berkenan..

1.Bicara mengenai mengenai paham syech siti jenar yakni konsepnya tentang
hidup <http://id.wikipedia.org/wiki/Hidup>  dan mati
<http://id.wikipedia.org/wiki/Mati> , Tuhan
<http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan>  dan kebebasan, serta tempat berlakunya
syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di
dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum
sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan
abadi.

Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian
(hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat
peribadatan sebagaimana ketentuan syariah
<http://id.wikipedia.org/wiki/Syariah> . Dan menurut ulama pada masa itu
yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus
memenuhi rukun Islam <http://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Islam>  yang lima,
yaitu: syahadat <http://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat> , shalat
<http://id.wikipedia.org/wiki/Shalat> , puasa
<http://id.wikipedia.org/wiki/Puasa> , zakat
<http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat>  dan haji
<http://id.wikipedia.org/wiki/Haji> . Baginya, syariah itu baru berlaku
sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. 

2. bicara marifat, menurut syech siti jenar pemahaman ketauhidan harus
dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum
agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt
wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat
dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma'rifat, kecintaan
kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah
memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan.
Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu
tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syech Siti Jenar. menurut para
ulama, kayaknya dalam paham siti jenar terbagi atas empat kasta dalam
beribadah. dan apabila orang yg sudah berada dalam tingkat ma'rifat tidak
perlu lagi melakukan tahapan yg dibawahnya karena sudah melewatinya. 
apabila di telusuri , maksud dari paham syech siti jenar kita bebas
melakukan apa saja di dunia ini karena hakekat hidup di dunia adalah
kematian. nnt setelah kita memasuki alam kematian barulah kita memasuki
kehidupan hakiki. segala perbuatan kita di dunia tdk akan di mintakan
pertanggung jawaban di akhirat nnt karena kita masih dalam keadaan mati.
naudzubillah mindzalik...sungguh sesuatu yg sangat aneh...! 

".Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.." [Al Maa-idah:3]

"Sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ,dan
perkara yang paling buruk adalah perkara yang baru dan setiap bid'ah adalah
tersesat" ( H.R Muslim

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. " [An
Nisaa":59] 

Sabda Rasulullah Saw: "Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat
kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah
Nabi-Nya."(HR Ibnu 'Abdilbarri)

MOGOLE AMBUNGU TIYY...

BI ADITU PA AMA

VQ

Pada tanggal 02/10/07, sekarningsih <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

".. Mengapa sepeninggal Nabi Muhammad, kesantunan hidup yang diteladankan
oleh Nabi itu tampak sirna di Jazirah Arabia? Rahmat dari Nabi itu
seolah-olah tenggelam, sehingga beberapa sahabat besar saling menikam dan
membunuh tak lebih dari 20 tahun sepeninggal beliau. Islam yang semula
menjadi terang umat manusia, anugerah bagi semua satwa dan flora, tiba-tiba
menjadi bencana. Terwujudlah sahabat-sahabat yang tidak bisa saling memahami
dan akhirnya saling bunuh. Lahirlah serpihan-serpihan umat yang haus darah.
Muncullah kalangan yang kering akal dan pemikirannya, sehingga ayat-ayat
suci itu disajikan secara mentah kepada umat.

 

"Maka, jangan heran bila sinar terang Islam itu hanya memancar selama tiga
abad saja. Ilmuwan-ilmuwan tidak tahan hidup di negeri-negeri yang dikuasai
raja-raja yang beragama Islam. Alim-ulama  yang disebut-sebut sebagai orang
yang paling sadar terhadap kehadiran Allah (yakhsya Allah) itu tinggal
namanya saja di Al Quran (Fathir [35]:27-28).  

..................

Kirim email ke