Upaya Mencari Partikel Tuhan
 

Tepuk tangan riuh 80 fisikawan dari berbagai negara memecah keheningan di ruang 
monitor Pusat Riset Nuklir Eropa (Centre Europeen pour la Recherche Nucleaire 
--CERN), 10 September lalu. Pada saat itu, partikel proton (muatan listrik 
positif) yang dipacu mendekati kecepatan cahaya berbenturan dan pecah 
berantakan. Nah, dari pecahan partikel itulah diharapkan ditemukan "partikel 
Tuhan". Partikel Tuhan adalah partikel hipotesis yang dikemukakan ahli fisika 
teori Inggris, Peter Ware Higgs, 44 tahun silam. 
Percobaan yang dilakukan para ilmuwan di CERN itu adalah bagian napak tilas 
Ledakan Besar (Big Bang) yang terjadi 12-15 milyar tahun silam. Menurut Higgs, 
sesaat setelah Big Bang terbentuk, partikel-partikel tak bermassa mengambang di 
angkasa. Teori Higgs bermula dari keheranan Higgs, mengapa benda bermassa 
kehilangan wujud ketika dipecah dalam ukuran molekul, atom, dan quark. Maka, 
Higgs berpendapat, materi paling awal setelah ledakan besar itu tidak memiliki 
massa. 
Kemudian partikel-partikel itu melewati medan energi mahadahsyat yang 
memberinya massa. Setelah melewati medan energi mahadahsyat, materi mendapatkan 
massa dan semakin besar seiring dengan berjalannya waktu. Partikel yang disebut 
Boson Higgs itulah yang menjadi cikal bakal seluruh materi di jagat raya ketika 
mendapat massa. Termasuk menjadi cikal bakal makhluk hidup. 
Karena Higgs mengaku ateis, maka ilmuwan mengejek Higgs dengan olok-olok 
"partikel Tuhan" untuk partikel awal itu. Yang dilakukan ilmuwan CERN adalah 
meniru kejadian sesaat setelah Big Bang untuk membuktikan adanya partikel 
Higgs. Peter Higgs, yang kini berusia 79 tahun, menyatakan keyakinannya bahwa 
partikel hipotesisnya akan terbuktikan. "Saya berpikir, mungkin partikel itu 
cantik," katanya. 
Untuk membuktikan keyakinan Higgs itu, CERN menggunakan fasilitas yang disebut 
Large Hadron Collider (LHC). LHC adalah mesin pemercepat partikel sebelum 
kemudian dibenturkan satu sama lain agar pecah berantakan. "Palu" untuk memecah 
partikel itu berupa bangunan raksasa berbentuk cincin dengan keliling 27 
kilometer. Bangunan itu ditanam di kedalaman 175 meter. 
Ribuan superkonduktor magnet dengan bentuk bervariasi dan ukuran berbeda-beda 
dirangkai sedemikian rupa. Meliputi 1.232 magnet dua kutub yang masing-masing 
berukuran 15 meter dan 392 magnet empat kutub berukuran 5 hingga 7 meter. 
Saking besarnya konstruksi itu, sepotong pipanya bisa dipakai untuk membangun 
satu Menara Eiffel anyar. 
Pembangunan fasilitas itu dimulai pada 2003, makan dana sampai €6,4 milyar atau 
US$ 9,2 milyar (Rp 85,56 trilyun). Proyek ambisius itu didanai secara patungan 
oleh 20 negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Akhirnya proyek raksasa itu 
sukses meniru jejak Big Bang dalam laboratorium untuk pertama kalinya. Tepat 
pada pukul 10.28 waktu setempat, atau pukul 15.30 WIB, semburat garis putih 
membentuk pola tertentu di layar komputer tempat para ahli di ruang pantau 
CERN. 
Semburat itu mengindikasikan bahwa proton bertabrakan dan pecah berantakan 
menjadi partikel lebih kecil. Partikel-partikel itu membentuk jejak pada helium 
cair bersuhu -271 derajat celsius atau hanya dua derajat di atas suhu nol 
mutlak yang setara dengan -273 derajat celsius. Kejadian itu disambut sukacita 
oleh para fisikawan. "Kejadian yang fantastik!" kata Lyn Evans, pemimpin proyek 
LHC. 
"Sekarang kami dapat melihat era baru untuk memahami seperti apa kira-kira asal 
mula dan evolusi semesta," katanya. Kegembiraan juga pecah di Chicago, yang 
berjarak ribuan kilometer dari lokasi eksperimen. "Ini sukses seluruh anggota 
tim," kata Robert Aymar, Direktur Utama CERN. Nah, sebenarnya apa yang terjadi? 
Di ruang LHC sepanjang 27 kilometer yang tertutup rapat itu, ilmuwan melarikan 
partikel proton sampai mendekati kecepatan cahaya. Caranya, dengan memacu 
partikel itu lari mengelilingi terowongan sebanyak 11.000 kali per detik atau 
dengan kecepatan 297.000 kilometer per detik. Sedangkan kecepatan cahaya adalah 
299.792 kilometer per detik. Kondisi kecepatan setinggi itu berkorelasi dengan 
temperatur yang sangat tinggi. Panas terik itu diperkirakan mirip keadaan alam 
semesta pada saat baru lahir. 
Awalnya, partikel dipacu searah jarum jam. Setelah itu, proton ditembakkan 
berlawanan arah dengan jarum jam. Proton-proton yang lintasannya berlawanan itu 
kemudian ditabrakkan sehingga pecah berantakan. Tumbukan itu melepaskan energi 
yang direkam alat pendeteksi pada titik-titik tertentu sepanjang terowongan. 
Lepasnya energi itu juga dikuti pecahnya partikel-partikel yang lebih renik 
dari proton. Termasuk partikel tak bermassa Boson Higgs. 
Kini para ilmuwan tengah meneliti seluruh detektor untuk menemukan "partikel 
Tuhan" itu. "Kemungkinan besar partikel muncul sangat cepat. Saya yakin, lebih 
dari 90 persen itu akan terjadi," ujar Higgs. Tidak hanya itu, Higgs juga 
meyakini partikel itu cantik. 
Namun astrofisikawan Inggris, Stephen Hawking, tidak yakin LHC akan menemukan 
partikel Higgs. Untuk itu, dia bertaruh US$ 100 bahwa mega-eksperimen itu tidak 
akan menemukan partikel yang sulit dipahami ilmu pengetahuan kosmos. "Saya 
bertaruh seratus dolar bahwa mereka tidak akan menemukan partikel Higgs," kata 
Hawking. 
Toh, penelitian LHC tidak hanya untuk mencari "partikel Tuhan". Sebab, sekali 
terjadi benturan, akan diperoleh pengukuran dan peneraan dari LHC empat 
percobaan besar. Pertama, percobaan LHC akan melengkapi ilmu fisika tentang 
gravitasi yang gambarannya dimulai Newton. Gravitasi merupakan aksi massa. 
Tetapi, sejauh ini, ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan mekanisme yang 
membangkitkannya. Percobaan pada LHC akan menyediakan jawabannya. 
Percobaan LHC juga akan mencoba meneliti terjadinya materi gelap (dark matter) 
di alam semesta, karena materi ini hanya tampak 5 persen dari semua yang eksis, 
dan sisanya dipercaya tersusun atas materi gelap. Mereka akan menyelidiki, 
mengapa materi di alam semesta lebih banyak dari anti-materi. "LHC adalah mesin 
penemu," kata Robert Aymar. 
"Riset ini akan membawa perubahan bagaimana manusia memandang semesta dan 
melanjutkan tradisi rasa ingin tahu manusia," ia menambahkan. Namun percobaan 
CERN mengundang kontroversi karena kekhawatiran akan akibatnya. Mereka yang 
khawatir mengirim e-mail ke CERN dan mencemaskan bahwa percobaan itu bakal 
menciptakan lubang hitam (black hole). 
Kekhawatiran itu bukan tidak berdasar. Sebab, menurut Albert Einstein, jika 
materi bermassa bergerak secepat cahaya, massanya menjadi tak berhingga. Maka, 
bumi pun akan terisap oleh gravitasinya. "LHC aman, dan segala kekhawatiran itu 
hanyalah khayalan," ujar Aymar. 
Sumber : Gatra Edisi 45 (18 September 2008)


      

Kirim email ke