So, jika pada masa khalifah Utsman sudah mulai selektif dalam hal 
hadits, dan periode berikutnya Bukhari mengoleksi 600-700ribu hadits 
dan mengkarantina 500ribu lebih karena missing link dan tak jelas 
lisensinya, serta tak lupa dgn sikap netralnya seperti yg dipaparkan 
ustad Luqman, maka, masih adakah kecendrungan untuk berpedoman pada 
perawi lain? Karena sering ada kesimpang siuran riwayat yg masing2 
pihak yg berkepentingan mengklaim sahih.
Mohon Pencerahannya.
Salam
 "Luqmanul Hakim Abubakar" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam.
> Maaf..,lagi-lagi nimbrung.. :)
> Benar, bahwa manuskrip klasik tidak semuanya bersih dari 
penyimpangan 
> dan kepentingan kelompok. Tapi dalam kajian hadits, penyimpangan 
> dalam pemaknaan dan periwayatan selalu dapat terdeteksi. Para ulama 
> pengkaji hadits selalu selektif dan berhati-hati, sebab hadits 
adalah 
> salah satu sumber epistimologi Islam.  Kredibilitas dan kenetralan 
> mereka dalam melakukan pelacakan terhadap nilai suatu hadits telah 
> benar2 teruji. Mereka memiliki metodologi produktif dan  standar 
> analisa ilmiah sehingga dapat mendeteksi bentuk-bentuk kesalahan 
dan 
> penyimpangan.
> Analisa terhadap periwayatan telah dimulai sejak zaman pertikaian 
> sahabat. Pembunuhan Utsman, perang Jamal dan  Shiffin, Arbitrase 
> hingga pembunuhan Ali memunculkan banyak kelompok  penyeleweng dari 
> ajaran Ahlussunnah wa jamaah yang kemudian berusaha  menjustifikasi 
> kebenaran kelompok mereka dengan hadits palsu atau  penyelewengan 
> terhadap makna hadits-hadits shaheh.Tapi para ulama  pengkaji 
hadits 
> tidak tingal diam. Diantara usaha-usaha untuk  mengetahui otensitas 
> suatu hadits adalah misalnya: (1) pengkajian serius  terhadap 
> kredibilitas dan latar belakang para perawi dengan menyusun  
berbagai 
> ilmu terkait, juga peletakan syarat-syarat yang  sangat ketat untuk 
> perawi (2) Rihlah fî thalab al-hadîts atau  perjalanan dalam rangka 
> pelacakan hadits langsung dari sumber asli (3)  mengembangkan 
tradisi 
> kritik teks hadits (4) penyusunan hadits2 lemah,  palsu dan shahih 
> (5) komparasi analitis antara hadits yang ada. 
> Intinya, ada standar umum yang mudah dan disepakati dalam menilai 
> literatur klasik terutama yang ditulis dimasa fitnah. Juga kita 
tidak 
> kekurangan ulama klasik yang teruji kredibilitas, kejujuran dan 
> kenetralannya. Dan Bukhari adalah pimpinan mereka.
> 
> Salam
> 
> --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, balibudu@ wrote:
> >
> > Salam,
> > mhon maaf tdi waktu login di web jga timeout. Hehe (bgmana Om 
> Sofyan?)
> > nde oke, sebenarnya bkan pada soal lebih acceptable dari ulama 
> terdahulu. Karna hal ini bkan saja semudah menelusuri rentang waktu 
> yg singkat seperti dsar pengkajian imiah ekonomi dgn patokan waktu 
> dan thun serta peristiwa yg jelas.. Dasarnyapun harus dgn kitab2 yg 
> sudah mnjadi artifak keilmuan. Tentu dlm teori metedologi 
penelitian 
> secara ilmiah pastilah didukung statistic data yg bsa melahirkan 
> hypotesis. Namun dlm dunia perawian hadits tentu mendapatkan 
kendala 
> besar. Sebuah peristiwa yg disebut faktor X misalnya mengenai tanah 
> fadak yg berpengaruh terhadap kemelut sunni dan syiah sebagai 
faktor 
> Y. Tentunya jga dlam latar blakang masalah yaitu penuntutan hak 
dari 
> ahlul baits dari berbgai riwayat pun berbeda kepentingan. Apakah 
hrus 
> berpatokan pada output Tehran ataukah dari turunan Muawiyah dgn 
> bukharinya.. Kalaupun saja berlandaskan pada manuskrip2 zaman al 
> ghazali pun sering terbntur kpentingan2.
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: fany salamanya <fany_gorontalo@>
> > Sent: 2008-02-15 22:10:34 GMT+08:00
> > To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> > Subject: Bls: [GM2020] Soal hadits utk ustad mansur
> > 
> > Maaf, ikut nimbrung...
> > 
> > Richie Balibudu berkata :
> > 
> >  Jadi, maksud saya begini, cara menyatakan atas
> > 
> >  status hadits seperti
> > 
> >  di atas sudah tidak cocok lagi dikemukakan ketika
> > 
> >  masuk dalam
> > 
> >  gelanggang argumentasi dan perbincangan yang kaya
> > 
> >  dengan perbedaan
> > 
> >  prinsip dan iman.
> > 
> > Tanggapan :
> > Alasan apa? 
> > Konteks apa yang melatarbelakanginya? 
> > Dan yang maha penting lagi METODOLOGINYA bagaimana nunu?
> > Agar supaya pendapat anda lebih rasional, lebih ilmiah, lebih 
> ISLAMI, dan lebih bisa applicable dari pendapat ulama-ulama 
terdahulu.
> > 
> > Salam,
> > Fany,
> > Nanti ketemu di KFC, Insya ALLAH..
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >       
> > ________________________________________________________ 
> > Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
> > http://id.yahoo.com/
> >
>


Kirim email ke