Siapa di Belakang Sri Mulyani?
                           
                           Ahluwalia & Hery Nugroho
                           
                
                        
                        
                                 
                        
                        
                                Sri Mulyani
(Inilah.com/Bayu Suta) 
                        
                        
                
                
                                                                    INILAH.COM,
Jakarta – Kasus tarik-ulur pencabutan supensi saham BUMI memunculkan
kontroversi. Kepentingan politik siapa di balik langkah Plt Menko
Perekonomian, Sri Mulyani Indrawati yang terus menekan agar suspensi
dicabut? Siapa aktor di balik itu? 

Aroma adanya aktor nasional dan global di balik layar skandal
suspensi saham PT Bumi Resources (BUMI), jelas terasa. Pasalnya, semua
itu memiliki kepentingan bersama yang tali-temali di balik tekanan
Menkeu.
Sebagaimana diketahui, setelah sempat terjadi tarik ulur soal
pembukaan dan penutupan perdagangan saham BUMI pada Rabu (5/11),
akhirnya saham tambang batu bara ini dibuka suspensinya pagi ini.
Menurut berbagai sumber di istana, semua itu atas desakan Menkeu Sri
Mulyani. 

Ada apa gerangan sampai Menkeu ngotot memaksa pencabutan suspensi
itu? Banyak pihak yang tahu bahwa sejak lama menteri wanita ini yang
paling getol menginginkan saham BUMI diperdagangkan kembali. 

Kamis (6/11) ini, akibat desakan Menkeu, saham BUMI pun dibuka. Dan  saham 
tambang batu bara ini langsung terkena auto rejection batas bawah 10% setelah 
harganya turun Rp 200 menjadi Rp 1.975.
Bahkan yang lebih parah, dari sekitar 3,8 juta lot saham BUMI yang
ditawarkan hingga sekitar pukul 10:00 WIB, tak satupun investor yang
melirik. Volume saham yang ditawarkan dengan harga terendah itu pun
memecahkan rekor bursa lokal.

Adakah Menkeu bangga atas semua upaya untuk merontokkan korporasi Grup Bakrie? 
Adakah ini yang dikehendaki Sri Mulyani?

Sejak jauh hari, sejumlah ekonom senior melihat kinerja Menkeu Sri
secara kritis. Dunia usaha bahkan mulai sinis terhadapnya. Langkahnya
bisa mematikan korporasi-korporasi nasional. Para ekonom senior
melihat, desakan Sri Mulyani agar penghentian sementara perdagangan
enam saham Grup Bakrie segera dicabut, dinilai dilatarbelakangi vested 
interest. Ini akibat ekonomi neoliberal yang diusung Sri Mulyani, yang memihak 
kapitalisme global.

Salah satu kritikan datang dari guru besar Fakultas Ekonomi UI, Sri
Edi Swasono. Menantu proklamator Mohammad Hatta ini mengkritik keras
bahwa Sri Mulyani dan koleganya di FEUI merupakan ekonom neoliberal
yang menghamba kepada kepentingan kapitalisme global (AS, IMF dan Bank
Dunia). 

Jadi, kenapa suspensi saham Grup Bakrie begitu ngotot dipaksa buka
Sri Mulyani? Rumor yang berkembang di pasar menyebutkan Menkeu ngotot
agar saham itu jatuh lebih dalam lagi. Itu akan menguntungkan
pesaingnya, yaitu pemodal asing dan Grup Medco. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Sri Mulyani kecewa terhadap Grup
Bakrie karena musibah lumpur Lapindo. Kadung diketahui pula, dia
memiliki hubungan dekat dengan Arifin Panigoro, pemilik Medco. Sri
Mulyani juga berkoneksi dengan modal global. 

Konon, Arifin mendukung secara finansial bagi pencalonan Sri Sultan
HB X untuk menjadi capres 2009. Sri Sultan belum bisa dikonfirmasi soal
ini. Namun dikhawatirkan, kata para analis politik, hal itu hanya isu
yang menyudutkan Sultan. 

Sri Mulyani juga didukung Marsillam Simanjuntak, mantan Sekab. Dan
itu sudah diketahui para intelektual Muslim di ICMI. ''Bukan rahasia
lagi, Sri Mulyani bersekutu dengan Marsillam dan Dirut Bank Mandiri
Agus Martowardoyo,'' kata seorang intelektual ICMI. Sri dan Marsillam
memiliki kekecewaan sama soal lumpur Lapindo dan memiliki kepentingan
sama untuk melumpuhkan Grup Bakrie melalui pencabutan suspensi. 

Dalam pandangan Rizal Ramli PhD, mantan Menko Ekuin, sikap Sri
Mulyani jelas tidak mempedulikan dan memprioritaskan penyelamatan aset
nasional. Mestinya, sebagai pelaksana otoritas ekonomi dan keuangan,
Sri Mulyani memberi perhatian ekstra terhadap aset perusahaan nasional
yang kini terimbas krisis keuangan global.

Dalam hal ini, jika Menkeu mendesak dan memaksa suspensi saham-saham
tersebut dibuka dan dilepas hari ini, besok, atau pekan ini, harganya
pasti jatuh dan murah. Saham-saham tersebut akan diborong modal asing
atau modal regional ASEAN. Jika itu yang terjadi, habis dan tamatlah
kepemilikan grup bisnis bumiputra dan nasional kita.

“Tampak sekali Sri Mulyani tidak peduli dengan nasionalisme ekonomi.
Dengan menghamba kepada IMF dan modal global, tak mengherankan jika
Menkeu disebut sebagai agen neoliberalisme yang menghancurkan
nasionalisme ekonomi di Indonesia,” tegas Rizal Ramli, doktor lulusan
Boston University, AS yang dikenal kritis.

Rizal Ramli baru-baru ini telah mengingatkan agar Presiden SBY mau
melindungi dan menyelamatkan aset ekonomi nasional menyusul jatuhnya
bursa saham. “Plt Menko Ekuin Sri Mulyani tampak tak suka ada kelas
menengah dan borjuasi nasional yang kuat. Dia lebih suka pasar bebas,
yang akan membuat kapitalis global menerkam dan mengambil alih
pengusaha nasional,” tegas Rizal. “Sungguh, ini sebuah tragedi,”
katanya.

Rizal Ramli Kamis menyatakan akan bergerak maju terus untuk
menyelamatkan ekonomi nasional mencapai kemandirian relatif agar
terbebas dari cengkeraman neoliberalisme global yang diusung Menkeu Sri
Mulyani dan mantan Menko Ekuin Budiono.


      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke