Gelar Prof. Tanzu ini serta beda antara professor di US dan di Indonesia ini, pernah kita bahas beberapa bulan lalu dimilis ini. Jadi, pak MY yang pangkatnya sudah Lektor Kepala di UNG, kalau di US maka tingkatannya adalah Assoc. Professor......cobaaa, kerren nggaaak? Wass.OH
-----Original Message----- From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of my Sent: Monday, August 11, 2008 11:09 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: [GM2020] professor Profesor dan Professor <http://dydy.multiply.com/journal/item/191/Profesor_dan_Professor> May 23, '08 9:11 AM for everyone Sewaktu baca berita tentang artikel udanya Lessy di majalah Gatra, saya tertumbuk gelar "Prof.Dr" dan tulisan visiting professor. Saya jadi ingat obrolan sama suami beberapa tahun lalu tentang perbedaan gelar profesor di Indonesia dengan di luar negeri. Waktu itu kita baru pindah ke Lehigh university di Bethlehem, Pennsylvania. Di milis lalu ada yang tanya, "Oh, satu kampus sama profesor termuda dari Indonesia <http://cafe.degromiest.nl/node/69> itu ya?". Ya, memang ada dosen di Lehigh yang asal Indonesia, namanya Nelson Tansu. Tapi profesor termuda? Apalagi di artikel itu disebut guru besar? Orang Indonesia suka salah kaprah dengan kata profesor. Kalo di US, yang namanya dosen di universitas, rata-rata disebut professor. Mau profesor betulan ataupun bukan. Maksudnya profesor betulan? Baca di wikipedia <http://en.wikipedia.org/wiki/Professor> aja deh. Tapi gambarannya sih, professor yang betul-betul professor itu ada tingkatannya. Mungkin di tiap negara beda, kalo di US mulai dari associate professor, assistant professor, eh kebalik (thanks mbak mamiek), assistant dulu baru associate, dan puncaknya full professor. Saya menduga, karena pendidikan tinggi di Indonesia mengacu ke Belanda, makanya "profesor" di Indonesia disamakan dengan guru besar. Karena di Belanda yang namanya profesor itu selevel dengan full professor di US. Malah kata suami saya, untuk mencapai gelar profesor di Indonesia, jauh lebih sulit lagi. Dia mencontohkan pak Jorga Ibrahim dosen Astronomi ITB. Kalo di luar negeri, katanya, pak Jorga pasti udah termasuk professor. Tapi di Indonesia, belum. Nelson Tansu sendiri sampai sekarang masih berstatus assistant professor, belum full professor. Bukan bermaksud mengecilkan keprofesoran ybs, tapi cuma ingin meluruskan pemahaman orang Indonesia tentang status profesor. Sekolah di Indonesia lebih susah lho. Level S1 di Indonesia sama dengan level Master di sini. Jadi nggak usah heran kalo di sini banyak Doktor-doktor muda, karena graduate student bisa langsung jadi doktor kalo emang mau. Program Master didesain untuk mereka yang nggak pengen melanjutkan jadi Doktor. Malah kata suami saya skripsi/TAnya mahasiswa Fisika ITB seringkali canggih-canggih, hanya selevel di bawahnya riset doktoral di sini. Sayangnya, S1-nya Indonesia nggak diakui di sini. Sigh...nasiiiib nasib orang Indonesia. Jadi kalo mampu, lulus SMA sekolahin aja ke sini....cepet jadi doktornya...hihih http://dydy.multiply.com/journal/item/191