Masalah kesehatan di Indonesia semakin kompleks
dan berat dengan suburnya jumlah penderita HIV/AIDS. Sejak kasus
pertama ditemukan pada 1987 angka kejangkitan terhadap penyakit ini
terus meningkat."Bahkan, lima tahun terakhir ini kenaikannya
sangat tajam. Walau secara keseluruhan Indonesia masih merupakan negara
dengan prevalensi rendah, Indonesia mempunyai potensi menjadi epidemi
karena faktor risiko tinggi," kata Budi Laksono, Medical Doctor, Master
Of Reproductive Health President Rotary Club Semarang di Semarang,
Sabtu (20/9).

Ia menjelaskan, UNDP mengestimasikan, pada 2003 di
Indonesia terdapat 190.000 - 270.000 pekerja seks komersial dengan 7-10
juta pelanggan. Sementara itu, penggunaan kondom di bawah 10 persen
(sekitar 5,8 persen).

Faktor risiko tersebut adalah dua hal yang
menjadi penyebab tingginya penularan HIV/AIDS, yaitu hubungan seksual
yang tidak sehat dan penggunaan jarum suntik bersama oleh para pengguna
narkoba.

Pusat Penelitian Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes
Universitas Indonesia (2004) mencatat, 3,2 juta masyarakat Indonesia
menggunakan narkoba. Dari jumlah ini kelompok pecandu dan penggunaan
heroin suntik meliputi 62 persen.

Sementara itu, kematian
disebabkan oleh HIV/AIDS pada 2004 diestimasikan sekitar 5.500 orang.
Umumnya, kematian diderita mereka pada usia produktif, umumnya keluarga
mulai dibangun.

Penularan HIV/AIDS sangat rawan terhadap
pasangan hidup dan juga anak. Selain memunculkan problem sosial
keluarga baru, kondisi ini juga menyebabkan penurunan produktivitas
bangsa secara umum.

Sejak penyakit HIV/AIDS diidentifikasikan
pada 1983, HIV/AIDS telah menjadi pandemi dan problem kesehatan utama
di dunia hingga saat ini.

WHO pada  2003 mengestimasikan, 37,8 juta orang terinfeksi HIV/AIDS. Pada tahun 
2005 akhir estimasi menjadi 53,6 juta (UNAIDS report 2006). Pada 2007 estimasi 
menggunakan perhitungan baru dengan jumlah 33 juta, tetapi yang sudah meninggal 
23 juta orang (UNAIDS report 2008).

Mengenai
infeksi baru per tahun meningkat dratis dari 4 juta menuju 8 juta.
Angka kesakitan tidak pernah menurun karena tidak ada penyembuhannya,
penurunan angka kejadian terjadi karena kematian.

"Kematian yang
disebabkan HIV/AIDS sudah menjadi penyebab utama kematian di banyak
negara. Kondisi Ini memperparah kesakitan dan kematian karena infeksi
yang masih menjadi problem besar di sebagaian besar negara di dunia,"
katanya.

Upaya pecegahan penularan telah dilakukan di seluruh
dunia. WHO telah memelopori dengan menyusun strategi manajemen yang
diharapkan bisa diaplikasikan di seluruh negara dengan melibatkan
stakeholder (pihak terkait) secara terpadu, komprehensif, dan terus
menerus .

WHO menyatakan untuk penularannya, Indonesia masih termasuk dalam kriteria not 
under control. Hal ini disebabkan kampanye perubahan perilaku dalam mencegah 
HIV/AIDS belum signifikan.

Walau
dalam tataran kebijakan nasional, katanya, pemerintah, dalam hal ini
Menkokesra, telah membuat strategi yang komprehensif, kenyataan
pelaksanaan di lapangan masih belum signifikan. "Hal ini menunjukkan
pentingnya pengelolaan HIV/AIDS yang cepat, terpadu, dan komprehensif.
Bahkan, pendidikan perilaku sehat sudah waktunya dilakukan di semua
lini, termasuk dunia kerja," katanya.


      
___________________________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Kirim email ke