TATIYE MONGOWUTATO,
 
Napa satu lagi cerita tentang kain Kerawang, kebanggaan kita orang
Hulonthalo. Ternyata kita diseantero dunia saling menyontek satu sama
lain....dan itu baik2 saja. Yang tidak baik itu bakupe'e/menyontek lalu
lulus ujian dan mengclaim itu hasil karya sendiri....itu namanya
plagiarism. Apa kata duniaaaa....seprti slogan iklan
 
salam&sori,OH....hati2lah penyakit chauvinism.
 
 
 -----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Rasyid, Taufiq
(taufiqr)
Sent: Wednesday, August 20, 2008 12:56 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [SaudagarMinang] RE: Jawaban Pertanyaan




Terawang adalah salah satu jenis sulaman dari Sumbar, dimana sebagian/
bagian yang horizontal dari selembar kain dibuang, kemudian melalui
bagian yang vertikalnya dibuat/ disulam motif baru dengan berbagai
benang yang terdiri dari berbagai warna termasuk benang emas.
 
Untuk ukuran besar misalnya selendang atau seprei bisa dibuat setelah
kain itu diformat/ditegangkan pada sebuah standard yang dikampung saya
disebut pambedangan mungkin asalnya kata bidang ( membuat/membagi kain
atas bidang tertentu) 
 
Bahan dasar  kain voal/ voille agak mudah mencabut bagian horizontalnya,
yang agak sukar krn halus misalnya bahan organza.
Selain itu juga berbahan slendang lain bisa disulam dengan cara ini 
 
Kalau merenda seperti biasa melalui benang wool atau katun untuk taplak
meja, syaal dll.
 
Contoh sulaman terawang diantaranya bisa dilihat dikampung saya :
Sulaman Hj. Rosma di Simpang Candung ( sebelum Baso dari Bukittinggi
menuju Payakumbuh)
 
Beliau yang ex Guru SMP saya ini , pernah dapat penghargaan semacam Adi
Karya dimasa pak Harto karena kepedulainnya pada sulaman dan melatih
para gadis muda untukpandai menyulam.
 
Souvenir Shop ini cukup terkenal dikalangan pariwisata Sumbar termasuk
turis manca negara yang sering dibawa kesana.
Selain itu juga cukup banyak ada di pasar atas Bukittinggi.
  _____  

From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of R. H. Uno
Sent: Tuesday, August 19, 2008 8:35 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [SaudagarMinang] RE: Jawaban Pertanyaan




Pak Abraham Ilyas yang sangat kami hormati,
Akhirnya terjawab sudah keingin tahuan kami dengan keterangan yang kami
terima dari Bpk. 
Bagi sy pribadi hal ini merupakan pencerahan dan banyak menambah
pengetahuan. Sekiranya ada teman2 lain yang tahu sedikit cerita tentang
kerajinan tangan yang bernama TERAWANG di Ranah Minang, mohon kami
dibantu. Terikasih untuk pengetahuan ini karena konon kabarnya "merenda"
dgn teknik Kerawang dikenal juga disatu daerah pantai di Itali dan
merupakan kerajinan tangan yang unik dimana benang sujian menyatu dengan
kain dasarnya, bukan seperti bordiran yang menumpang diatas bahan
dasarnya.  
Sekali lagi terima kasih Pak, tentu juga kepada teman2 di milis Saudagar
Minang yang telah meneruskan pertanyaan2 tsb. kepada Bpk.
 
Wassalam, H.Uno

-----Original Message-----
From: Abraham Ilyas [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, August 19, 2008 11:39 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Jawaban Pertanyaan



Yth. Sdr. R.H. Uno
di Jakarta
 
Dengan hormat,
Saya membaca pertanyaan Anda dari milis [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> ups.com
Saya, Abraham Ilyas, usia 63 th, webmaster/admin dari situs
www.nagari.or. <http://www.nagari.or.id> id dan www.nagari.or.
<http://www.nagari.or.id> id mencoba menjawab sebagian (sedikit) dari
pertanyaan Anda.
 
Silakan Anda klik situs tsb. untuk mencoba memasuki ranah/alam pemikiran
Minang Kabau.
Ranah, bukan daerah..! 
Chaniago, hanyalah salah satu nama suku orang Minang dari
puluhan/ratusan nama suku lainnya. 
Pagaruyuang adalah kerajaan yang tercatat di dalam catatan sejarah, yang
konon didirikan oleh Adiyawarman sebagai lanjutan kejadian/ekspedisi
"pamalayu" ke hulu sungai Batanghari. Adityawarman beragama Budha.
Apakah orang Minang Kabau ketika itu juga beragama Budha, entahlah !.
Namun kemudian keturunan raja Pagarruyung ada yang tercatat masuk agama
Islam. Patungnya Adityawarman ada di pintu masuk musium Pusat/ Gd. Gajah
(dulu ! entah sekarang). 
Pemerintahan Adityawarman yang singkat bersamaan dengan jaman Gajah Mada
menjadi panglima perang Mojopahit meninggalkan cukup banyak prasasti di
sekitar Pagarruyung. Konon kabarnya Gajah Mada itu berasal dari Malayu
yang berfamili dengan Adityawarman.
Minang Kabau bukanlah nama kerajaan, meskipun saat ini ada sebuah
"nagari" (di Jawa disebut "desa") yang bernama Minangkabau di dekat
nagari Pagarruyung.
 
Makna "Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" silakan anda
lihat pada animasi supaya lebih mudah dipahami. 
 
Seandainya Aceh memiliki adagium yang serupa tentang syarak/syariat,
kitabullah dan adat, maka saya kira orang Minang tidak menjiplaknya dari
sana karena kata-kata "syarak" dan "kitabullah" cukup banyak digunakan
dalam adagium adat Minang Kabau seperti:
 
Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Syarak nan batilanjang, adat nan basisampiang. (bertelanjang/terbuka -
bertutup/kain)
Syarak babuhua mati, adat babuhua sentak. (terikat mati - terikat yang
bisa dibuka)
Syarak balinduang, adat bapaneh. (dilindungi dr panas, kena panas)
Syarak mangato, adat mamakai  (berkata - dipakai)
Syarak mandaki, adat manurun (mendaki/naik - menurun
Syarak lazim, adat kawi. 
 
selengkapnya lihat di http://nagari.
<http://nagari.or.id/?moda=minangkabau> or.id/?moda=minangkabau 
 
Demikianlah dan salam dari saudaramu sebangsa dan setanah air.
Selamat HUT kemerdekaan RI yang ke 63.
Tanah air ini warisan dari nenek moyang kita, milik kita, untuk kita
wariskan lagi kepada anak-kemenakan kita dan tidak untuk
digadaikan/disewakan apalagi dijual kepada orang asing
 
Abraham Ilyas
 
 


 

Kirim email ke