Assalamu alaikum
  tulisan anda sangat bagus tapi butuh power full intelelektual untuk memehami 
kata demi kata yang di rangkai karena berputar  dengan bahasa prokem kaum elit 
politik  yang nggak ngerti mana awaln dan touchfinihsnya(maklum bos torang ini 
orang awam bo tau ba chating). materi hanya bergerak dr pada poros golkar yang 
di bahas secara datail a sampai z dr zainuddin sampai mz heheh sori sup becanda 
n  rata2 tokohnya saya nggak kenal tuh soalnya bukan tetangga seh .
  Tp (bukan taufik polapa)untuk kekuatan yang yang lain seperti kereta yang tak 
pernah langsir di setiap stasiun wuuutwuut cepat banget.kalo di tabrak anchor 
bro, dibahasnya dikit banget,berarti ente nggak fer donggg
  Bung namanya peta itu ada tolak ukurnye  panjang ,jumlah atau besaran kalo 
dalam peta benaran ada namaya skala biasanya 1:1000 atau 1:5000 dan seterusnya.
  jadi untuk menggambarkannye ada namanya peresntasi .kekuatan golkar brokap 
persen seh kalo PKK brokap persen seh hhehhh nggak ada partai PKK ya?.hehhehe 
bo partai lo ibu2 itu!!!
  bagus seh bagus tapi kalo nggak mengambarkan apa2 kesimpulan nanti gimana 
dong!
  kaya orang gambar rumah keliatan rame bagus ukurannya komplet tapi pas lagi  
diperiksa dan mau di bangun ehh salah semua , gimaa lageeee.......
  ukurannya nggak pas ama kondisi di lapangan ....
  katanya seh di analisa tapi yang buktiin benar apa nggaknya dilapangan siapa 
dong!
  bo humaya olo odito he kira2 
   
  bolo maapu ju jangan marah sup
   
  thaks wassalam
  mengabdi terbang tumbo tumboto
   
  
Funco Tanipu <fu...@yahoo.com> wrote:
                    Peta Geopolitik Gorontalo
  Funco Tanipu, M.A*
  

  
  
  Penguatan Kutub-kutub Politik
  Sebagai entitas yang (paling) besar di Gorontalo, Golkar dengan segala 
dinamikanya berhasil membukukan perolehan suara terbesar di Pemilu 2004 lalu. 
Perolehan suara ini berhasil membangkitkan semangat baru dalam sanubari 
kader-kader Golkar. Semangat ini pun menjalar ke seluruh pelosok Golkar di 
Gorontalo. Termasuk dalam ghirah kaum muda Golkar. Semangat ini pun digunakan 
sebagai proyektil generasi baru Golkar untuk mematahkan dominasi generasi yang 
dianggap mesti pensiun. Dipensiunkannya kader tangguh masa lalu Golkar seperti 
Ahmad Pakaya, Iwan Bokings, Nurdin Monoarfa, Arto Naue dan Amir Piola Isa 
adalah keberhasilan regenerasi yang telah dilakukan oleh kaum muda Partai 
Golkar. Darah muda yang berhasil mengambil alih dominasi di Golkar ini kemudian 
dijadikan peluru kendali untuk merebut struktur kekuasaan di level yang lebih 
bergengsi. 
              Pertalian politik yang dijalin dengan akrab oleh Adhan Dambea, 
Rustam Akili, Syarif Mbuinga, Nizam Dai, Kilat Wartabone adalah kombinasi 
politik baru di tubuh Golkar yang berhasil mematahkan dominasi yang telah 
berurat nadi seperti diatas. Jalinan ini pun ikut dibawa ke pentas Konvensi 
Partai Golkar untuk Pemilihan Gubernur Gorontalo dengan Adhan Dambea sebagai 
ujung tombak kombinasi diatas. Mereka pun berhasil membangun posisi tawar yang 
kuat di pasangan Fadel Muhammad dan Gusnar Ismail. 
              Dalam kombinasi ini, selain Adhan Dambea, Rustam Akili juga ikut 
memainkan peran yang signifikan dalam peta politik Golkar Gorontalo. Maka, 
berbagai macam dinamika internal Golkar dan politik lokal, kedua tokoh ini 
memegang kendali dinamika tersebut. Tokoh yang lain yang juga ikut menentukan 
arah politik Golkar dan juga Gorontalo adalah Ishak Liputo. Ketiga nama yang 
telah disebutkan ini telah berhasil menjadi sumbu gerakan politik di Partai 
Golkar. Namun, Partai Golkar setelah kemenangan di Gorut berhasil menambah 
sumbu baru, yakni Rusli Habibie. Rusli adalah orang kedua Golkar yang berhasil 
meraih kursi eksekutif setelah Adhan Dambea meraih kursi Walikota. Nama-nama 
diatas memang memiliki political chemistry yang cenderung agresif, dinamis dan 
kontroversial. Karena itu pula, siasat yang dijalankan oleh ketiga orang ini 
adalah juga siasat Golkar secara representatif. Adapun tokoh-tokoh lain yang 
berada dalam Partai Golkar, kadang bersifat primer, kadang
 sekunder bahkan sering kali terpinggirkan malahan lebih menjadi pengikut 
”aman” dalam dinamika. Sedangkan posisi Ketua DPD I Golkar yang tak lain adalah 
Gubernur Gorontalo lebih banyak melakukan manuver di ranah nasional untuk 
kepentingan pasca Gubernur. Kedepan, kombinasi ini akan di uji coba apakah bisa 
melakukan konsolidasi internal Partai Golkar atau malah akan membalikkan 
keadaan. Pertarungan yang dahsyat akan terjadi menjelang pemilihan Ketua DPD I 
Partai Golkar yang semakin dekat. Keempat nama diatas adalah kandidat terkuat 
untuk menjadi Ketua DPD I.
  Dengan kombinasi ini pula, peta politik Gorontalo semakin terbuka. Di satu 
sisi, kekuatan Golkar semakin menguat di tataran elitnya, namun di sisi lain 
kombinasi politik non Golkar juga mengalami pengentalan yang luar biasa. 
Kombinasi politik yang ditunjukkan oleh Bupati se Gorontalo plus partai-partai 
non Golkar semakin memperkuat sumbu dan mengarah pada kondisi yang stabil.
  Penguatan Demokrat yang diawaki Iwan Boking, PDK yang digerakkan Ismet Mile 
dan Zainuddin Hasan. PPP yang diperkuat langsung oleh Wakil Bupati Sofyan Puhi 
serta David Bobihoe yang lebih banyak mendinamisasi gerakan sekaligus sebagai 
hulu ledak dari kutub tersebut. Belum lagi, partai-partai non Golkar lain yang 
kini semakin memperkuat landasan politiknya. PAN juga kini mendapat ”nafas” 
politik baru yang berasal dari Wakil Walikota Feriyanto Mayulu. PDI P yang 
diperkuat oleh Tony Junus dan segala perangkat bisnisnya. Serta PKS yang secara 
nasional diperkirakan akan membuat perubahan yang cukup signifikan. Pertarungan 
antara kutub-kutub elit politik ini kemudian dideterminasi dalam pertarungan 
memperluas pengaruh di level teritorial. Kutub-kutub politik baik yang berbasis 
personal maupun teritori, tentunya dengan berbagai cara menawarkan segala 
produk politiknya untuk bisa ”mengarahkan” masyarakat untuk membeli produknya.
  
  Beberapa Kecenderungan
  Saya tidak saja mencoba menganalisis apa yang telah terjadi dalam dinamika 
elit lokal Gorontalo. Tetapi juga mencoba mengetengahkan beberapa kecenderungan 
yang akan terjadi kedepan jika proyek demokratisasi lokal tidak dikelola secara 
baik. Kompetisi politik adalah penting sebagaimana prinsip-prinsip demokrasi 
liberal lainnya yakni partispasi dan konsolidasi. Tetapi, kompetisi yang 
dibangun dari fondasi elitis tentunya akan membawa masa transisi politik lokal 
Gorontalo semakin menjauh dari era konsolidasi demokrasi.
  Kini, penguatan pada kutub-kutub elit diatas tentu saja membawa perubahan 
pada level yang lain. Beberapa analisis kencederungan yang telah dan akan 
terjadi adalah sebagai berikut; 
  Pertama, penguatan elit politik diatas akan gagal jika tidak terbangun 
hubungan partisipatoris berlandaskan akuntabilitas politik antara elit dan 
massa. Kedua, kecenderungan pertarungan yang akan terjadi dalam proses 
demokratisasi lokal menurut Daniel Sparingga, seorang ilmuwan politik Unair 
Surabaya, adalah memanipulasi pertarungan yang sebenarnya yakni pertarungan 
atas berbagai sumber daya politik (political struggle), elit kemudian membangun 
persepsi yang terbalik bahwa yang terjadi adalah pertarungan ideologis 
(ideological battelfield). Ketiga, terjadi pembatasan partisipasi politik 
rakyat. Yang malah terjadi adalah politik representasi. Heru Nugroho, ilmuwan 
sosial UGM Yogyakarta, mengatakan bahwa dalam proses transisi politik 
masyarakat diberikan ruang partisipasi dalam berpolitik, tetapi itu hanya 
sebatas mobilisasi suara dan aspek-aspek prosedural lainnya, sedangkan pada 
aspek pembuatan kebijakan, masyarakat tidak pernah dilibatkan. Keempat, ada 
beda persepsi yang
 akan terjadi di level elit dan massa. Dimana, elit menekankan bahwa demokrasi 
sebagai prosedur, massa menekankan bahwa demokrasi melulu sebagai hasil. 
Kelima, adanya pola mobilisasi kapital dalam gaya yang lebih baru, dimana 
penggunaan iklan dan media yang instan lebih banyak digunakan dibanding 
melakukan penguatan jaringan di basis-basis sosial. 
  Dari berbagai kencerungan yang kini mengarah pada kegagalan membangun 
demokratisasi di tingkat lokal, ada pula beberapa kecenderungan dalam benak 
masyarakat yang semakin gelisah. Kegelisahan itu antara lain; (1) seberapa 
cepat perubahan yang nyata akan terjadi?; (2) seberapa mungkin perubahan dapat 
dilakukan dengan ”guncangan politik” yang masih dapat mereka tanggung lagi?; 
(3) seberapa masuk akal harapan terhadap perubahan yang digantungkan pada para 
pemimpin (elit) mereka?; (4) seberapa siap infrastruktur dalam masyarakat untuk 
ikut menentukan arah perubahan itu?
  Pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut dalam benak masyarakat adalah bukti 
dari rendahnya pemahaman dan kepercayaan mereka terhadap perubahan yang coba 
ditawarkan elit diatas. 
  Proyek politik yang sedang menguat di kutub-kutub tersebut adalah menarik dan 
perlu didorong untuk semakin menumbuhkembangkan demokratisasi di tingkat lokal 
agar semakin berkualitas. Namun, dalam proyek politik ini, tentunya ada 
beberapa hal yang mesti dibenahi terutama dari segi penguatan di level elit, 
parpol, masyarakat serta organisasi masyarakat sipil. Memperkuat berbagai level 
ini bukan berarti menambah derajat ketegangan hubungan, tetapi bagian dari 
saling memperkaya khazanah demokrasi agar seimbang.
  
  Pemilu 2009 dan Setelahnya
  Menuju Pemilu 2009, dinamika politik lokal yang semakin semarak tentunya 
mesti diapresiasi dan didorong agar menghasilkan demokrasi yang lebih 
berkualitas. Pemilu legislatif pada 9 April 2009 menjadi medan pertarungan 
demokratik yang menentukan, elit atau partai mana akan secara permanen terhapus 
dari peta politik Gorontalo dan mana yang akan berjaya. Karena, untuk konteks 
Gorontalo, Pemilu 2009 adalah posisi pijakan politik yang representatif menuju 
pertarungan demokratik lokal yang lebih seru dan membutuhkan energi luar biasa.
  Tahun 2010 kita akan menghadapi Pilkada di Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango 
dan Pohuwato. Pada tahun 2011, Pilkada Gubernur Gorontalo akan menyambut. Hanya 
elit serta partai-partai yang mengelola diri secara serius akan kian berjaya 
pada Pemilu 2009 dan pertarungan setelah itu.
  
                                                                *Analis 
Sosial-Politik, bermukim di Yogyakarta

  
---------------------------------
  Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br> Cepat sebelum diambil orang lain!  

                           

       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

Reply via email to