Assalamu alaikum wr wb
Teman teman GM2020 yg berbahagia, beberapa hari yang lalu saya di minta oleh 
bung Arifin Suaib, untuk berbagi pencerahan kepada beberapa pengusaha di 
gorontalo untuk suatu bisnis yang bisa di kembangkan di gorontalo, baik itu 
pasar financial ataupun komoditi. Tak sedikit orang yang kalau ditanya kenapa 
tidak tertarik memulai

bisnis sendiri, jawabannya selalu 'tidak punya modal uang untuk

memulai'. Demikian juga, kalau ada orang atau kawan yang sukses

membangun bisnisnya, cenderung mengatakan ' ya terang saja dia sukses

karena dia punya modal uang yang cukup. Ya terang saja bapaknya dia

kan anu, mertuanya begini begini... dan sebagainya". Pendeknya, banyak

yang mengidap keyakinan bahwa modal uang adalah segalanya dalam

kesuksesan membangun bisnis. Kunci suksesnya sangat ditentukan pada

besarnya kepemilikan modal uang ini.



Sesungguhnya kalau kita tanya ke pengusaha sukses yang benar-benar

sukses - bukan pengusaha karbitan -- modal uang itu memang penting,

namun bukan segala-galanya. Modal bukan satu-satunya penentu sukses.

Bahkan, dalam kenyataanya tak sedikit pengusaha yang sukses mesti

tanpa dukungan modal yang cukup. Kenapa? Karena, bagi mereka, yang

terpenting dalam bisnis adalah membangun nama baik dan trust ( di

hadapan mitra bisnis, konsumen, supplier, mitra pemodal, dll). Sudah

banyak bukti, banyak orang yang sebenarnya tidak punya uang modal,

tapi karena punya keahlian pada suatu bidang dan ia dipercaya oleh

orang alias ada orang lain yg trust kepadanya sehingga kemudian

menawari modal untuk memulai usaha. Jadi bukannya meminta, malah

ditawari modal. 



Sejauh pengamatan saya bertemu pengusaha sukses dari perbagai

kalangan, pebisnis yang punya pola pikir 'modal uang adalah segalanya'

justru kemampuan untuk survive-nya lebih lemah dari yang lebih

mengedepankan kerja keras dan membangun trust. Lihatlah bisnis

anak-anak pejabat atau anak politisi yang biasanya hanya punya masa

jaya ketika orang tua atau patronnya masih berjaya di politik atau

pemerintahan. Ketika orang tuanya masih berjaya di panggung politik

atau pemerintahan, si anak mudah cari modal. Bisa minta si A, Si B,

menekan sana-sini, bahkan kalaupun pinjam kredit ke bank juga lebih

dimudahkan. Namun ketika orang tua atau patronnya lengser, ia menjadi

kehilangan separoh lebih daya saingnya (competitiveness) sehingga

bisnisnya pun makin memudar. Saya kira banyak sekali contoh seperti

itu, bahkan mungkin sangat dekat dengan lingkungan Bapak/Ibu sekalian

atau mungkin malah kawan Bapak/ibu sendiri.  

 

Sebaliknya, tak sedikit pengusaha yang modalnya hanya beberapa juta

atau ratus ribu rupiah, namun bisa sukses karena pandai membangun

trust dan mengedepankan kerja keras/tekun. Ada pengusaha, namanya Pak

Rudy Suardana. Kalau orang Kalimantan Timur rasanya pasti akan kenal

orang ini karena beliau adalah main dealer untuk Suzuki di seluruh

propinsi Kaltim, baik untuk motor maupun mobil. Beliau juga pengembang

(developer) yang membangun Sudirman Square di Balikpapan, Kariangau

Trade Center, Perumahan Bumi Nirwana Asri, Sentra Samarinda Seberang,

dll. Samekarindo Group biasanya orang Kaltim tahu. Nah, beliau waktu

memulai usaha modalnya hanya dipercaya orang. Ada kawannya dealer di

Surabaya yang meminta dia menjualkan motor Suzuki ke  relasi-relasi

dia. Jadi polanya ia membawa dagangan, dititipin oleh kawannya itu.

Dia tak pakai modal. Ini bisa terjadi karena kawannya itu sudah trust

ke Pak Rudy sehingga berani menitipkan dagangannya untuk dijualkan

Pak Rudy. Dari situlah ia kemudian berkembang menjadi pengusaha besar,

padahal masa kecilnya dibesarkan di panti asuhan. Ia tak hanya di

otomotif namun juga properti.



Ada juga Bu Winita Kusnandar, beliau  konsultan hukum bisnis terkemuka

Jakarta yang perusahaannya (Kusnandar & Co) termasuk dalam Indonesian

10 Largest Law Firm di Indonesia. Beliau sekarang juga punya bisnis

pendidikan dan properti. Jangan pikir ketika dulu memulai usaha dia

punya modal banyak uang. Dia dulu juga karyawan di perusahaan

konsultan hukum pada umumnya yang kemudian ditawarin oleh seorang

konglomerat yang menjadi kliennya untuk buka law firm sendiri. Jadi

konglomerat yang jadi klien itu tahu reputasi Bu Winita dan kemudian

menawari 'kenapa nggak buka law firm sendiri saja?" sembari menawari

pinjaman modal uang untuk sewa kantor di Jl Rasuna Said. Dari situ Bu

Winita pun sukses membangun law firmnya dan kini bisnisnya sudah

merambah ke properti, sekolahan, hotel, konsultan manajemen dan

keuangan, furnitur, dll. 



Disini pesannya, modal uang bukan segalanya. Dalam membangun bisnis

yang lebih penting adalah memupuk nama baik dan trust. Anda boleh saja

bangkrut dan kehabisan modal, tapi percayalah, Anda masih bisa bangkit

bermodalkan nama baik dan trust orang lain kepada Anda. Saya kira

sangat banyak contoh akan hal ini. Bagi yang ingin melihat lebih dalam

bagaimana orang2 bermodal terbatas  bisa sukses menjadi pengusaha

besar, silahkan baca buku '10 PENGUSAHA YANG SUKSES MEMBANGUN BISNIS

DARI 0', disusun Sudarmadi dan diterbitkan Gramedia. Di dalamnya juga

diulas ada kisah Pak Rudy Suardana dan Ibu Winita Kusnandar yang

sempat saya singgung tadi. 
Demikianlah sedikit pencerahan dari saya untuk teman teman pengusaha muda di 
Gorontalo.
Salam hangat,
dan Wassalam,
ramang H demolinggo



      

Kirim email ke