Richie..Richie.. Ti om Nino itu Butuh penjelasan utiy.. ente malah
bekeng tamba pusing dengan ente pe reply...
Ana motunggu pa ti ustadz mansur dulu baru mo ba komentar, hehehe...

salam
--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Balibudu Armstrong
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya jawabnya dgn cra sprti ini sja, mngkin ada yg bsa bntu ti Om
Ninong. Kalau dgn pendktan logic bole to? Soalnya tkt obral ayat nanti
dtuduh ngasal tafsir hehe. Ehem... Bgni, jika Newton
&quot;menemukan&quot; kbnaran lewat gravitasinya, dan rootnya adalah
dia (newton). maka Galileo mengujicoba  dgn menjatuhkan dua buah bnda
xg berbeda bntuk dan volumenya dari atas menara pisa, kedua bnda tsbut
jatuh brsamaan dgn kcptan yg sama pla.  Maka lahirlah hukum galileo
trhdp gravitasi dbndingkan dgn volume dan masajenis. Duniapun
mengakuinya. Ratusan thn brikutnya Einstein mnemukan teori yg
menyangkut gravitasi brdarkan pada ruang lingkup universal jagad raya
yg menghubngkan ruang, waktu dan gerak. Sejak si Kepler berasumsi bhwa
pusat dari peredaran planet adlah matahari dan dmana orbit2nya
dpngaruhi oleh gravitasi jga hingga memunculkan hukum2 gravitasi
lanjutannya. Hngga si Einstein brkata gravitasi adlah gerak lengkung.
Nah, dari smua hukum2 yg ada,
>  semuanya tetap merujuk ke kata &quot;gravity&quot; (sayangnya di
indonesia artinya sebtas gaya tarik bumi saj hingga tmbl kerancuan).
Semua para pakar dan penemu itu tetap mengakui Newton sbg eyangnya
gravitasi meski ats kbtulan peristiwa apel jatuh ke bwah. Bicara soal
sekunder adalah pelanjut dari kesan primer itu sendiri. Dalam sains
memang blum ada kata the end, akan tetapi dari masing2 prinsip dan
temuan yg diyakini masing2 ada pengguna &quot;hukum&quot; tersebut utk
diterapkan ke bidang2nya.  Tanpa harus memberangus sebuah teori bru
meski akan membntah suatu pemahaman lama tanpa kajian mendasar dan uji
hipotesis yg disepakti brsama. Meski newton itu brhasil dgn just know
without knowing know. Dan semua mngakuinya termasuk einstein dan post
modern saintis lainnya meski ada pembenaran (atw kebenaran?) korektif.
What next...
> 
> 
> ----- Original Message -----
> Subject: [GM2020] Luthfi Assyaukanie: Nabi Pamungkas dan Nabi Sekunder
> Date: Tue, 29 Jan 2008 10:57:17
> From: Elnino van Gorontalo <[EMAIL PROTECTED]>
> To:  <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
> 
>             Postingan ini tidak saya mengerti. Mohon penjelasan dari
teman2 yang lain. 
> 
> Elnino 
> 
> ============ ========= ========= 
> 
> Luthfi Assyaukanie: Nabi Pamungkas dan Nabi Sekunder 
> 
> Posted by: "Bacaan Islam Bermutu" bacaan_islam_ [EMAIL PROTECTED] com  
> bacaan_islam_ bermutu 
> Mon Jan 28, 2008 1:46 pm (PST) 
> 
> Tempo, Edisi. 49/XXXVI/28 Januari - 03 Februari 2008 
> Nabi Pamungkas dan Nabi Sekunder 
> 
> Luthfi Assyaukanie 
> 
> Peneliti Freedom Institute dan Koordinator Jaringan Islam Liberal,
Jakarta 
> 
> Salah satu doktrin utama yang dijunjung tinggi kaum muslim adalah 
> keyakinan tentang Muhammad sebagai nabi pamungkas (khatam al-nabiyyin) 
> . Begitu sucinya doktrin ini, para ulama berpandangan bahwa siapa saja 
> yang melanggarnya dapat dianggap murtad atau keluar dari Islam. 
> Menurut hukum Islam (fikih), seorang yang murtad haruslah dibunuh. 
> Para ahli fikih sepakat bahwa pemerintahlah yang harus menjalankan 
> hukuman, namun seorang ulama dari mazhab Syafi'i berpendapat bahwa 
> hukuman itu bisa dilaksanakan secara individual jika pemerintah tak 
> mampu melaksanakannya. 
> 
> Mungkin karena doktrin fikih yang kaku itu, kaum muslim memusuhi dan 
> menyerang Ahmadiyah, sebuah aliran yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad 
> sebagai nabi. Baik di Pakistan (negara asal Ahmadiyah) maupun 
> Indonesia, anggota Ahmadiyah dikecam, dikejar-kejar, dan properti 
> mereka dirusak dan dibakar. Tanpa mau mengerti persoalan kompleks 
> tentang konsep kenabian, kaum muslim meminta pemerintah membubarkan 
> Ahmadiyah dan melarang sekte ini hidup di Indonesia. 
> 
> Doktrin khatam al-nabiyyin bukanlah milik kaum muslim saja, tapi ia 
> juga milik semua agama. Setiap agama besar memiliki doktrin nabi 
> pamungkas. Agama Yahudi menganggap Musa sebagai nabi pamungkas; Agama 
> Kristen menganggap Isa sebagai nabi pamungkas; dan agama Buddha 
> menganggap Siddharta Gautama sebagai nabi pamungkas. Masing-masing 
> agama ini menjunjung tinggi doktrin khatam al-nabiyyin, dan akan 
> menganggap siapa saja yang melanggarnya telah tersesat. 
> 
> Pada awal-awal kemunculan agama Kristen, kaum Yahudi menganggap 
> pengikut Isa (Yesus) sebagai kaum heretik, karena mendaulat Isa (bukan 
> Musa) sebagai nabi pamungkas dan bahkan menganggapnya sebagai anak 
> Tuhan. Begitu juga, pada masa-masa awal kemunculan Islam, kaum Kristen 
> di kawasan Bizantium (Kekristenan Timur) menganggap pengikut Muhammad 
> sebagai "sekte Kristen" yang sesat dan menyesatkan. Islam dianggap 
> sekte sesat karena memperkenalkan nabi baru selain Isa, yakni 
> Muhammad, sebagai nabi pamungkas. 
> 
> Sesat menyesatkan terhadap siapa saja yang menolak doktrin nabi 
> pamungkas dalam suatu agama bukanlah unik milik Islam. Setiap agama 
> baru selalu melewati proses semacam ini. Saya menyebutnya "proses 
> heretisasi", yakni upaya menjauh dari pemahaman ortodoks. Jika proses 
> heretisasi berlangsung mulus, sebuah agama baru bakal muncul; jika 
> tidak, konflik dan ketegangan akan terjadi. 
> 
> Proses heretisasi terjadi sepanjang sejarah. Orang-orang Yahudi 
> menganggap Kristen sebagai agama heretis yang menyempal dari agama 
> Yahudi. Begitu juga, kaum Kristen memandang Islam sebagai sekte sesat 
> yang menyempal dari agama Kristen. Pada gilirannya, kaum muslim 
> menganggap Baha'i sebagai agama yang menyempal dari Islam. Baha'i 
> tidak lagi dianggap sebagai bagian dari Islam karena para pemeluknya 
> tak mau menganggap Muhammad sebagai nabi pamungkas, tapi malah 
> menjadikan pemimpin mereka, Baha'ullah, seorang alim dari Persia, 
> sebagai gantinya. 
> 
> l l l 
> Ahmadiyah, menurut saya, belum bisa dianggap sebagai agama baru, 
> karena proses heretisasi dalam dirinya belum sempurna. Para pengikut 
> Ahmadiyah masih terbelah antara menerima Muhammad sebagai nabi 
> pamungkas dan menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi baru. Kecuali 
> jika mereka sendiri yang mendeklarasikan Ahmadiyah sebagai agama baru, 
> tak seorang pun berhak menganggapnya demikian. 
> 
> Saya tidak tahu apakah ada anggota Ahmadiyah yang benar-benar 
> menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi pamungkas. Setahu saya, 
> dari sejumlah literatur tentang Ahmadiyah yang pernah saya baca, 
> seluruh anggota Ahmadiyah di Indonesia tetap menganggap Muhammad 
> sebagai nabi pamungkas, sedangkan Mirza Ghulam Ahmad dianggap sebagai 
> nabi sekunder yang kedudukannya lebih rendah daripada Nabi Muhammad. 
> 
> Konsep nabi sekunder memang tidak dikenal dalam teologi Sunni. Tapi, 
> konsep itu dikenal secara luas dalam agama-agama lain, khususnya 
> Yahudi dan Kristen. Orang-orang Yahudi, misalnya, menganggap Musa 
> sebagai nabi pamungkas, tapi pada saat yang sama meyakini Isaiah, 
> Jeremiah, Ezekiel, dan Daniel sebagai nabi juga, namun bersifat 
> sekunder. Orang-orang Kristen menganggap Isa sebagai nabi pamungkas, 
> tapi pada saat yang sama bisa menerima Simon, James, Matius, dan 
> Thomas sebagai nabi (rasul). 
> 
> Islam tidak mengadopsi teologi semacam itu, tapi mengembangkan 
> doktrinnya sendiri tentang nabi sekunder. Kaum Syiah menyebutnya 
> "imam", sedangkan kaum Sunni memiliki istilah yang beragam, seperti 
> "wali", "ulama", dan "mujaddid" (pembaru). Baik imam maupun wali (dan 
> istilah lain dalam dunia Sunni) sesungguhnya memiliki posisi yang 
> kurang-lebih sama dengan nabi sekunder dalam teologi Yahudi dan 
> Kristen. Para imam dua belas (itsna asy'ariyah) bagi kaum Syi'ah 
> memiliki kharisma dan posisi yang tak bisa disejajarkan dengan kaum 
> muslim biasa. Kedudukan mereka hanya bisa dikalahkan oleh Muhammad, 
> sang nabi pamungkas. 
> 
> Begitu juga, dalam dunia Sunni, para awliya (bentuk jamak dari wali), 
> ulama, maupun mujaddid memiliki kedudukan yang tinggi, disanjung, 
> dihormati, dan didengar pandangan-pandangan nya. Abdul Qadir 
> al-Jailani, misalnya, adalah salah satu wali yang sangat dimuliakan 
> kaum muslim Sunni. Begitu juga, Abu Hamid al-Ghazali merupakan ulama 
> yang menempati posisi sangat khusus di kalangan umat Islam. Begitu 
> uniknya posisi Al-Ghazali sehingga Montgomery Watt, seorang orientalis 
> Inggris, menganggapnya sebagai muslim terbesar kedua setelah Nabi 
> Muhammad. 
> 
> Mujaddid juga memiliki posisi unik yang bisa disejajarkan dengan 
> konsep nabi sekunder dalam teologi Yahudi dan Kristen. Istilah 
> mujaddid diperkenalkan oleh Nabi Muhammad sendiri dalam sebuah 
> sabdanya: "Setiap 100 tahun Allah mengutus seorang mujaddid yang akan 
> memperbarui ajaran agama (Islam)." Tokoh Islam seperti Muhammad Abduh 
> (1849â€"1905), Ali Abd al-Raziq (1888â€"1966), dan Fazlur Rahman 
> (1919â€"1988), adalah para pembaru Muslim yang dimaksudkan Nabi. Tentu 
> saja, istilah "100 tahun" tidak harus diartikan secara literal, karena 
> "100 tahun" yang dimaksud dalam hadis itu adalah masa yang dibutuhkan 
> suatu doktrin untuk menjadi kedaluwarsa. Dan itu harus diperbarui 
> dalam setiap kurun waktu tertentu agar tetap segar. 
> 
> l l l 
> Para teolog Sunni memang tidak menganggap wali atau ulama atau 
> mujaddid sebagai nabi, tapi mereka memandang posisi mereka begitu 
> tinggi, dan bahkan meletakkannya setingkat di bawah nabi. Ulama, 
> misalnya, dianggap sebagai ahli waris para nabi (al-ulama waratsat 
> al-anbiya). 
> 
> Sebenarnya, jika para pengikut Ahmadiyah menyebut Mirza Ghulam Ahmad 
> sebagai wali, atau ulama, atau mujaddid, pasti tidak akan ada masalah. 
> Sayangnya, mereka lebih memilih bersitegang dengan ortodoksi Sunni 
> dengan tetap menggunakan istilah "nabi" untuk pemimpin mereka. 
> Padahal, yang mereka maksudkan dengan nabi ketika menyebut Mirza 
> Ghulam Ahmad sebetulnya adalah "wali" atau "mujaddid" dalam pengertian 
> kaum Sunni. 
> 
> Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari cara mereka membeda-bedakan tiga 
> istilah, yakni "nabi independen" (naby mustaqill), "nabi tidak 
> independen" (naby ghayr mustaqill), dan "nabi bayangan" (naby 
> al-dzill). Nabi independen adalah pemuka agama yang membawa risalah 
> murni, seperti Musa, Isa, dan Muhammad. Nabi tidak independen adalah 
> pemuka agama yang meneruskan risalah nabi independen, seperti Harun 
> (dalam kasus Musa) dan Paulus (dalam kasus Isa). Sementara nabi 
> bayangan adalah pemuka agama yang menyebarluaskan risalah itu. 
> 
> Para pengikut Ahmadiyah Qadiyan memandang Mirza Ghulam Ahmad sebagai 
> naby ghayr mustaqill, sementara pengikut Ahmadiyah Lahore menganggap 
> Mirza sebagai naby al-dzill. Kedua sekte ini tetap menganggap Muhammad 
> sebagai nabi pamungkas (naby mustaqill) yang kedudukannya tak bisa 
> digantikan oleh siapa pun. 
> 
> Ketegangan yang terjadi dalam menyikapi Ahmadiyah selama ini 
> sesungguhnya dipicu oleh kesalahpahaman terhadap penggunaan istilah 
> "nabi". Baik Ahmadiyah maupun Sunni sama-sama bersalah. Ahmadiyah 
> bersalah karena menggunakan istilah yang tak bisa diterima dalam 
> teologi Sunni. Kaum Sunni bersalah karena tak mau mengerti bahwa 
> istilah nabi bisa dimaknai dengan beragam arti, tidak mesti hanya satu 
> makna saja seperti yang mereka pahami secara keliru selama ini.***** 
> 
>      
> 
> 
> 
> 
>       ___________________________________ 
> L'email della prossima generazione? Puoi averla con la nuova Yahoo!
Mail: http://it.docs.yahoo.com/nowyoucan.html
>


Kirim email ke