tingga ahio ahio saja dr pada tutuhia kong bekeng bakalae ceri rezeki ke ujung dunia manapun nggak usah menengok kebelakang karena niscaya akan mengecewakanmu
--- On Sun, 10/12/08, R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: R. H. Uno <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini (Tambahan dan Koreksi)/ CONTOH TUTUHIYA?? To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sunday, October 12, 2008, 7:53 PM Pls scroll....penting ... From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontaloma [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Taufik Polapa Sent: Saturday, October 11, 2008 8:12 AM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini (Tambahan dan Koreksi) Dear Saudaraku Funco. Berkaitan dengan Postingan Khususnya mengenai Nama Pak Habu Wahidji dari awal saya agak penarasan dengan Nama Pak Wahidji ini karena Nama tersebut semasa saya kecil di gtlo sering di dengar takutnya salah jadi belum bisa kasih Comment mengenai Profile Pak Habu Wahidji. Dari Awal saya bertanya2 : Mungkinkah ini pak Wahidji Ayah dari : Tomy, Rony (Gidon), Iwi (Mks) dan Vikri (Jkt lg ambil Spesial Penyakit Dalam di UI Kedok). Akhirnya pertanyaan saya tersebut terjawab semalam. Kebetulan saya bersilahturahmi ke Rumahnya Pak Roem Daly Dosen Fak. Hukum Umi dan kebetulan sekali di tempat tersebut bertemu dengan Sepupu saya Irma Polapa dan Suaminya Rahmat Pateda. Akhirnya kami bercerita mengenai Seputar Lebaran dan Akhirnya saya bertanya sama Pak Roem mengenai Cerita Pak Wahidji tersebut yang Sukses dalam Pertanian. Menurut Info dari pak Roem dan jg di tambahkan oleh Sdr Rahmat Pateda bahwa Pak Wahiji tersebut benar Ayah dari : Tomy,Rony,Iwi dan Vikri dan sempat menceritakan Bahwa Awalnya memang Beliau adalah Dosen di IKIP dan Juga pernah mengajar Pak Roem daly semasa pendidikan di gorontalo, pernah menjadi Kepala PDK (yg membawahi Seluruh sekolah SD), selanjutnya pernah Menjadi Rektor UG dan Akhirnya Menjadi Anggota DPRD Gorontalo dari Fraksi GOLKAR. Mengenai Kesuksesan Pak Wahidji dalam Hal Pertanian Pak Roem Daly dan Rahmat Pateda sempat kebingungan karena setahu mereka bahwa Pak Wahidji tidak pernah terjun ke Dunia Pertanian tersebut, mungkin yang di Maksud ini adalah Habu Wahidji yang Lain. (KALAU BENAR ADA KERAGUAN KEDUA BAPAK INI, SEYOGYANYA CEK DULU SEBAGAIMANA AJARAN PALING PERTAMA ILMU MANAJEMEN : check first! ) Jika Benar Pak Wahidji ini adalah Ayah dari Tomi,Gidon,Iwi dan Vikri yang rmhnya di Panjaitan dekat dari Kampus UNG maka kemungkinan Besar bahwa Beliau memang tidak pernah kedengaran Aktif dalam mengembangkan Bibit Pertanian Khususnya Jagung. Dan Hal ini di Yakini (??) oleh Pak Roem daly dan Rahmat Pateda. (JIKA BENAR BAHWA PENDAPAT KEDUA BAPAK INI MERAGUKAN BERITA TTG PK. HABU WAHIDJI, MAKA INI CONTOH YANG PALING GAMBLANG TENTANG "SIFAT TUTUHIYA" ORANG GORONTALO, SENANTIASA MEMPERTANYAKAN DAN DENGAN DEMIKIAN TIDAK MENGAKUI PRESTASI TEMAN GORONTALO YANG SEIRING. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian alm.sosiolog UI, Dr. Harsya Bachtiar bahwa akan tedapat kendala dalam kemajuan suatu daerah jika masih ada sifat orang2nya yang a.l. tutuhiya/bakucungke l, mengagungkan gengsi, malas, senang pestapora/kenduri, sombong. Mengenai Berita Dari Kompas tersebut Jika benar apa yang di sampaikan oleh Pak Roem tersebut Mungkin Pihak Kompas perlu melakukan Cek and Ricek lagi apa benar kiranya hal tersebut. ( NAH, INI SATU LAGI CONTOH TUTUHIYA, KARENA MERAGUKAN PENDAPAT POSITIF TTG KEHANDALAN TEMAN GORONTALO SEIRING dan dengan demikian terkesan menjatuhkan nama Habu Wahidji. CONTOH YANG BAIK TTG SALING MENGANGKAT ADA PADA BANYAK ORANG FILIPINA. MEREKA SALING MEMUJI TEMAN2NYA DENGAN MENGEMUKAKAN HAL2 YANG POSITIF SAJA....he he he) salam&sori, OH Mohon maaf Jika ada yang kurang berkenan. (SUDAH DIMAAFKAN !) Wassalam Taufik Polapa --- On Thu, 10/9/08, Rahman Dako <rahman_dako@ yahoo.com> wrote: From: Rahman Dako <rahman_dako@ yahoo.com> Subject: Re: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Thursday, October 9, 2008, 1:25 AM entrepreneur dan anggota DPRD. Saluuuuuuuuuut. --- On Wed, 10/8/08, mila bilondatu <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: mila bilondatu <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 8, 2008, 9:08 PM Salut buat Bapak H. Wahidji. Mudah-mudahan SDM Gorontalo kedepan tidak hanya terpaku pada pilihan untuk menjadi PNS namun juga bisa memilih untuk menjadi seorang entrepreneur, yang tidak hanya bisa bekerja, namun juga bisa menciptakan lapangan kerja buat orang lain. Amien... Maaf, jika ada salah kata.... Salam, Myla. --- On Thu, 9/10/08, Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Thursday, 9 October, 2008, 1:43 PM Menarik sekali pengalaman Pak Wahidji ini, dimana memiliki jiwa yang besar utk melakukan perubahan dalam Hidupnya dari DOSEN menjadi Petani. DOSEN apalagi di UNG merupakan satu Kebanggan tersendiri yang di Miliki bagi setiap Insan yang ada di Gorontalo, dan beralih menjadi PETANI yang biasanya menurut kebanyakan orang memandang Remeh pekerjaan sebagai Petani di bandingkan sebagai Dosen. Sebagai Bukti di Lapangan Jika awa Pria Meminang Wanita Gorontalo yang pertama di tanya adalah Kerja di mana ? Jika jawabannnya Adalah Dosen ,, orang Tua wanita akan sangat bangga menerima Sang Pria, tapi jika Pekerjaan di katakan sebagai PETANI tentu saja Orang Tua wanita akan Ogah2-an utk menerima si Pria tadi berstatus sebagai Petani kecuali Jika Pengusaha di Bidang Pertanian. Satu Keputusan yang Luar Biasa Migrasi yang di lakukan Pak Habu Wahiji utk berpindah Profesi. dan Alhamdulillah ternyata boleh di katakan Cukup Sukses. dalam mengelolah Benih Jagung yang Unggul. Untuk Jagung Sendiri yang sangat terkenal adalah Jagung dari TAKALAR JENEPONTO dan MAROS, dan Gorontalo banyak belajar dari daerah ini. Tapi sayang beribu sayang, Gorontalo hingga saat ini masih menjadi penghasil Jagung tetapi bisa bs Maksimal dalam mengelolah hasil Jagung tersebut. Saya bersama teman2 di Makassar 3 minggu lalu sempat Hadir di pertemuan yang menghadirkan para Pengusaha2 Menengah Ke bawah yang Sukses yang berasal dari SULSEL, dan Pertemuan tersebut memang di Khususkan utk Rekan2 Mahasiswa HPMIG Makassar dan warga gtlo yang ikut dalam p[ertemuan tersebut. Padahal pembicaranya tidak ada orang gorontalo, semuanya asli dari Makassar yang mereka sebelumnya adalah Karywan ktr, ada jg karyawan bank dan akhirnya banting setir menjadi wiraswasta kecil2an dengan modal awal rata2 di bawah 10 jt, dan saat ini mereka telah sukses dan memiliki Omset ratusan jt. 2 pembicara yang saya cukup tertarik materi yang di sampaikan, yakni Bisnis Jagung dan Bisnis Garam padahal pembicara ada 6 orang, di antara bisnis Jahe dan Bunga2. Khusus mengenai Jagung sangat di sayangkan Gorontalo hanya menjadi Pabrik Jagung tp tdk bs mengelolanya, harus nama "GORONTALO PROPINSI JAGUNG" di Rubah Menjadi "GORONTALO PROPINSI KULINER JAGUNG dan KULINER KELAPA" dimana akan bs menciptakan lapangan kerja dengan mendirikan Home Industry, dan bs meningkatkan ekonomi masyarakat Gorontalo. Jagung bisa di hasilkan menjadi Es Cream, Binthe Biluhuta di Kemas dalam Sachet yang cantik dan awet, Syrup dari Jagung, Pizza dan Makanan Lainnya dari Jagung, dan katanya hal ini telah di lakukan negara luar padahal Jagungnnya biasanya berasal dari Gorontalo, sehingga Di Jual Murah kembali ke gtlo setelah di Olah dari Luar.... Harganya 5 x lipat dari harga awal. Pertanyaannnya Apakah Gorontalo tdk mampu utk mengolah Jagung dan Kelapa sehingga harus ekspor ke luar ? Untuk Sabuk kelapa katanya sangat mahal di Eropa karena di gunakan utk Jok Mobil Mercedez, di gtlo hanya di buang2. tentu saja hal ini perlu kajian dan pelatihan tenaga terampil lebih teknis dan terarah. Pertanyaan lagi : Siapkah Pemerintah dan masyarakat utk menjadi Gorontalo sebagai KULINER JAGUNG dan KULINER KELAPA? utk bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan Ekonomy rakyat gtlo. Semoga ini bs menjadi pertimbang ke depan buat pak Habu Wahidji, Mohon maaf bagi yang tidak berkenan. wassalam TP --- On Wed, 10/8/08, Funco Tanipu <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Funco Tanipu <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: [GM2020] Habu Wahidji : Sosok Kompas Hari Ini To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 8, 2008, 10:36 PM Saya cukup bangga dengan putra Gorontalo, Habu Wahidji yang muncul di Sosok Kompas hal 18 hari ini. http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/10/09/ 02344882/ abu.wahidji. guru.dan. penangkar. benih Habu Wahidji, Guru dan Penangkar Benih Oleh Reny Sri Ayu Taslim Sekolah dan pekerjaannya sebenarnya tidak jauh dari urusan ajar-mengajar. Abu Wahidji (68) adalah lulusan Jurusan Bahasa, IKIP Manado, yang kemudian menjadi dosen di Universitas Negeri Gorontalo dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Jika kemudian dia berkecimpung dalam urusan penangkaran benih jagung, mendampingi petani membuat benih, dan bahkan juga ikut menanam, itu tentu sesuatu yang unik. Wahidji selalu punya jawaban untuk urusan yang unik ini. Katanya, bertani bukanlah sesuatu yang baru baginya, mengingat orangtuanya adalah petani tulen. Urusan menangkar benih dan mengajar petani membuat benih juga tak jauh-jauh dari urusan mengajar, membagi ilmu. ”Yang namanya pendidik, guru, atau apa pun namanya selalu siap membagi ilmu di mana pun, kapan pun, pada siapa pun,” kata pria kelahiran Tapa, Bone Bolango, Gorontalo, 1940 ini. Bisa jadi karena latar belakang dosen bahasa itu juga yang membuat banyak petani jagung meragukan kemampuannya. Tidak sedikit pula yang menyebutnya kurang kerjaan, bahkan kurang waras, saat mulai memperkenalkan benih jagung komposit kepada petani di sejumlah daerah di Gorontalo. Keraguan petani jagung bukan tanpa sebab. Selain memang tidak punya latar belakang sebagai petani jagung, apa yang diperkenalkan Wahidji juga termasuk hal yang baru. Benih jagung komposit, membuat benih sendiri, menanam jagung menggunakan pupuk adalah hal-hal yang tidak biasa bagi petani setempat. ”Walau jagung bukan sesuatu yang baru bagi petani, tapi selama ini mereka hanya tahu menanam jagung jenis lokal. Belum ada yang menanam jagung hibrida atau komposit. Belum lagi jagung jenis ini harus dipupuk. Biasanya, kalau jagung lokal setelah ditanam ditinggalkan begitu saja dan tunggu berbuah. Jadi, memang banyak yang ragu saat pertama kali diperkenalkan kepada mereka,” urai Wahidji. Penolakan petani tak menyurutkan minat Wahidji. Setiap kali hendak menanam, dipanggilnya petani sekitar untuk menyaksikan kegiatannya. Pada setiap lahan kebun, sebagian disisihkan untuk ditanami jagung yang tidak dipupuk. Saat pemeliharaan atau setiap kali menengok kebun jagungnya, Wahidji memanggil petani untuk menyaksikan. Kesempatan itu digunakan Wahidji membagi apa yang diketahuinya. ”Pada saat panen, saya panggil mereka. Saya perlihatkan bagaimana hasil jagung yang dipupuk dan dipelihara, dengan yang tidak. Karena langsung melihat hasilnya, mereka jadi percaya. Saat panen saya juga ajarkan menyisihkan sebagian jagung untuk dibuat benih sehingga mereka bisa menanam lagi tanpa harus membeli benih,” kata ayah lima anak ini. Semangatnya mengajari petani beralih tanaman dari jagung lokal ke jagung komposit membuat Wahidji kerap harus berkunjung dan menginap dari desa ke desa. Bahkan keasyikannya bertani membuat dia memutuskan pensiun dini pada 2002 (seharusnya tahun 2005), agar punya waktu lebih banyak menangkar benih dan membagi ilmu kepada petani. Banting setir Beralih minat dari mengajar ke urusan bertani, bagi Wahidji bukan terjadi begitu saja. Kisahnya berawal saat Gorontalo jadi provinsi pada tahun 2000, dan kemudian Gubernur Fadel Muhammad membuat program agropolitan dengan basis jagung. Saat itu, pemerintah memang ingin membuat jagung yang sudah ditanam turun-temurun menjadi komoditas yang punya nilai tambah bagi petani. Pilihannya adalah menanam jagung hibrida dan komposit. Alasannya sederhana. Selain bisa diekspor, harganya pun lebih menjanjikan. Untuk mendapatkan hasil Rp 500.000 dari satu hektar tanaman jagung jenis lokal, sesuatu yang sulit. Tapi dengan jagung hibrida atau komposit, pendapatan per hektar bisa Rp 6 juta-Rp 8 juta. ”Terus terang, awalnya saya juga tidak peduli. Tapi melihat Pak Gubernur yang saya tahu bukan sarjana pertanian, tapi mau mengurusi pertanian, saya jadi tertantang. Kalau ini untuk kemaslahatan orang banyak, kenapa saya tidak membantu,” kata Wahidji. Hal lain yang menambah semangatnya adalah kesadaran sebagai anak petani biasa yang dibesarkan, disekolahkan, hingga berhasil dari hasil bertani. ”Saya jadi seperti terpanggil mengingat orangtua saya yang petani biasa dan sangat tradisional tapi punya keinginan menyekolahkan saya, walau dengan susah payah. Saya jadi berpikir, bagaimana agar pilihan jadi petani bukan lagi karena sekadar meneruskan warisan orangtua atau karena tidak ada pekerjaan lain, tapi memang bertani adalah pekerjaan yang menjanjikan masa depan,” katanya. Dengan kesadaran itu, diam-diam Wahidji berangkat mengunjungi balai benih di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di sini, Wahidji belajar menangkar benih jagung komposit, menanam, dan sebagainya. Pilihannya pada jenis komposit karena selain hasil panennya tak kalah dengan jagung hibrida, jenis ini juga bisa dibuat benih lagi. Harga benihnya pun lebih murah ketimbang jenis hibrida. Semua itu dilakukannya atas biaya sendiri. Pulang dari Sulsel, Wahidji membawa benih untuk ditangkarkan. Bekerja sama dengan Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Gorontalo, dia meramu dan mengurusi benih ini hingga dinyatakan memenuhi syarat untuk disebarkan. Sembari mengajari petani, Wahidji juga menjual benih yang sudah ditangkarkan. ”Saya menjualnya bukan untuk mengejar keuntungan, tapi lebih pada membantu petani mendapatkan benih. Saya juga terus mengajarkan cara membuat benih hingga mereka bisa membuat benih sendiri,” tuturnya. Pelan tapi pasti Apa yang dilakukannya ternyata berhasil. Pelan tapi pasti, petani beralih dari menanam jagung jenis lokal ke jagung komposit dan sebagian hibrida, apalagi pemerintah serius mengurusi pasar jagung hingga hampir tak ada hasil panen yang tak terbeli dan ada jaminan harga. Melihat usahanya berhasil, Wahidji makin getol. Dia kian rajin bertemu petani, menangkar benih, membagi ilmunya. Bahkan keseriusannya mengurusi benih membuat dia dipilih sebagai Ketua Asosiasi Pembenihan Indonesia cabang Gorontalo. Saat ini, Pemprov Gorontalo berencana membangun pusat pembenihan dan pabrik jagung di Pohuwato. Wahidji adalah salah seorang yang diajak bekerja sama. Di usianya menjelang senja, Wahidji masih terus membantu petani dalam urusan jagung. Dia terus menambah ilmu dalam urusan pembenihan dan terus pula membagi pengalaman serta apa yang diperolehnya bersama petani. Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com. New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does!