Ini ada artikel menarik sebuah teknologi yang bisa
mengubah peradaban suatu bangsa.

Anda tentu mengenal barcode? Sebuah kode-kode tertentu
yang diekspresikan dengan susunan garis-garis hitam
(bar) dan putih (space) yang berbeda ketebalannya
seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kebutuhan terhadap
identifikasi keberadaan suatu barang (item) secara
otomatis (Auto-ID) di bidang industri, perdagangan dan
distribusi logistik melahirkan penggunaan barcode ini
lebih dari 30 tahun yang lalu.

Buku-buku dan produk-produk yang dijual di toko buku
dan supermarket misalnya selalu dilengkapi dengan
barcode untuk memudahkan identifikasinya saat
pendataan atau pembayaran di kasir dengan menggunakan
sebuah alat pembaca (reader). Satu set barcode terdiri
dari beberapa kode, dimana satu kode terdiri dari 7
unit garis warna hitam atau putih yang jika
berdampingan akan terlihat garis hitam atau putih yang
lebih tebal.

1. Dari barcode menuju ke RFID

Walau terbukti murah dan dapat dipakai di berbagai
bidang, barcode ini ternyata mempunyai banyak
kelemahan yaitu selain karena hanya bisa
diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode
tersebut ke sebuah reader, juga karena mempunyai
kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan
tidak bisa diprogram ulang sehingga menyulitkan untuk
menyimpan dan memperbaharui data dalam jumlah besar
untuk sebuah item.

Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul adalah
menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip. RFID
yang merupakan singkatan dari Radio Frequency
Identification merupakan teknologi identifikasi baru
yang dalam pengoperasiannya terjadi kontak antara
transponder (tag) atau divais pembawa data yang
terbuat dari silikon chip dilengkapi sebuah radio
antena kecil dan reader yang terhubung dengan sistem
komputer. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak
dilakukan secara kontak langsung atau mekanik
melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet.
Berbeda dengan smart card yang biasa dipakai di kartu
telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon
chip, kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang
cukup jauh.

Sekarang ini RFID tag standard biasanya mampu
menyimpan tidak lebih dari 128 bit. Sebagian besar
memori tersebut dipakai untuk kode produk elektronik
yang berisi informasi produsen, jenis produk, dan
nomor serial. Karena setiap RFID tag adalah unik, maka
dua buah kaleng minuman ringan dengan jenis yang sama
akan memiliki kode yang berbeda, dimana sebaliknya
jika menggunakan barcode semua produk sejenis akan
menggunakan kode yang sama. Perbedaan lain antara
barcode dan RFID adalah, RFID tag memerlukan sumber
tenaga listrik untuk menggerakan sirkuit rangkaian
terpadu di dalam tag tersebut, dan biasanya dan
tentunya RFID tag tidak bisa menggunakan baterai yang
membuat biayanya menjadi mahal. Pemecahannya adalah
dengan cara mengirimkan energi listrik melalui medan
electromagnet dari reader ke RFID tag. Sebaliknya
reader dapat membaca banyak RFID tag dalam waktu
bersamaan dalam jarak antara beberapa cm sampai 10
meter atau lebih.

2. Aplikasi sederhana RFID

Untuk sebuah produk hasil pertanian yang dijual di
supermarket, jika selama ini dengan menggunakan
barcode hanya data jenis produk yang mampu tersimpan,
di masa datang diharapkan RFID tag mampu menyimpan
tidak hanya data jenis produk namun juga misalnya
untuk sebuah produk beras dapat diketahui daerah asal
produksi beras, kapan beras itu pertama kali ditanam
dan dipanen, metode penanaman dan pembuatannya, bahkan
nama dan data petaninya secara otomatis. Keuntungan
lain adalah kasir maupun pembeli dapat mengetahui
total harga barang yang ada di keranjang belanja dalam
waktu sekejap, atau bahkan kasir bisa mengetahui
barang-barang yang mungkin saja dikutil oleh pembeli
yang tidak diletakkan di keranjang belanja.

Aplikasi lain penggunaan RFID misalnya dalam
pengiriman barang yang selalu dapat diawasi secara
real time (waktu sebenarnya) dalam waktu yang tak lama
lagi dapat terwujud. Mr. Tanaka yang tinggal di Tokyo
akan mengirimkan paket kepada rekan bisnisnya Ms.
Colin di London, dimana paket tersebut dilengkapi RFID
tag sehingga bisa selalu diamati rute perjalanannya.
Mr. Tanaka dapat mengetahui lokasi-lokasi paket
tersebut pada waktu tertentu dengan mengaksesnya
melalui internet saat paket itu mulai dikirim dari
rumah Mr. Tanaka di Shibuya sampai ke Bandara Narita,
dia juga tahu kapan paketnya diangkut ke dalam pesawat
JAL di Narita dan kapan paketnya diturunkan dari
pesawat di Bandara Heathrow, lalu akhirnya paket itu
ada dalam perjalanan dari bandara sampai di kediaman
Ms. Colin di London. Hal ini semua bisa dilakukan
karena paket yang dilengkapi RFID tag itu
teridentifikasi oleh reader-reader yang terpasang pada
gate-gate yang dilaluinya, yang tak mungkin dilakukan
jika proses identifikasi itu tidak secara otomatis dan
tidak menggunakan gelombang electromagnet.

3. Ubiquitous network

Mungkin dalam beberapa waktu terakhir kita pernah
mendengar istilah ubiquitous computing, atau
ubiquitous network. Kata ??biquitous??menurut kamus
Merriam-Webster bisa diartikan sebagai ??da di
berbagai tempat dalam waktu yang sama?? Sehingga
konsep ubiquitous computing, atau ubiquitous network
itu mungkin bisa diterjemahkan secara sempit misalnya
sebagai kemampuan akses ke sebuah network (internet)
di mana saja. Konsep ubiquitous network diharapkan
akan menjadi semakin luas di masa depan berkat
hadirnya teknologi RFID. Teknologi yang ada saat ini
hanya mampu mengenal dan mengidentifikasi
divais-divais elektronik yang terhubung dengan
internet dengan IP address saja.

Di masa depan, dengan berkembangnya pemanfaatan
teknologi RFID ini, tidak hanya divais-divais
elektronik seperti computer, PDA atau telepon seluler
tetapi juga bahkan diharapkan semua barang-barang
non-elektronik yang ada di sekitar kita dapat
diidentifikasi secara otomatis. Perkembangan ini juga
seiring dengan lahirnya teknologi internet protocol
baru yang disebut IPv6 yang menggunakan 128 bit
address yang berarti mampu mengakomodasi lebih dari
3x1038 alamat. Sementara IPv4 yang ada saat ini
hanya memiliki 32 bit address sehingga alamat-alamat
yang tersedia terasa sudah sangat terbatas. Teknologi
RFID ini diharapkan dapat mewujudkan suatu
infrastruktur baru yang mengubah gaya hidup dan
peradaban suatu kelompok masyarakat di masa depan
seperti juga perubahan-perubahan yang terjadi pada
gaya hidup masyarakat sejak lahirnya komputer dan
internet.

4. Problematika dan etika

Tak lama lagi, lingkungan kita akan mengenal diri kita
bahkan tanpa kita sadari berkat teknologi- teknologi
IPv6, RFID atau teknologi sensor lainnya. Laporan
menunjukkan bahwa di banyak negara jumlah telepon
seluler melampaui telepon biasa (non-seluler), bahkan
di negara-negara tertentu perbandingan antara jumlah
saluran telepon seluler dan total saluran telepon
sudah melampaui angka 90%. Masyarakat di Tokyo
misalnya, sebagian besar dari mereka selalu terhubung
dengan internet dengan membawa telepon seluler di saat
bepergian. Nantinya, informasi-informasi yang ada di
RFID tag di pesawat telepon seluler kita, dan
reader-reader yang tersebar di seluruh pelosok kota
misalnya di setiap ticket gate di stasiun-stasiun
kereta, akan diperbaharui dengan adanya komunikasi
antara RFID tag dan RFID reader, saat kita melintas di
dekat gate-gate tersebut. Dengan cara ini, seorang
boss di kantor dapat mengecek apakah salesman-salesman
di kantornya bekerja baik menawarkan produk-produk
perusahaan itu kepada pelanggan atau tidak. Sebuah
keuntungan bagi perusahaan namun pelanggaran privasi
bagi salesman yang merasa selalu diamati langkahnya.

Sebelum kita menilai apakah teknologi seperti ini
melanggar privasi atau tidak, mari kita melihat kasus
lain. Sebuah SD di provinsi Wakayama di Jepang akan
mencoba penggunaan RFID tag yang akan dipasang di tas
sekolah dan tag nama di seragam siswanya. Sementara
RFID reader akan dipasang di pintu gerbang sekolah,
dan berbagai lokasi di dalam sekolah. Dengan cara ini
reader akan mencatat apakah ada murid yang membolos
atau tidak dan mengirim e-mail secara otomatis kepada
orang tua murid yang membolos itu. Cara ini juga dapat
mencegah jika ada orang yang tidak dikenal masuk ke
dalam lingkungan sekolah atau terjadi tindakan ijime
atau penindasan/kenakalan di antara sesawa murid yang
marak terjadi di sekolah-sekolah di Jepang. Dengan
tambahan instalisasi RFID reader di jalur-jalur yang
dilalui murid-murid diharapkan dapat mencegah kasus
penculikan dan menjamin keselamatan murid-murid.

Kalau beberapa waktu lalu perkembangan RFID masih
terhambat dengan mahalnya harga sebuah RFID tag,
sekarang RFID tag sudah dapat diproduksi dengan harga
5-cent (dalam satuan dollar Amerika). Dalam waktu yang
tak lama, diharapkan harga RFID tag bahkan bisa jatuh
harganya sampai 1 cent atau lebih murah lagi. Sehingga
meluasnya pemanfaatan dan penerapan teknologi RFID
sudah tidak akan disangsikan lagi, karena biaya
penerapan teknologi baru ini sudah tidak menjadi
persoalan.

Persoalan yang tersisa adalah distribusi informasi
yang berhubungan dengan privasi seseorang. Karena
penyalahgunaan wewenangan akses informasi ini akan
melebihi dari penyadapan suara atau apa yang bisa
diamati oleh seorang admin terhadap user nya pada
sebuah internet network. Seseorang akan tercatat semua
gaya hidupnya dengan terinstalisasinya RFID reader di
berbagai pelosok kota, di mulai dari pagi hari saat
keluar rumah sampai pulang saat malam hari, karena
dalam sehari dia menggunakan kendaraan umum sebagai
alat transportasinya, juga karena dia harus belanja di
supermarket atau convenient store untuk kebutuhannya,
dan lain sebagainya. Pemerintah dalam hal ini harus
menjadi pelopor dengan menetapkan peraturan yang dapat
mencegah terjadinya pelanggaran privasi oleh pengguna
maupun penyelenggara sistem identifikasi ini. Juga
sektor industri pembuat sistem RFID ini tentunya juga
harus mampu menyediakan teknologi yang menggunakan
teknologi nirkabel (wireless) ini mengakomodasi
bandwidth yang cukup untuk kebutuhan dan dapat diakses
dengan cepat dan aman. Hanya reader yang terautorisasi
sajalah yang dapat mengakses tag.

Perusahaan Hitachi tahun lalu mengeluarkan produk baru
untuk RFID tag yang disebut μ-chip yang tak lebih
besar dari sebongkah garam. Berbeda dengan RFID tag
yang ada sebelumnya yang menggunakan external antena,
μ-chip yang 0.4x0.4-mm2 ini menggunakan internal
antena yang dibuat di dalam silicon chip. Dengan
ditambah kemasan yang baik, μ-chip dapat dipasang
tidak hanya di produk yang dijual di supermarket,
namun juga di uang kertas untuk mencegah pemalsuan
mata uang mengingat terbatasnya foundry di dunia ini
yang bisa memproduksi silikon chip. Atau bisa juga
RFID-tag itu diselipkan di tag merek-merek pakaian
atau langsung ke tekstil itu sendiri sehingga kita
bahkan bisa tahu misalnya waktu terakhir kita mencuci
pakaian itu di mesin cuci. Yang tentu menjadi
berbahaya kalau RFID-tag di pakaian kita bisa terbaca
oleh suatu reader yang tidak berhak sehingga semua
jenis pakaian yang kita kenakan termasuk pakaian dalam
tentunya. Kasus ini bukan mengada-ada, karena
pelanggaran privasi serupa ini menyebabkan
kekhawatiran di kalangan masyarakat yang menyebabkan
terjadinya demonstrasi menentang penggunaan RFID di
sebuah kota di Jerman beberapa waktu yang lampau.

Kasus penerapan teknologi RFID ini lah yang mungkin
bisa disebut sebagai contoh dibutuhkannya kode etik
dalam dunia teknologi dan engineering, seperti juga
adanya kode etik dalam lingkungan kedokteran, hukum,
maupun sastra.

Danardono Dwi Antono 

Artikel lainnya bisa dibaca di
http://www.dudung.net/teknologi-informasi/rfid-sebagai-peranti-pengenal-identitas.html
http://herman.gubukopensource.org/2007/09/09/bagaimana-rfid-bekerja/



      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Reply via email to