Sekali lagi terima kasih postingan dari saudaraku Suwito. Semoga Allah Swt 
Melimpahkan Rahmat dan Hidayah kepada Suwito dan Keluarga.

Postingan yang sangat menyentuh kalbu yang paling dalam bagian setiap anak yang 
membaca tulisan tersebut. Jujur setelah saya membacanya langsung sedih ingat 
mama,, dan langsung telp and sms mama tanya kabar "Moga ada sehat2".

Bagi teman2 Milist mungkin yang saat ini tensinya lagi naik. sangat bagus 
membaca dengan seksama artikel yang di psoting oleh wito... bisa membuat Tensi 
Rendah dan Rindu akan Mama........... 

Sekali lagi terima kasih dan terima kasih...


Wassalam


Taufik Polapa




--- On Fri, 10/17/08, fany salamanya <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: fany salamanya <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Bls: [GM2020] Fwd: [it-kaltim] [OOT] Fw: [indo-dubai] Ibu seorang 
pembohong
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 4:58 PM










    
            ALLAHU AKBAR.. nice posting tapi sedih ingat ibu.

----- Pesan Asli ----
Dari: suwito <[EMAIL PROTECTED] com>
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com; rifiana.susanti@ gmail.com
Terkirim: Sabtu, 18 Oktober, 2008 01:47:39
Topik: [GM2020] Fwd: [it-kaltim] [OOT] Fw: [indo-dubai] Ibu seorang pembohong









    
            ---------- Forwarded message ----------

From: Yulianus Ladung <[EMAIL PROTECTED] net.id>

Date: 2008/10/18

Subject: [it-kaltim] [OOT] Fw: [indo-dubai] Ibu seorang pembohong

To: Undisclosed- Recipient



Maaf OOT ya. Sekedar bacaan ringan. Semoga berkenan.



Salam,

Ladung



----- Original Message -----

From: [EMAIL PROTECTED] com

To: [EMAIL PROTECTED] ups.com

Sent: Wednesday, October 15, 2008 12:17 PM

Subject: [indo-dubai] Ibu seorang pembohong



Dari milis tetangga, sebagai renungan,



Salam,

budi



Sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang terjadi, ibu saya memang

seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu

membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan

renungan anda sekalian.



Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak

lelaki dalam sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba kekurangan. Kami

sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa

makan ikan asin satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering

merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar

berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya. Sambil

memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : ""Makanlah nak ibu tak

lapar."



PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.

Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya

untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil

pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami.

Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera.

Sewaktu saya memakan ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa

daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan

tadi. Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu

memberikan ikan yg belum saya makan kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat

menolaknya. Ibu berkata : "Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan."



PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.

Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk

dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang. Suatu saat, pada dinihari

lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur. Saya melihat ibu

membuat kue dengan ditemani lilin di hadapannya. Beberapa kali saya melihat

kepala ibu terangguk karena ngantuk. Saya berkata : "Ibu, tidurlah, esok

pagi ibu kan pergi ke kebun pula." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah

tidur nak, ibu belum ngantuk."



PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.

Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti

biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati.

Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu

terus sabar menunggu saya di luar. Ibu seringkali saja tersenyum dan

mulutnya komat-kamit berdoa kepada Illahi agar saya lulus ujian dengan

cemerlang. Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu

dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam

botol yang dibawanya. Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan

kasih sayang ibu yang jauh lebih kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi

peluh, saya segera memberikan cawan saya itu kepada ibu dan menyuruhnya

minum. Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : "Minumlah nak, ibu tak

haus!!"



PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.

Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan

dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga.

Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue-kue

agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga

kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah,

seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang

untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu. Para tetangga sering

kali menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga

dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga. Tetapi ibu yang keras hatinya

tidak mengindahkan nasihat mereka. Ibu berkata : "Saya tidak perlu cinta dan

saya tidak perlu laki-laki."



PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.

Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah

tua. Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah. Tidak

lagi bersusah payah untuk mencari uang. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela

pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan

hidupnya. Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan

uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras

tidak mau menerima uang tersebut. Malah ibu mengirim balik uang itu, dan ibu

berkata : "Jangan susah-susah, ibu ada uang."



PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.

Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di

luar Negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah

perusahaan besar. Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian

saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai sekolah saya di luar

negeri. Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk

menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negara. Menurut hemat

saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya

habis dengan penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan

dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak

ajakan saya. Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; "Tak

usahlah nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang."



PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.

Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita

ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar

kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin. Saya yang ketika itu

berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda

tercinta. Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani

pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh

kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku karena

terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat

melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menggerogoti tubuh

ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus. Saya menatap wajah ibu

sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula

pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat

ibu dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata :

"Jangan menangis nak, ibu tak sakit."



PEMBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup

matanya untuk terakhir kali.



Anda beruntung karena masih mempunyai ibu dan ayah. Anda boleh memeluk dan

menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang,

dan berkata, 'Ibu,saya sayang ibu.' Tapi tidak saya, hingga

kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat karena biarpun saya

mengasihi ibu lebih dari segala-galanya, tapi tidak pernah sekalipun saya

membisikkan kata-kata itu ke telinga ibu, sampailah saat ibu menghembuskan

nafasnya yang terakhir.



Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu.....



[Non-text portions of this message have been removed]



-- 

Salam,

Suwito.

blog : http://www.suwito. web.id

ym : suwitopom


      


        
        
____________ _________ _________ _________ _________ __
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail. yahoo.com 
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke