Kompas, Selasa, 04 Desember 2007 TAJUK RENCANA
Penghematan BBM Kemarin di harian ini kita membaca berita berjudul "Mutlak Hemat BBM". Berita itu memang didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Oleh karena, tanpa langkah tersebut, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan anggaran pemerintah. Disebutkan, semua program penghematan energi harus berhasil pada tahun 2008, apalagi mengingat produksi minyak yang siap jual masih mungkin gagal mencapai target. Langkah yang ditempuh untuk tujuan ini adalah konversi energi, juga penghematan melalui pengaturan penerima manfaat BBM bersubsidi yang terseleksi, hingga pengelolaan BBM industri. Selebihnya, menurut Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Suharso Monoarfa, adalah memerhatikan kebijakan transportasi dan industri. Itulah satu sisi dari penghematan, yang dalam hal ini terkait dengan anggaran. Aspek lain dari penghematan dapat pula kita baca dalam liputan wartawan harian ini tentang energi terbarukan di Pulau Nusa Penida. Kantor PLN Distribusi Bali memelopori pembangunan dua pembangkit listrik tenaga angin berdaya 80 kilowatt dengan biaya Rp 7 miliar. Melalui program ini, PLN Distribusi Bali menghemat penggunaan solar hingga Rp 300 juta per tahun. Itulah dua aspek menyangkut penghematan BBM, dan keduanya berdimensi ekonomi. Namun, sesungguhnya ada aspek lain yang dapat dikemukakan di sini, khususnya dalam kaitannya dengan Konferensi Perubahan Iklim yang kini sedang berlangsung di Bali, yaitu yang terkait dengan lingkungan. Seperti kita tahu, selain menghabiskan dana, penggunaan BBM yang boros juga mencemari lingkungan, karena dari pembakaran BBM inilah terpancar gas-gas rumah kaca yang diyakini menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Jadi, langkah penghematan BBM bermanfaat ganda, selain bisa untuk mengurangi belanja, juga berkontribusi dalam mengerem pemanasan global. Hal ini tentu perlu terus-menerus disosialisasikan ke berbagai pihak, ke kalangan pemerintahan, industri, dan bahkan juga ke lingkup individual, karena masing-masing bisa berkontribusi. Satu hal lagi yang ingin kita kemukakan adalah bahwa menyangkut bahan bakar, selain penghematan, juga perlu disertai dengan konversi, yaitu dari energi tak terbarukan ke terbarukan. Dalam hal ini, apa yang dilakukan PLN Distribusi Bali sudah memenuhi harapan itu: menghemat secara ekonomi, sekaligus menyumbang kebaikan bagi lingkungan. Langkah semacam itu diharapkan dapat diperluas ke pihak-pihak yang selama ini intensif menggunakan BBM. Transportasi boleh jadi sektor yang perlu diprioritaskan. Selain intensif menggunakan BBM, sektor itu belum terkelola baik. Jalanan macet adalah tempat terjadinya penghamburan BBM secara sia-sia, yang kalau tanpa itu kita bisa berbuat hal lain yang lebih bermanfaat.