CEPAT2 PULANG KAMPUNG
 
Info merancang hari depan anak yang sangat berguna! 
 
Oleh karena itu cepat2 pulang kampung, apalagi bagi yang belajar diluar
negeri
yang mahal2 dibiayai negara atau yayasan, jgn cuma berwacana ttg
ilmunya, lekas2 kawin sesuai sunnah nabi bagi yang belum, jgn
menyebarkan fanatisme, berempatilah dengan org2 yang tidak sefaham sebab
torang, ciptaan Allah, samua basudara. Mulailah berhitung dan menabung
untuk pendidikan anak kelak, banyak2 berdo'a tetapi tetap berpijak
dengan 2 kaki dibumi walaupun ilmu langit kita sudah berasa sampai
dilangit. Amiiiin. ....eeeh, kok kedengaran seperti berkhotbah dan
ngajari....bolo maapu juh.
 
salam&sori, OH
 
-----Original Message-----
From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Pandu Nusantara
Sent: Sunday, August 10, 2008 9:44 PM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: [GM2020] Biaya Pendidikan hingga 18 tahun mendatang bisa
mencapai 1 Miliar




Sumber : http://parentsindon
<http://parentsindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5
0&Itemid=1>
esia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=1

Jika saat ini Anda memiliki anak yang berusia 1 tahun, jangan kaget
bahwa total biaya pendidikannya hingga 18 tahun mendatang, dari SD
sampai Perguruan Tinggi, bisa mencapai Rp 1 miliar. Sungguh, kami tidak
bergurau!
Menurut Ligwina Hananto MBA, konsultan keuangan Quantum Magna Financial,
biaya pendidikan rata-rata naik sekitar 20% per tahun. Belum lagi laju
inflasi di Indonesia. "Inflasi untuk sekolah swasta di Indonesia sekitar
20% per tahun, dan 15% per tahun untuk universitas di Indonesia," tambah
Ligwina. 

Sebagai gambaran, bila inflasi diestimasikan sekitar 6% per tahun, maka
dalam 9 tahun saja, total inflasi menjadi sebesar 54%. Jika saat ini
biaya kuliah per semester di universitas negeri Rp 5 juta dengan uang
pangkal sekitar Rp 20 juta, maka biaya kuliah yang harus Anda persiapkan
untuk tahun 2017 menjadi sekitar Rp 107,8 juta (dengan perhitungan
future value). Jika biaya buku perkuliahan dan alat tulis sekitar Rp 5
juta per semester, maka tambahkan lagi angka Rp 77 juta untuk biaya buku
selama 10 semester. Belum lagi ongkos transportasi, uang makan, dan
biaya hidup jika anak bersekolah di kota lain atau tinggal sendiri,
anggap saja sekitar Rp 3,5 juta per bulan dan Anda mendapatkan perkiraan
biaya hidup Rp 210 juta. Maka, total biaya untuk menyekolahkan si kecil
di tahun 2017 menjadi Rp 400 juta. Itu berarti Anda perlu menyisihkan
uang Rp 3,7 juta per bulan hingga 9 tahun ke depan! Dan, perhitungan ini
hanya berlaku jika si kecil diterima di Perguruan Tinggi Negeri. 

Jika Anda berencana menyekolahkannya di Perguruan Tinggi Swasta,
angkanya bisa menjadi dua kali lipat. Membayangkan angka yang demikian
fantastis, Anda mungkin merasa pesimis bagaimana bisa membiayai kuliah
si kecil kelak, bila saat ini saja tagihan kartu kredit Anda sudah
menumpuk di meja. Untuk mendapatkan solusinya, kami bertanya kepada
perencana keuangan keluarga untuk membantu Anda. Ini yang perlu Anda
ketahui. Menghitung biaya pendidikan.

Menurut Rina N. Sandy, RFA dari Sarosa Consulting Group, ada tiga
langkah utama yang perlu Anda ketahui secara pasti. "Langkah pertama
adalah menentukan pilihan," ujar Rina. Pilihan di sini haruslah
spesifik, Anda harus menentukan apakah si kecil kelak akan disekolahkan
ke sekolah negeri atau swasta, di dalam atau di luar negeri, dengan
standar mutu internasional atau nasional. "Menentukan secara persis
pilihan sekolah bagi anak, bertujuan untuk mencari tahu berapa besar
biaya sekolah dan uang pangkal saat ini." Lanjut Rina. 

Jangan lupakan juga biaya buku sekolah, seragam dan biaya hidup, apalagi
jika sekolah yang dipilih berada di luar kota. Setelah Anda tahu persis
pilihan sekolah dan total biaya yang dibutuhkan, maka langkah kedua
adalah menentukan jangka waktu dan target biaya di masa depan. Jika saat
ini si kecil berusia 3 tahun, maka Anda harus mulai berhitung kapan si
kecil masuk TK, SD, SMP, SMU, dan Universitas. Kemudian sesuaikan dengan
dana yang harus dialokasikan setiap bulan agar jumlahnya cukup ketika si
kecil memasuki jenjang pendidikan tersebut. 

Rina mengingatkan agar saat menghitung biaya, Anda tidak melupakan laju
inflasi, normalnya sekitar 10% sampai 20%. Untuk menghitung biayanya,
ada rumus sederhana yang bisa Anda terapkan dengan menggunakan rumus: 


future value: FV= PV. (1+r)n . 


FV atau future value adalah besarnya biaya di masa depan 
PV adalah nominal biaya sekolah saat ini
r adalah besarnya bunga 
n adalah jangka waktu yang Anda butuhkan 



Bingung menghitungnya? Klik saja http://1040tools.
<http://1040tools.com> com untuk kalkulator future value online. Setelah
Anda mendapatkan nominal perkiraan, misalnya Rp 400 juta, maka dalam
jangka waktu sampai si kecil masuk kuliah, Anda sudah harus bisa
menyiapkan sejumlah besar dana yang dibutuhkan tersebut. Untuk itu, maka
langkah ketiga -langkah yang paling penting- adalah menentukan
penempatan dana sesuai dengan harapan hasil investasi yang bisa diterima
di kemudian hari. 

Ada banyak pilihan yang bisa Anda lakukan, mulai dari tabungan
pendidikan, asuransi, hingga investasi. Semuanya disesuaikan dengan
jangka waktu dan kebutuhan Anda. Jika Anda berani menanggung risiko,
Anda bisa mencoba memilih investasi di bursa saham yang akan memberikan
hasil yang jauh lebih tinggi daripada deposito atau tabungan pendidikan.
Menyimpan biaya kuliah Meski semua penasihat keuangan akan menyarankan
Anda untuk mulai menabung biaya pendidikan di rekening tersendiri bagi
setiap anak sedini mungkin, jangan khawatir jika setelah melakukan
perhitungan, Anda merasa tidak akan bisa menabung dengan jumlah yang
dibutuhkan tersebut sampai si kecil berusia 18 tahun. 

Sebagai gambaran, bila Anda mulai berinvestasi menggunakan reksadana
pendapatan tetap setidaknya sekitar Rp 4 juta per tahun dengan bunga 10%
per tahun sejak anak berusia setahun, maka saat si kecil masuk kuliah,
Anda akan mendapatkan dana pendidikan sebesar Rp 182 juta. Meski nominal
ini masih di bawah (misalnya) angka Rp 400 juta yang Anda butuhkan, dana
ini tetap akan sangat membantu dibandingkan Anda tidak menyisihkan uang
sama sekali. 

Lalu, bagaimana mendapatkan sisanya? Jika usia si kecil masih di bawah
lima tahun, maka Anda masih memiliki banyak waktu untuk menyiapkan dana
tersebut. Rina menyarankan Anda memilih instrumen investasi jangka
panjang seperti reksadana saham. Meski investasi ini memiliki risiko
moderat hingga risiko tinggi, tapi hasil investasinya akan cukup tinggi
dibandingkan menyimpan di tabungan atau deposito. Yang perlu Anda ingat
jika memilih investasi jenis ini adalah Anda menyimpan untuk jangka
waktu yang lama, bukan jangka pendek. 

Jika Anda ragu-ragu memilih berbagai jenis investasi, maka Rina juga
menyarankan agar Anda mencari pekerjaan tambahan. "Ada banyak jenis
pekerjaan tambahan yang bisa Anda lakukan, apalagi jika itu menjadi
bagian dari hobi Anda," jelas Rina. Misalnya, Anda pandai membuat kue
kering dan kue ulang tahun, Anda bisa menawarkannya kepada rekan kerja
atau ibu-ibu di taman bermain si kecil. Atau, jika Anda hobi menulis,
Anda bisa menjadi kontributor media cetak. Selain itu, masih ada pilihan
lain yang bisa membuat Anda menarik napas lega, universitas besar
biasanya akan memberikan beasiswa bagi murid-murid yang berprestasi di
sekolahnya. Dan, ini bukan hanya di bidang akademis. Universitas Pelita
Harapan di Tangerang misalnya, memberikan beasiswa bagi anak-anak yang
menonjol di bidang olahraga bola basket. 

Perguruan Tinggi Negeri juga menyediakan beasiswa bagi mahasiwanya yang
memiliki nilai akademik tinggi. Bahkan perusahaan besar seperti
Sampoerna Foundation, atau Yayasan Chevron Texaco dari Caltex, dan
beberapa kedutaan besar di Indonesia, membuka bantuan beasiswa setiap
tahunnya. Ketika Anda merasa kewalahan mengatur keuangan dengan berbagai
kebutuhan si kecil mulai dari popok, susu, babysitter, hingga uang
pangkal si kecil di kelompok bermain, memang berat membayangkan
bagaimana Anda masih bisa menyisihkan sedikit uang ekstra dari gaji
bulanan Anda untuk biaya pendidikan si kecil. 

Yang perlu Anda ingat bahwa saat anak-anak masih kecil, Anda belum
berada pada posisi puncak karir dan pendapatan. Lima belas tahun dari
sekarang, kemungkinan besar gaji Anda akan meningkat, dan biaya
pengeluaran untuk kebutuhan bulanan anak juga semakin berkurang, dan
Anda akan punya sisa gaji bulanan yang lebih besar untuk membantu
membiayai kuliah anak. Melihat besarnya biaya dengan perspektif nyata 

Yang terakhir, Rina menyarankan Anda untuk bersikap realistis. Jika
memang kondisi keuangan keluarga belum bisa mencukupi kebutuhan tersier,
maka Anda disarankan untuk menurunkan pilihan. "Menyekolahkan anak di
perguruan tinggi ternama di Amerika mungkin menjadi cita-cita sebagian
besar orang tua, tapi jika kondisi keuangan memang tidak mencukupi,
daripada Anda terjebak utang, lebih baik Anda menyekolahkannya di negeri
sendiri", jelas Rina. 

Anda memang tidak disarankan untuk meminjam uang ke bank untuk biaya
kuliah anak. Mengapa? Karena akan sangat membebani secara finansial jika
Anda harus membayar cicilan ditambah bunga. Satu hal yang juga perlu
Anda ingat saat mengetahui betapa tingginya biaya kuliah: Besarnya biaya
kuliah tersebut adalah proyeksi perkiraan biaya masa depan berdasarkan
apa yang terjadi saat ini. Tapi, para ahli beranggapan bahwa biaya
pendidikan tinggi semakin lama semakin menggila sehingga kemungkinan
besar masih akan dikaji ulang sebelum si kecil yang kini berusia 2 tahun
lulus dari SMU. 

Saat ini memang tidak ada cara pasti untuk memerkirakan seperti apa
gambaran biaya kuliah lima belas tahun lagi. Namun Anda bisa membangun
awal yang baik dengan merencanakannya secara bijak dan menyisihkan uang
sebanyak yang Anda bisa, serta berusaha untuk tidak terlalu panik
memikirkan tingginya angka untuk biaya kuliah si kecil kelak.


 

Kirim email ke