Gaung Azan di Negeri Mozart
Gagah Wijoseno - detikNews

(Masjid Islamic Center Vienna, gagah) Lihat fotonya di:
http://www.detiknews.com/read/2008/06/19/154002/959158/10/gaung-azan-
di-negeri-mozart


Wina - Lima hari berada di Austria untuk meliput pernak-pernik Piala
Eropa, telah
membuat saya merindukan suara azan dan salat berjamaah. Setelah
bertanya kesana kemari akhirnya saya bisa mengetahui tempat untuk
memenuhi 'hasrat' saya itu.

Adalah Islamic Center Vienna yang memiliki masjid terbesar di 
Austria. Letaknya
tidak jauh dari tempat saya bermukim sementara di Wina. Cukup
dijangkau dengan menumpang satu kali trem dan satu kali U-Bahn
(subway).

Begitu turun di stasiun Nueu Donau, saya sudah bisa melihat kubah
masjid yang berwarna kehijauan. Waktu di jam tangan saya sudah
menunjukkan pukul 12.50 waktu setempat. Dari jadwal salat yang saya
sudah ketahui, zuhur di Wina pada tanggal 18 Juni jatuh tepat pada
pukul 12.57 WIB.

Setelah foto-foto sebentar untuk keperluan dokumentasi, saya lalu 
mengambil
wudhu dan menuju bagian dalam masjid. Sama seperti masjid pada umumnya
di Indonesia, di sana ada hamparan karpet merah untuk salat, hijab
pemisah untuk jamaah wanita di bagian belakang, mihrab, dan mimbar
bagi khatib.

Ruangan salatnya kira-kira berukuran 100 x 200 meter. Masjid itu
terbagi dalam 3 lantai. Lantai basement, lantai dasar, dan lantai
atas. Karena jumlah jamaah salat zuhurnya sedikit, maka yang digunakan
untuk salat hanya lantai dasar saja.

Sedangkan untuk bangunan Islamic Center secara keseluruhan berdiri di
atas tanah kurang lebih seluas 1 hektar. Kumandang azan akhirnya
dilantunkan oleh Marwan yang sehari-harinya bertugas sebagai imam di
masjid Islamic Center. Gaungnya hanya terdengar di dalam masjid saja
karena tidak menggunakan pengeras suara.

Cukup banyak orang yang salat zuhur berjamaah di Islamic Center
tersebut. Terdiri dari satu saf, kurang lebih 20-an orang yang
kebanyakan keturunan Arab. Jumlah jamaahnya tidak beda jauh saat saya
salat jamaah di Tanah Air.

Usai salat, bangunan 3 lantai itu kembali sepi. "Di sini akan sangat
ramai saat salat Jumat. Tiap lantai penuh, jumlah orangnya sekitar
2.000 orang. Mereka datang dari dalam dan luar kota Wina untuk salat
di sini," kata Direktur Islamic Center Fareed Al-Khotani kepada
detikcom.

Islamic Center di Wina adalah satu-satunya tempat yang memiliki masjid
relatif besar. Fareed mengatakan di kota-kota lain di Austria juga ada
Islamic Center, hanya saja tidak sebesar di Wina.

Selain untuk kegiatan ibadah, bangunan yang diresmikan tahun 1979 itu
juga dipakai untuk kegiatan pendidikan. Setiap weekend ada semacam
pengajian bagi anak-anak. Ada juga forum-forum untuk dialog serta les
bahasa Arab atau Jerman.

"Semua itu gratis. Anda tidak harus membayarnya," promosi pria asal
Arab Saudi itu.

Di dalam Islamic Center tersebut juga dijual buku-buku keislaman. 
Apakah itu
hadis, tafsir, maupun buku Islam kontemporer. Harganya berkisar dari 
1-20 euro.

Soal jumlah pemeluk agama Islam, Fareed mengatakan komposisinya 8
persen dari total penduduk Austria yang sebanyak 5,375 juta .
"Jumlanya 430 ribu. Dan jumlahnya meningkat 2 kali lipat dalam jangka
waktu 10 tahun,"jelasnya.

Menurutnya, kehidupan umat Islam di Austria mudah. Pemerintah setempat
memberikan kebebasan pada umat agama apapun untuk memasuki semua lini
kehidupan di sana.

"Muslim ada yang menjadi politisi, bekerja di media, maupun di 
sekolah-sekolah.
Di parlemen, ada 4 muslim di sana," terangnya.

Di akhir perpisahan, Fareed menyampaikan pesannya pada saudaranya
sesama muslim di Indonesia. Ia menyampaikan harapan besarnya agar
Muslim Indonesia dapat menjadi contoh atau model kehidupan Islam yang
penuh kedamaian bagi dunia internasional.

Dia pun tak lupa menyampaikan keinginannya untuk bertandang ke 
Indonesia.

"Saya tahu Indonesia tapi belum pernah ke sana. Saya ingin ke sana.
Jika saya ke Indonesia, hal pertama yang akan saya lakukan adalah
melihat bagaimana muslim sebanyak itu hidup dan bekerja,"
pungkasnya.(gah/nwk)



Kirim email ke