Amat sangat menarik apa yang sudah diposting Kanda Sam. Memang untuk mengkritik kita perlu cara, etika dan data yang cukup kuat. Disamping itu, memang perlu ada perenungan dan pengkajian ulang tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan serta dimaui oleh pengeritik...
Saya kemudian hanya ingin menambah cerita dari sebagian kisah Rasul yang ditulis Kanda Sam dalam posting itu; "....tidak puas dengan mengejek Rasul, orang luar (non muslim, dulunya disebut kaum kafir) itu lebih meningkatkan aksinya. Agaknya kritikan dan segala macam hinaan tidak mempanĀ sama sekali. Rasul tidak meresa tersakiti apalagi mau merelakan tangan dan kakinya bergerak untuk memukul orang luar itu. (Amat sangat berbeda, dengan pemimpin sekarang yang mudah sekali menggunakan kaki dan tangan sendiri ataupun menggunakan "kaki dan tangan kanan-nya" untuk menyelesaikan setiap masalah pengihanaan, apalagi jika sudah sampai menyentuh harga diri)... Orang luar itu...meludahi Rasul setelah kata-kata jelek tak bisa membuat Rasul bergeming dari dakwanya. Tapi itu juga tak mempan... Rasul malah lebih tenang...lebih dewasa..dan lebih sering menebar dakwah.. Kali ini si orang luar tak mau tanggung-tanggung. Dia melempari seorang pemimpin yang dikenal mulia dihadapan umatnya dengan tahi. Ya tahi...kotoran yang dianggapnya bisa membuat rasul merasa terhina dan marah. Tapi sekali lagi Rasul tak bergeming... Sampai akhirnya suatu hari orang luar itu jatuh sakit, dan Rasul pun menjenguk serta mendoakannya agar cepat sembuh. Atas perilaku Rasul yang begitu rupa...Orang luar yang kuat menghina, mengejek, meludah dan pelemparkotoran itu akhirnya masuk Islam." "Dalam kisah yang lain ...Pernah seorang luar datang mengencingi mesjid. Hal ini membuat para sahabat naik pitam dan ingin segera menghajar orang luar itu. Tapi kepemimpinan, ketauladanan dan kasih Rasul mampuĀ meredam api amarah para sahabat. Bahkan rasul menegur orang itu dengan cara yang sangat lembut dan bijak. Belakang orang itupun akhirnya memeluk dan menjadi pejuang Islam.." Jika kedua kisah ini juga yang menjadi rujukan kita dalam menerima dan memahami kritik baik secara pribadi ataupun kelembagaan (institusi), maka akan banyak para pengeritik nantinya malah berbalik menjadi pejuang serta pemuja UNG. Salam, Siswan