Thanks OH atas kisahnya dan Alhamdulillah telah memperkaya siraman
rohani pada diri saya pribadi.

Salam
Ridwan

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, "R. H. Uno" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Pak Hartono Hadjaratie, cerita yang bagus, hanya ada sedikit pertanyaan
> : ...keep scrolling....
>  
> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of Asmir Agoes
> Sent: Wednesday, July 16, 2008 11:00 PM
> To: rumahbatu; rachmans
> Subject: [Rachmans] Fw: [member_baliusada] CINTA SEORANG IBU
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- On Mon, 7/14/08, Nico Krisnanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 
> 
> From: Nico Krisnanto <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [member_baliusada] CINTA SEORANG IBU
> To: "'Nico Krisnanto'" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Monday, July 14, 2008, 7:16 AM
> 
> 
> 
> 
> CINTA SEORANG IBU
> 
>  
> 
> Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua
> dengan anak satu-satunya Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.
> Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya
> mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu
> ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang
> malang,
> 
> Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan : "Tuhan tolong sadarkan
> anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan
> ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati"
> 
>  
> 
> Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya,
> sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang
> dilakukannya
> 
>  
> 
> Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia
> tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi
> hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan
> dilakukan keesokan hari, di depan rakyat desa dan tepat pada saat
> lonceng  berdentang menandakan pukul enam pagi.
> 
>  
> 
> Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak
> yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan: "Tuhan ampuni anak
> hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya".
> 
> Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya
> dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani
> hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia
> berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena
> kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
> 
>  
> 
> Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2
> manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya
> dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya
> yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.
> 
>  
> 
> Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan
> tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana
> mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng
> datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali
> lonceng tapi suara dentangnya tidak ada...
> 
>  
> 
> Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir
> darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat.
> Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang
> naik ke atas menyelidiki sumber darah.
> 
>  
> 
> Tahukah anda apa yang terjadi?
> 
>  
> 
> Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur
> berlumuran darah! Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan
> lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur
> di dinding lonceng.
> 
>  
> 
> Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air
> mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah
> diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.
> 
> Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan
> mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk
> menghindari hukuman pancung anaknya.
> 
>  
> 
> Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya. Betapapun jahat
> si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.
> 
>    SEDIKIT PERTANYAAN TAMBAHAN : apakah mungkin si ibu itu dulu
> penggemar dan atlit Panjat Tebing? 
> 
> Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih
> mampu
> 
> karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini
> 
> Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita...
> 
> Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai
> dengan apapun
>


Kirim email ke