Alumnus Cairo ya..? Siapa tau ustadz Mansur mau meneruskan
perjuangannya sebagai chaplain, tapi di Gorontalo saja, Di gelanggang
dan terminal Andalas kayaknya butuh pembimbing rohani, Bagaimana
Ustadz Mansur?--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, "imusafir"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
>
> 23 Januari 2008
> Jalan Dakwah Sang Chaplain
>
>
> Perasaan gentar seketika menyusup ke lubuk hati Muhammad Joban. Ia
> tak membayangkan akan bertemu dengan orang-orang berbadan tinggi-
> besar, tegap, dan berwajah sangar. Para 'raja tega' yang punya
> kepiawaian menghabisi nyawa orang lain tanpa merasa bersalah.
>
> Mereka adalah gangster dan penjahat kelas kakap penghuni McNeil
> Island Correction Center (MICC). MICC adalah 'hotel prodeo'
> bereputasi angker di Negara Bagian Washington, AS. Seperti lembaga
> pemasyarakatan kelas kakap Nusa Kambangan di Indonesia, MICC
> berlokasi di sebuah pulau, yaitu Pulau McNeil.
>
> Joban tidak sedang terjebak di sarang penyamun. Dia sengaja terjun
ke
> sana untuk sebuah misi dakwah. ''Pertama bawaannya seram,'' katanya
> mengawali kisahnya kepada Republika, beberapa waktu lalu. Tapi, ia
> kemudian meluluhkan hati orang-orang bertampang keras itu.
Aktivitas
> Joban berdakwah di penjara yang tak hanya di MICC tapi berlanjut ke
> penjara-penjara lain di AS bermula pada 1992 lalu. Ketika itu,
> Islamic Center Washington State mengumumkan pemerintah negara
bagian
> itu membutuhkan seorang chaplain.
>
> Chaplain adalah pegawai pemerintah yang bertugas melakukan
pembinaan
> rohani. Pemerintah setempat tak hanya merekrut chaplain atau imam
> atau pembina rohani untuk narapidana Muslim, tapi juga merekrut
> chaplain untuk narapidana beragama lain. Pengumuman di Islamic
Center
> itu menarik minat Joban. Kendati belum pernah berdakwah di penjara,
> pria kelahiran Purwakarta, Jawa Barat, Juni 1958, itu mengajukan
> lamaran ke Washinton State Correction Center. Dia memang telah
> memutuskan untuk meniti jalan dakwah.
>
> Gayung bersambut. Pemerintah AS memanggilnya. Sejumlah fase seleksi
> kemudian dia lewati. Akhirnya ia pun diterima sebagai seorang
> chaplain dan resmi menjadi pegawai Pemerintah AS. Dakwah dari
penjara
> ke penjara pun yang penuh tantangan pun bergulir. Joban pertama
kali
> menjalankan tugasnya di Penjara Monroe, dua jam perjalanan dari
Kota
> Olympia, ibu kota Negara Bagian Washington. Selanjutnya, dia
> berdakwah di MICC. Paling tidak, tiga jam sehari dia habiskan untuk
> menyampaikan cahaya Islam di sebuah penjara.
>
> Ada bermacam cara yang dilakoni Joban untuk melakukan pembinaan
> rohani kepada para narapidana. Antara lain, dalam bentuk kelas,
> dengan jumlah narapidana hingga 30 orang per kelas. Ada pula cara
> personal, dengan pertemuan empat mata dengan seorang narapidana.
Tak
> jarang, ceramahnya itu diikuti oleh narapidana non-Muslim. Bahkan,
> beberapa narapidana yang tersentuh oleh dakwahnya, kemudian
> memutuskan memeluk Islam.
>
> Pengelola penjara, tutur Joban, umumnya gembira melihat seorang
> narapidana yang masuk Islam. Sebab, Islam membuat mereka
berperilaku
> lebih baik. ''Islam telah mengubah hidup mereka,'' katanya. Salah
> seorang yang masuk Islam adalah Smith. Dia narapidana di Penjara
> Walawala, yang dihuni para pelanggar hukum kelas berat. Semula dia
> sangat temperamental. Perilakunya kasar. Bila tak suka pada
> seseorang, dia tak segan-segan memukul. Bila tak suka pada makanan
> yang disajikan, dia pun bisa langsung membuangnya.
>
> ''Namun, setelah dia masuk Islam, perilakunya sangat sopan. Semua
> orang dibuat heran,'' tutur Joban. Narapidana lainnya yang masuk
> Islam adalah Lukman. Menurut Joban, Lukman adalah orang yang senang
> dengan penjelasan mengenai fadilah-fadilah ibadah, termasuk shalat
> malam. Usai mendengarkan uraian mengenai fadilah shalat malam,
hampir
> setiap malam Lukman bangun tengah malam, menunaikan shalat di
selnya.
>
> Teman satu selnya, John, yang selalu memerhatikan gerak-gerik
Lukman,
> terdorong untuk bertanya: olahraga apa yang sering dilakukan Lukman
> malam-malam, di selnya. Lukman yang sering membaca Alquran di dalam
> sel, juga sering mendapat pertanyaan dari John: apa yang dibacanya.
> Lukman pun menjelaskan yang dia lakukan bukanlah olahraga,
melainkan
> shalat --yang juga pernah dilakukan Nabi Isa. Soal yang dibacanya,
> Lukman mengatakan bahwa itu adalah kitab suci umat Islam. Tak lama
> kemudian, John pun masuk Islam, dan mengganti namanya menjadi
Salman.
>
> Alquran, tutur Joban, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi
para
> narapidana. Narapidana non-Muslim pun tertarik membaca Alquran,
> kendati tetap membaca Bible. Ketertarikan para narapidana kepada
> Alquran, kata Joban, sering membuat stok Alquran di penjara
> berkurang. Setelah belasan tahun berdakwah mencairkan hati para
napi
> di antara dinginnya sel penjara, kini Joban tak begitu intens
> berdakwah di penjara. Ia mengatakan banyak mantan narapidana
> binaannya yang telah mengambil alih perannya, sebagai seorang
> chaplain.
>
> Tahun lalu, Joban meninggalkan Olympia, tempat dia tinggal sejak
> menjejakkan kakinya di negeri Paman Sam, tahun 1989 lalu. Dia kini
> menetap di Redmond, tak jauh dari Olympia. Di sana, dia menjadi
imam
> Masjid Ar Rahmah. Tapi, jalan dakwah selalu membawa alumnus
> Universitas Al Azhar, Kairo, itu kembali ke penjara. ''Sesekali
saya
> masih memberikan pelajaran kepada para narapidana,'' katanya.
>