Ibu Marini, awalnya saya bagitu olo, nikmati saja, dan ternyata nikmat juga. Posabari Nou, pokonya popooyo Nou. he he he......
Sofyan Uli <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Yusuf Ruhban kan saya tau juga sebagai ketua umum HPMIG, mohon penjelasannya.... Yusuf Ruchban <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Hello karini.... Wololo habari. Watiaya Te UCU,he he he ----- Original Message ---- From: MARINI HAMIDUN <[EMAIL PROTECTED]> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 12, 2008 10:32:21 AM Subject: [GM2020] Re: Opini : Setelah Fadel dan Peta Masa Depan Gorontalo Salam bakudapa buat teman2 milis GM2020.. Saya menjadi penyimak milis ini baru sekitar seminggu, inipun atas rekom dari OH yang gak bosan2nya ngajak saya tuk nimbrung di milis ini, yang kata beliau (sesuai dgn nama milis ini GORONTALO MAJU 2020) tuk kemajuan Gorontalo, (bolo maapu Om, baru skrg ikutan). Sepanjang saya mengikuti milis ini, saya merasa gerah, karena sebagian besar isinya beraroma politik, yang sayangnya bukan menuju kemajuan gorontalo, tetapi isinya hanya saling memperlihatkan ego masing2 sesuai dengan kepentingannya, baik itu kritikan, saling hujat, saling serang pribadi sesorang yang tidak disenangi, ataupun hal2 yang menurut saya ngawur. Hampir semua teman2 yang sementara studi di bogor menjadi anggota milis ini, juga beberapa teman di luar bogor yang saya tau juga sementara studi bahkan beberapa diantaranya yang smntara studi diluar negeri, sehingga dalam bayangan saya seharusnya isi milis ini adalah hal2 yang bisa menunjukkan identitas kita sebagai orang yang berpendidikan, berwawasan global dan dewasa. Orang yang berpendidikan akan memandang segala sesuatu itu tidak hanya dari salah satu sudut pandang, juga akan selalu berpikiran positif, dan jika ada hal2 yang tidak berkenan, berikan alasan yang masuk akal (dan ilmiah) dan berikan solusi terbaik yang tidak akan menjadikan perdebatan panjang yang omong kosong, hingga menyerang pribadi seseorang. Anggota milis ini sangat variatif, baik dari segi umur, pekerjaan, disiplin ilmu, dan juga kepentingan, sehingga kitapun akan memandang satu fenomena dari sudut pandang yang bervariatif pula, dan itulah kekayaan kita jika kita bisa bisa memberikan yang terbaik buat Gorontalo. Sebagai orang non politik, saya tidak mengerti politik, andaipun saya punya pandangan politik, maka itulah pandangan orang awam, yang tidak bisa disalahkan, tapi bisa jadi masukan buat org politik, bahwa inilah keanekaragaman. Kita harus belajar menghargai pendapat orang lain (baca: menghargai orang) BTW, sebagai mahasiswa yang smntra menulis tugas akhir, saya mhn info atau saran dari teman2. Salah satu bagian tulisan saya, adalah menyusun konsep (kriteria dan indikator) zonasi taman nasional. Kriteria yang saya gunakan terbagi atas 3 aspek, yaitu aspek ekologi, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Sy sangat mengharapkan ada masukan (tambahan maupun baru) terhadap materi saya ini.. Nb: saya berharap milis ini akan mencerahkan pikiran kita, dan menambah wawasan pengetahuan, terutama bagi yg smntr studi, inilah wadah tuk memperkaya materi tugas akhir. Wassalam (mhn maaf, jika ada yg tidak berkenan) ----- Pesan Asli ---- Dari: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED] net.id> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Terkirim: Senin, 11 Febuari, 2008 4:44:54 Topik: RE: [GM2020] Re: Opini : Setelah Fadel dan Peta Masa Depan Gorontalo MENYOAL PANGGANGAN DAN API Pertanyaan dari panggangan yang ada di Ohio,USA sana yang jauuuuuuh dari api yang ada di Gorontalo ! Senapas dengan pemilu di Amrik yang terbuka blak2an, Pak Mus menyuarakan argumen tentang berhasil atau tidaknya peran FM sebagai Gubernur Gorontalo,disingkat GG.(di zaman penjajahan ada singkatan di Hulonthalo “ti GG” yang artinya pemimpin tertinggi di Batavia yakni Governeur Generaal, kalau dia sudah memutus, habis perkara ! ) Tetapi bukan itu yang ingin saya komentari. Ada yang namanya “bulan bahasa”, ada pula konperensi bahasa daerah internasional bln Mei y.a.d. di Gorontalo…..bahasa menunjukkan bangsa! Kata pakar bahasa Indonesia, pk. Jusuf Badudu yang Hulonthalo itu, Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan BENAR. Dibawah ini pak Mus menulis : “masih jauh dari panggang api…” Menurut catatan computer, sedikitnya sudah 2x pak Mus menggunakan istilah ‘jauh dari panggang api’. Saya garuk2 kepala sy yang penuh uban dan ketombe….apakah maksudnya benar tetapi menulisnya terbalik? Atau Badudu yang salah badiri? Atau sy yang cuma duduk2 dan ngomong doang? Maka Anda2 milister lah yang memutuskan istilah mana yang benar : “masih jauh dari panggang api” ataukah “masih jauh panggang dari api”! Bolo maapu juh… Wass.OH -----Original Message----- From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of imusafir Sent: Monday, February 11, 2008 11:54 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: [GM2020] Re: Opini : Setelah Fadel dan Peta Masa Depan Gorontalo Pak Funco Saya bertanya tanya Apakah HPMIG sebegitu Buta dengan kondisi di gorontalo ?? Sekali lagi Pak Funco Saya tidak bermaksud menyerang Anda ataupun Pak Fadel tapi membaca postinga anda, rasanya semua itu masih jauh dari panggang api. Dan Barangkali dari sini kita semua bisa belajar sehingga memilih Gubernur nanti akan bisa lebih baik dari Fadel. Bolo Maapu Musafir (Yang bukan ketua dari organisasi manapun) --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, funco tanipu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini opini saya buat Gorontalo Post..(baru saya kirim tadi). Sebagai bahan diskusi buat Gorontalo Maju, telah saya copy kan ke GM2020 . > > > Funco Tanipu. > > -- > > Setelah Fadel dan Peta Masa Depan Gorontalo > > > Funco Tanipu > (Ketua Umum PB HPMIG) > > > > > Fadel dan Hegemoni Wacana > Menjadi seorang Doktor, Gubernur, Bendahara DPP Golkar era Akbar Tanjung dan kini disebut-sebut sebagai representasi kemenangan pemilihan Presiden di 2009 (jika Ia digandeng) adalah sesuatu yang tak dibayangkan oleh seorang Fadel Muhammad, apalagi Umi dan Abahnya di masa lampau. Menjadi seorang Fadel yang kini gemilang dengan kuasa dan materi serta menjadi inspirasi bagi sebagian orang adalah hikmah dari sebuah perjalanan panjang hidup, konsistensi dan komitmen pada nilai-nilai yang luhur. Fadel menurut saya adalah integrasi nilai- nilai luhur tadi. Tak mungkin ia mencapainya tanpa representasi nilai yang kemudian termaktub dalam sanubari dan geraknya.. Praktisnya, keberhasilan yang kini direguk tak lekang dari usaha, kerja keras, cucuran keringat, berani susah, dan komitmen moral. Kesemuanya ini akan berkelanjutan dan mendapat momentum jika nilai-nilai tadi akan senantiasa dipertahankan dan tak tergoda oleh sikap menjadi seorang pecundang tangguh. > Sebagai manifestasi keberhasilan, citra sukses, dan kemenangan, tentu Fadel menjadi inspirasi bagi sebagian atau mungkin hampir keseluruhan masyarakat Gorontalo hari ini. Raupan suara diatas 80 % menjadi bukti bahwa Fadel tidak saja memiliki antibodi politik yang kuat tetapi juga social capital yang luar biasa di sanubari rakyat Gorontalo. Hal ini tentu tak terjadi begitu saja, kerja keras selama 5 tahun serta pencitraan yang luar biasa (bahkan terlampau over acting) menjadi pendongkrak citra Fadel yang dulunya sangat lekat dengan pengalaman mengenai "negatifitas" Fadel di Jakarta. Sebagaimana diketahui, Fadel dulunya adalah ikon dari trauma, kekecewaan, buangan hingga anti trust, dan kini berhasil membalikkan keadaan dan pandangan publik, bahwa negatifitas ada masanya, dan ada pula masanya membangun sesuatu yang positif. > Gorontalo sebagai basis sosial-kultural yang dikonstruksi seiiring dan sepadan dengan simbolisasi Fadel, tentunya hari ini dan kedepan mesti berpikir serius mengenai masa setelah Fadel atau post Fadel condition (pasca Fadel). > Dalam pada itu, saya tak ingin membawa konstruksi kesadaran masyarakat Gorontalo kearah personifikasi Fadel dan segala tindak tanduknya yang selama ini ia lakukan. Fadel bukanlah dewa yang mesti kita jadikan maskot dan lambang kebesaran, bahkan ikon Gorontalo. Suatu saat jika waktunya datang, Fadel pasti akan meninggalkan Gorontalo. Mungkin di tahun 2009 jika ia masuk ke DPR atau melalui pemilihan presiden atau mungkin saja masuk pada kabinet berikutnya. Namun, satu yang pasti, di tahun 2011 yang kini tinggal 4 tahun lagi, Fadel akan menyelesaikan ke-Gubernurannya. Saya, dalam pada ini, tak berpikir siapa yang layak dan cocok menjadi pengganti Fadel. Saya tak ingin melakukan konstruksi kesadaran politis itu ke sanubari rakyat Gorontalo. Walaupun akhir-akhir ini, begitu banyak nama beredar di tengah masyarakat. Dan tentu saja, kesadaran yang coba dikonstruksi adalah konstruksi elit, yang nantinya terserah apa kata elit, maka itulah representasi pilihan politik masyarakat > Gorontalo mengarah. > Perspektif ini tentu tak bicara tentang personifikasi lagi. Masa depan Gorontalo lebih nyata dan besar dibanding elit-elit yang "sedikit" itu. Kita, sebagai warga Gorontalo, harusnya berpikir lebih strategis dan taktis mengenai keadaan Gorontalo sesudah Fadel. Fadel yang kini menggejala, bahkan hampir menjadi sebuah "isme" bagi rakyat Gorontalo mesti kita periksa secara arif dan bijak. > Nilai-nilai yang selama ini dibawa Fadel adalah sesuatu yang berharga dan baru bagi kita. Tentunya, kita mesti lebih bersandar dan berpatokan pada nilai-nilai tadi, bukan pada personifikasi Fadel. Kita mesti membedakan mana nilai, simbol dan tubuh Fadel. Ketiga hal ini adalah sesuatu yang berbeda satu sama lain, tetapi mesti dihargai dan dijadikan memori kolektif masyarakat Gorontalo kini dan akan datang. Walaupun seperti itu, tentunya tak semua mesti kita ambil dan jadikan sebagai memori kolektif.. Nilai dan simbol tadi seharusnya kita periksa, saring dan diberi injeksi ke-Gorontalo- an. > Tetapi, yang patut dicatat, Fadel telah membubuhkan sesuatu yang tidak pernah terjadi bahkan terbayangkan masyarakat Gorontalo di masa lalu. Fadel merubah yang biasa menjadi segala-galanya, menjadikan yang kampungan menjadi nasional, mendorong yang kecil menjadi besar. Fadel berhasil menjadi ikon Gorontalo kontemporer. > Lalu, seperti apa kondisi Gorontalo setelah Fadel? Saya hanya bisa menebak-nebak bahwa harapan, impian, kondisi, cita-cita, ambisi dan keinginan masyarakat Gorontalo tentunya menginginkan Gorontalo dipimpin oleh orang yang memiliki kemampuan "minimal" seperti Fadel. Lalu, menjadi pertanyaan lanjut, apakah Gorontalo memiliki stok pemimpin seperti itu? Jawabannya tentu ada pada kenyataan politik nanti di tahun 2011. Tetapi satu yang pasti, bahwa harapan, impian, kondisi, cita-cita, ambisi dan keinginan masyarakat Gorontalo saat ini telah terkonstruksi sedemikian rupa bahwa itu semua mestinya harus berada dalam personifikasi seseorang yang akan menjadi pengganti Fadel. Dan, jika itu telah menjadi memori kolektif masyarakat, maka yang terjadi hanyalah dua hal, pertama, bahagia dan senang, karena mendapatkan seseorang yang memiliki kemampuan "minimal" seperti Fadel dan berhasil melanjutkan keberhasilannya. Kedua, kecewa dan apatis, karena orang tersebut malah berada di bawah > standar yang telah dipatok, bahwa ia minimal harus seperti Fadel. > > > Keberlanjutan Generasi > Beberapa hal diatas adalah pekerjaan berat bagi kita sekalian. Karena usaha mendekonstruksi kenyataan dan kesadaran yang hampir membatu adalah usaha yang akan memakan waktu dan energi yang cukup lama. Kondisi ini mungkin akan sama dengan kondisi masyarakat Indonesia yang kini sebagian besar merindukan sosok Soeharto. Begitu pula dengan Gorontalo hari ini. Fadel adalah kenyataan yang sukses. Tapi ia tak akan lama lagi di Gorontalo. Karena Fadel punya cita-cita yang lebih besar, dan kita sama-sama harus mendorong serta membantu Fadel mencapai cita-cita tersebut, demi keberlajutan kader Gorontalo. Sebagaimana juga kita harus mendorong Rahmat Gobel, Suharso Monoarfa, Mochtar Mohammad, Reiner Latif, Tony Uloli, Alex Sato Bya dan beberapa orang Gorontalo yang kini berkiprah di tigkat nasional. > Mereka yang "telah besar" diatas bukan lahir dari rahim peradaban kita. Mereka adalah sosok yang "besar" secara alamiah dengan kemampuan mereka secara personal. Gorontalo hanyalah bagian kecil dari kesuksesan mereka hari ini. Kita kemudian terbiasa dengan hal- hal yang lebih kumuh lagi, dengan mengklaim mereka adalah Gorontalo. Bisa kita lihat banyaknya tokoh-tokoh lokal kita yang bersimpuh dan memohon jika ketemu mereka tadi. Yang parah kemudian, mereka ditawari dengan seuntai penghargaan lokal (Pulanga) tatkala berhasil. Bukankah penghargaan itu kita untaikan disaat mereka telah sukses dan top saja? Dimana kita di saat mereka berdarah-darah membangun karir di Jakarta sana . Kita selama ini hanya mengekor pada keberhasilan orang. Kita lebih senang berada di balik kebesaran orang yang kebetulan lahir atau bermarga Gorontalo saja. Tetapi, lebih dari itu, kita adalah bangsa pencundang, yang hanya sanggup menggadaikan Pulanga sebagai penghargaan yang paling besar dari rakyat > Gorontalo. Kita tak usahlah dulu berbicara tentang keberhasilan bangsa Yahudi menjadi bangsa yang minim jumlah, tetapi memiliki kemampuan "menggenggam" dunia. Di samping kiri dan kanan, kita terlalu menutup mata dengan keberhasilan bangsa Bugis-Makassar yang bersatu-padu melahirkan, merawat, mendorong hingga mengawasi tokoh- tokohnya yang kini berkiprah di Pusat. Kita terlalu ketinggalan dengan Minahasa yang kini (dengan diam-diam) bisa mencetak kader- kader terbaiknya untuk bermain di tingkat Nasional. Saya hanya bisa bertanya, kapan kita bisa mencetak seorang Presiden dari Gorontalo, yang kita besarkan, kita rawat, kita bina, kita awasi dan kita dorong? > Di akhir periodenya ini, Fadel mesti kita rawat sekaligus kita periksa. Fadel mesti kita dorong sekaligus kita awasi. Perlu adanya mekanisme keberlanjutan antar generasi yang kini hampir hilang dari setiap perubahan sosial yang terjadi. Kita mesti mengondisi yang selama ini terjadi; baku bunuh, baku tikam dan saling mematikan antar sesama. > > > > > Peta Masa Depan Gorontalo > Kedepan, menurut saya, masyarakat Gorontalo mesti merubah perspektif yang selama ini masih paternalistik ke arah yang lebih berkesinambungan. Gorontalo harus berpatokan pada nilai-nilai yang luhur, visioner, humanis, egaliter, bermartabat, berakhlak, komitmen pada moral, dan konsisten pada cita-cita bersama. Gorontalo harus menyandarkan pada nilai-nilai diatas. Gorontalo mesti menjadikan sanubarinya dipimpin integrasi nilai-nilai tadi. Keterjebakan kita selama ini adalah terlalu membiarkan nurani kita diporak-porandakkan oleh konstruksi wacana keseharian yang diproduksi elit. > Tentunya, setelah membaca tulisan ini, Fadel mestinya bisa lebih seksama dan cermat melihat kemungkinan- kemungkinan setelahnya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lokal yang kini sibuk bermimpi dan tebar pesona untuk menjadi Gubernur. Apalagi kita (rakyat Gorontalo) yang selama ini masih terganga, terkesima, dan takjub oleh dan apa yang Fadel telah lakukan selama ini. Saya, yang masih menaruh harapan pada kemungkinan terbaik dan tak ingin berkabung setelah Fadel, mengajak elit, kelas menengah, kaum intelek, warga kampus hingga rakyat jelata, bahwa politik kumuh yang selama ini kerap menjadi kebanggan kita mesti kita sudahi dan beri perspektif baru. Perspektif baru itu adalah politik untuk kemanusiaan dan peradaban yang mengedepankan sikap dialog sebagai basis moral penyelesaian perubahan sosial kita yang mengarah pada kekalutan. Sebelum itu, kita mesti sama-sama membangun banyak ruang publik sebagai kamar dialog peradaban kita, dimana disitulah kita akan membincang tentang > cita-cita sebagai bangsa terbaik di Jazirah Sulawesi bahkan Indonesia . > Dan seturut dengan Goenawan Mohamad, bahwa masa lalu itu adalah sesuatu yang penting, tetapi sejarah tidak bisa mandek. Karenanya, sejarah Gorontalo mesti diberikan terus air perspektif baru. Sejarah tak bisa berhenti pada Agropolitan.. Kita mesti membuat peta masa depan; masa depan yang beradab. > > > > ------------ --------- --------- --- > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. > --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers --------------------------------- Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers --------------------------------- Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!