Wah bang, tuh situs ditunggangi murtadin internasional deh. Dulunya ana aktip di situ, tapi udah nggak lagi, dialognya antara satu ma yg laen penuh caci maki gtu deh. ^_^ mo islam, kristem dll sama aja bahasanya. Di forum kaskus juga ada fight clubnya kayak gini. Saya saranin gak usah ikutan deh ^_^. Bisa tambah makan ati. Mending di milis, lebih kekeluargaan. Tapi kalo mau, ya terserah.^_^
Salam, juliusrock on forum ffi (akunnya masi aktip gak ya?) --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, zulkifli mantau <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > setiap kita wajib berdakwah..so bagi anda-anda yang > tahu banyak kebenaran tentang Islam silahkan > mengemukakannya dengan sebebas-bebasnya. Ungkapkan > kebenaran Islam yang hakiki, Islam yang Rakhmatan Lil > Alamin, Islam yang damai, Al-Qur'an yang menjadi > pegangan hidup ulaslah dengan sepenuh hati jangan > sepotong-potong karena ayat-ayat dalam Al-Qur'an > tidaklah berdiri sendiri, satu sama lain saling > mengkait. > sanggahan tulisan si Guntur sangat perlu dilakukan > namun publikasinya jangan cuma untuk intern, harus > pake media umum nasional, supaya semua orang tahu akan > kebenaran tersebut. > > mari berdebat namun jangan terpancing..be cool..saya > undang kita mensyiarkan kebenaran Islam lewat dunia > maya ini, silahkan kita debat terbuka di > http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/ > namun kembali saya ingatkan..jangan terpancing..kalau > perlu bertindaklah sebagai "Devil Advocate" dalam > forum tersebut. oke wassalam, and go moslem movements > --- Irwan Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Jangan-jangan, bukan Islam yang benci Krtisten, atau > > Kristen yang benci Islam? Jangan-jangan model orang > > begini yang benci Islam? > > > > Guntur dan "Pembajakan" Sirah Nabi > > Senin, 10 September 2007 > > Entah ingin mengulang terkenal sepeti Ulil Abshar > > atau tidak, tulisannya yang mengatakan Nabi Muhammad > > "dibesarkan" Kristen ternyata hanya membajak > > Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi > > > > Tulisan Mohammad Guntur Romli, seorang aktivis > > Jaringan Islam Liberal (JIL) (Kompas, 1 September > > 2007) menarik untuk dicermati. Setelah membaca > > tulisannya yang lumayan panjang itu, penulis > > berkesimpulan bahwa Guntur ingin menyatakan bahwa > > Nabi Muhammad tumbuh dan `dibesarkan' oleh milieu > > Kristen. Artinya, lingkungan dan kaum cerdik pandai > > Kristen punya andil yang cukup vital terhadap > > pribadi dan nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad SAW. > > Tentu saja tulisan tersebut `menarik': perlu > > dicermati dan dikritisi. > > Maryam dan Yesus di Ka`bah > > Mengutip Muhammad bin Abdillah al-Azraqi dalam > > Akhbar Makkah Guntur menyatakan bahwa terdapat > > "gambar dan arca Isa (Yesus) dan ibunya, Maryam > > (Maria) di Ka`bah". Benarkah demikian? > > Sejarawan Muslim terkemuka, Ibnu Katsir (w. 774 H) > > membeberkan dengan panjang lebar situasi dan > > kondisi ketika Fathu Makkah dalam bukunya yang > > terkenal, al-Bidayah wa al-Nihayah. Beliau > > menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang melihat > > patung nabi Ibrahim as. dan Maryam (Maria) di > > Ka`bah. Tapi, dia tidak menyebutkan adanya arca Isa > > (Yesus) di sana. Ketika melihat gambar keduanya, > > beliau berkata, "Dan mereka sudah mendengar bahwa > > malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah (bait) yang > > di dalamnya terdapat gambar Ibrahim. Lalu bagaimana > > pula seandainya gambar ini memanah mengundi nasib > > dengan anak panah." (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa > > al-Nihayah, 1998, 4: 698). Justru di sini Nabi SAW > > tidak setuju adanya patung kedua orang yang > > dimuliakan itu. > > Kenapa saya mengutip Ibnu Katsir? Karena beberapa > > buku yang dikutip oleh Guntur masih diragukan > > validitasnya, seperti al-Halabi dan Ibnu Jarir > > al-Thabari. Buku sirah Ibnu Hisyam (w. 218 H) yang > > paling otentik pun tidak ada menyebutkan patung > > Maryam dan Isa (Yesus). Yang disebutkan hanya gambar > > para malaikat, nabi Ibrahim as. dan yang lainnya. > > Nabi SAW akhirnya marah dan mengatakan, "Mereka > > telah menjadikan `syaikh' kita mengundi nasib dengan > > anak panah. Ibrahim tidak ada kaitannya dengan > > pengundian nasib seperti itu." Lalu beliau membaca > > ayat, "Ibrahim itu bukan seorang Yahudi tidak pula > > Kristen, melainkan orang yang hanif (lurus) dan > > menyerahkan diri (muslim), tidak pula seorang yang > > musyrik (Ali Imran: 67)." Lalu beliau menyuruh agar > > seluruh gambar-gambar itu diubah (dihapus). (Ibnu > > Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, tahqiq dan syarh: > > Musthafa al-Saqa, Ibrahim al-Abyari dan Abd > > al-Hafizh Syalabi, 1997, 4: 61). > > Pendapat Ibnu Hisyam ini mengandung dua kemungkinan. > > Pertama, kata "yang lainnya" (ghairuhum), > > menunjukkan adanya `lukisan/gambar' Maryam dan Isa > > (Yesus), bukan "arca" Maryam dan Yesus seperti > > pendapat yang di`comot' Guntur. Kedua, Nabi SAW > > tidak membiarkan gambar-gambar tersebut (para > > malaikat, nabi Ibrahim dan yang lainnya) menghiasi > > dinding Ka`bah). Maka, gambar-gambar itu pun > > dihilangkan. Jadi, tidak benar jika arca pendapat > > yang dikutip Guntur tersebut baru hancur pada masa > > Yazid bin Muawiyah. Hal ini dikuatkan dengan fakta > > historis, bahwa pada masa Yazid ibn Muawiyah tidak > > pernah dibicarakan masalah penghancuran > > gambar-gambar (arca) tersebut. > > Afirmasi Al-Qur'an > > Al-Qur'an (Qs. Al-Ma'idah: 82), menurut Guntur, > > mengakui kedekatan orang Kristen dengan Muhammad. > > Tentu kita tidak menyangkal fakta historis ini, tapi > > ini perlu dilihat secara jeli dan `jurdil', tidak > > asal afirmasi. Benar sekali bahwa Waraqah bin > > Naufal, kakak sepupu Khadijah sebagai orang Kristen, > > namun Kristen yang masih mengikuti millah Ibrahim > > yang hanif. Tapi, pengakuan Waraqah tentang kenabian > > Nabi SAW perlu dilihat dengan kritis. Setelah > > berbicara tentang sosok Jibril yang datang kepada > > Nabi SAW di Gua Hira', Waraqah menyatakan: "Jika itu > > benar wahai Khadijah, berarti Muhammad adalah "Nabi > > umat ini". Dan aku sudah tahu bahwa dia adalah > > seorang nabi yang ditunggu-tunggu (nabiyyun > > yuntazhar) oleh umat ini. Ini adalah masanya." (Ibnu > > Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1988, 1: 228). > > Peristiwa "Gua Hira" itulah yang disebut oleh > > Waraqah sebagai "Namus" alias "rahasia" yang pernah > > turun kepada Musa. Lalu Waraqah berikrar: "Amboi, > > seandainya aku ketika itu ketika Nabi SAW dimusuhi > > oleh kaumnya dan dikeluarkan dari Mekah kuat > > (kokoh) dan hidup ketika kaummu mengeluarkanmu." > > "Apakah mereka akan mengeluarkanku?" tanya Nabi SAW. > > "Ya, tidak ada seorang pun yang datang membawa > > seperti apa yang engkau bawa kecuali dimusuhi. > > Seandainya umurku sampai pada masamu itu, niscaya > > aku akan menolongmu sekuat tenagaku." (Wa in > > yudrikuni yaumuka, anshuruka nashran mu'azzaran). > > (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 3: 6). > > Di sini, Waraqah mengakui bahwa Nabi SAW adalah > > "nabi akhir zaman": nabi umat ini. Jika Waraqah > > hidup pada masa risalah dan kenabian beliau, > > kemungkinan besar akan memeluk Islam. > > Juga tidak benar jika Nabi SAW berjalan-jalan di > > pasar tujuannya adalah menyimak dan mengamati > > seluruh kegiatan pasar yang berfungsi pula sebagai > > "festival kebudayaan" (Qs. Al-Furqan: 7). Ini adalah > > pemahaman salah Guntur terhadap ayat. Padahal maksud > > ayat di atas adalah penjelasan tentang sifat > > kemanusiaan (basyariyyah) Rasul SAW. Karena > > orang-orang kafir menolak bahwa "seorang nabi" tidak > > selayaknya melakukan hal-hal seperti manusia biasa: > > mencari rizki di pasar-pasar. Oleh karena itu > > dalam ayat tersebut orang-orang kafir menyangkal: > > "Wa qalu: `Ma lihadza al-rasuli ya'kulu al-tha`ama > > wa yamsyi fi al-aswaq..." (Kenapa rasul ini makan > > makanan dan berjalan-jalan di pasar (mengais rizki) > > di pasar-pasar....?) Apa yang dilakukan Guntur > > adalah "pembajakan makna dan subtansi ayat", dan ini > > sangat tidak ilmiah dan tidak sepatutnya terjadi. > > Guntur kemudian menyebutkan dua pusat kekristenan: > > Yaman dan Syam; yang menjadi tujuan niaga kafilah > > Quraisy. Yaman dikuasai oleh dinasti Habsyah > > (Etiopia) yang mengikuti aliran monopisit-koptik, > > sedangkan Syam diperintah oleh dinasti Ghassan yang > > mengikuti aliran monopisit-yakobis. Muhammad telah > > mengunjungi dua kawasan itu ketika masih remaja > > bersama kafilah pamannya, dan saat jadi buruh niaga > > Khadijah, demikian tulis Guntur. Yang ingin > > disampaikannya adalah: Muhammad telah terpengaruh > > oleh tradisi Kristen di kedua wilayah itu sejak > > dini. > > Sejatinya, ketika Rasul SAW pergi ketika berumur > > 12 tahun ke Syam bersama pamannya, Abu Thalib, > > pendeta Buhaira justru menerangkan tentang > > tanda-tanda kenabian Rasul SAW. (Ibnu Katsir, > > al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 2: 630). > > Buku-buku sirah tidak menyebutkan keterpengaruhan > > beliau dengan budaya (tradisi) Kristen yang ada di > > sana. Ibnu Hisyam sendiri menyebutkan Buhaira malah > > bertanya atas nama Lata dan `Uzza kepada Nabi SAW, > > kemudian beliau menolak kedua nama tuhan orang kafir > > Quraisy itu. Nabi sejak dini sudah membenci kedua > > sosok tuhan itu. Akhirnya Buhaira menuruti kata Nabi > > SAW dan mengganti nama Lata dan `Uzza dengan kata > > "Allah". Setelah Nabi SAW menjawab pertanyaan > > Buhaira, terjadilah dialog yang cukup panjang antara > > dia dengan Abu Thalib: "Apa posisi anak ini bagimu?" > > "Dia anakku", jawab sang paman. "Dia bukan anakmu, > > sepertinya bapak anak ini sudah tidak ada (wafat)." > > "Dia adalah anak saudaraku", jelas Abu Thalib. "Apa > > yang terjadi atas ayahnya?" tanya Buhaira. Abu > > Thalib menjawab: "Ayahnya telah meninggal, ketika > > ibunya mengandung dia." "Anda benar", tegas Buhaira. > > "Bawa pulanglah anak saudaramu ke kampung > > halamannya. > > Hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Sungguh, jika > > mereka melihatnya dan mengetahui apa yang aku > > ketahui, mereka akan bertindak tidak baik kepadanya. > > Akan terjadi peristiwa besar (sya'nun `azhim) kepada > > anak saudaramu ini. Cepatlah bawa dia pulang ke > > kampung halamannya", perintah Buhaira. (Ibnu Hisyam, > > al-Sirah al-Nabawiyyah, 1997, 1: 219-220). Jadi, > > tidak ada interaksi dan proses keterpengaruhan Nabi > > SAW oleh tradisi Kristen di Syam. > > Peristiwa kedua adalah ketika Nabi SAW membawa > > dagangan Khadijah bersama Maisarah. Sesampainya di > > sana, beliau kemudian bersandar di bawah sebatang > > pohon dekat gereja seorang pendeta namanya Nestor > > [Nestorius]. Kemudian pendeta itu bertanya kepada > > Maisarah: "Siapa orang yang berteduh di bawah pohon > > ini?" "Dia adalah seorang laki-laki dari suku > > Quraisy, keluarga pengurus `al-Haram' (Ka`bah)", > > jawab Maisarah. "Tidak ada seorang pun yang datang > > berteduh di bawah pohon ini, kecuali dia (adalah) > > seorang nabi", kata Nestorius. (Ibnu Hisyam, ibid: > > 1: 225). Di sini pun tidak ada proses interaksi yang > > bisa dijadikan bukti kuat bahwa Nabi SAW terpengaruh > > oleh tradisi Kristen. Sedangkan ke Yaman, Nabi SAW > > tidak pernah dikabarkan pergi ke sana. Apalagi > > dikatakan bahwa beliau terpengaruh oleh tradisi > > Kristen yang ada di sana. > > Beberapa Kritik > > Pendapat Khalil Abdul Karim, penulis Marxis Mesir, > > yang dikutip oleh Guntur perlu dicermati dan > > dikritisi. Pasalnya, dia mengklaim bahwa Khalil > > membeberkan pendapatnya berdasarkan sumber-sumber > > sejarah primer, seperti al-Thabari, sirah Ibnu > > Ishaq, al-Ya`qubi