Dear All GM2020

Akhirnya Alah swt Lebih mencintai Saudari saya Yuliana Lamatenggo (LIA) 
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI (Universitas Muslim Indonesia) Semester 5 
(mantan Siswa SMU Cendikia Gtlo), Anak dari Ilyas (Ono) Lamatenggo, M.Pd (Kabid 
Pendidikan Gorut), dan Fahria(Tuten) Uno,S.Pd (Guru di Gorut).  Setelah 4 Hari 
lamanya di rmh Sakit Wahidin di ruang VIP SAWIT yang di tangani oleh Prof. dr. 
Asadul (PR 3 Fak. Kedokteran UNHAS) akhirnya tepat pada pukul 13:15 Wita tadi 
Waktu Makassar Menghembuskan Nafas terakhir di Ruang OK/Sito Wahidin dalam 
kondisi akan di sedot Cairan yang ada dalam Paru2nya.

Sebelumnya pihak keluarga sangat kecewa dengan pelayanan perawatan di Rmh sakit 
Plat Merah tersebut  dimana Sejak Yuliana Masuk ke UGD Hingga Meninggal siang 
tadi Prof.Dr. Asadul yang terpampang namanya di papan Perawatan Rmh sakit tdk 
pernah masuk ke ruang Pasien yang di rawat, dan hanya melalui Suster perawat 
saja memeriksan tensi  dan menggantikan Infus pada Pasien Yuliana.

Sebelumnya saya pribadi juga sempat kecewa dengan Dr. Asadul sewaktu anak saya 
di rawat di rmh sakit Akademis yang di perintahkan  utk di operasi otak anak 
saya, beruntung saya tdk mengikuti instruksi dr. asadul, karena hanya 
memerintahkan lewat telpon ke asistennnya dr. ary sehingga saya selaku orang 
tua pasien saat itu menolak di operasi oleh dokter yang aneh menurut saya. dan 
Alhamdulillah saat ini anak saya sudah bisa beraktivitas seperti biasa tanpa 
perlu di operasi.

Kembali lagi kepada masalah Yuliana, selama perawatan di Rmh sakit Wahidin dr. 
asadul tdk pernah bertatap muka dengan pasien dan orang tua pasien. saya 
pribadi kemaren Sore telah menyarankan kepada orang tua pasien utk segera minta 
pindah ke Rmh sakit Stela Maris pantai Losari dan pindah Dokter selain 
dr.asadul. karena gagal kemaren sore tdk jadi pindah akhirnya Yuliana tetap 
lanjut perawatan di VIP Sawit Wahidin kelas 1 A (475 rb/Malam). Di hari pertama 
dan ke tiga saya bertemu dengan pasien terlihat baik dimana yuliana bs 
berbicara dan mengenal yang datang dan berjabat tangan. tapi saya pribadi 
selaku keluarga merasa prihatin koq sudah 4 hari di rawat kondisi Lia tdk ada 
perubahan bahkan semalam harus di bantu Oksigen dan Infus Darah karena HB nya 
drop.
Jadi selama pengamatan saya LIA hanya bisa di Infus dan nginap di Kamar VIP 
tanpa ada Kunjungan dari dokter yang menanganinya. tentu saja perlu Sikap 
agresif dari keluarga pasien. Makanya saya menyarankan Ganti dokter atau Pindah 
Rmh sakit yang lebih berkelas lagi seperti Stella Maris.

Keesokan paginya jam 9 saya menerima telpon dari orang tua pasien agar 
secepatnya ke Rmh sakit karena LIA dalam kondisi Kritis, akhirnya saya menelpon 
semua kerabat Dr. Yamin Uno, Roem Uno, semua keluarga uno yang ada di Makassar, 
jam 11:30 saya tiba di rmh sakit, Lia ternyata sudah pindah ke ruang OK/Sito 
UGD karena kata perawat harus di sedot cairan yang ada di paru2nya.

saya pribadi sempat berdiri depan ruang OK bertanya ke petugas. apakah pasien 
sudah di tindak lanjuti atau di biarkan begitu saja ? akhirnya saya sempat 
berbicara dengan dokter nasrullah ahli bedah di rmh sakit wahidin sampai saya 
katakan sama dokter "Dok maaf koq nyawa di rmh sakit wahidin begitu murah 
yachhh ?" dokter nasrullah hanya senyum2. 1 jam kemudian lIA telah 
menghembuskan nafas yang terakhir.

Orang tua LIA sangat terpukul karena LIA yang merupakan anak2 satu2nya wanita 
dari 2 bersaudara harus wafat begitu cepat yang akan menjadi harapan dan 
tumpuan keluarga. tapi apa mau di kata Allah berkehendak lain.
Ayah dari LIA komplain ke Rmh sakit karena penanganan Dokter Asadul yang begitu 
lambat dan hingga wafatnya lia orang tuanya tdk pernah bertemu dengan dokter 
asadul gimana hasil medical recordnya pun orang tua lia tdk tahu sampai saat 
ini.

Waktu terus berjalan, teman2 HPMIG Makassar serta Fakultas Kedokteran UMI telah 
berkumpul di Ruang Jenazah Rmh sakit Wahidin, saat itu saya di bantu oleh Anak 
dari Pak Hamid Kuna  (ama) yang mana Pak hamid memberikan uluran bantuan agar 
mayat saat itu bisa terbawa dengan pesawat sore SRIWIJAYA..

saya tenangkan jiwa, saya peluk kedua orang tua LIA utk bisa bersabar dan 
tabah, saat itu saya minta bantuan dari teman2 HPMIG utk mengusung jenazah lia 
dan mengantarkan hingga ke bandara lama Hasanudddin (Oslan,Tomo,Jamil,Melon,Ade 
(ketua yg baru),dll yang tdk sempat saya tuliskan) tampak semua teman2 HPMIG 
dan Kedokteran UMI berkumpul di Ruang Jenazah, saat itu telah menunjukkan Pukul 
15:00 Wita Pesawat Sriwijaya telah Landing, Agung menelpon saya mengatakan 
"K'icky Pesawat somo berangkat so tdk bisa Jenazah di bawa ke bandara" saya 
dengan keyakinan penuh insya allah Jenazah tetap bisa di angkut dengan sri 
wijaya, saya terus melakukan komunikasi dengan Pak Hamid Kuna bersama istrinya, 
minta petunjuk agar di mudahkan agar jenazah bsa masuk ke pesawat, Akhirnya 
16:00 Mobil jenazah masuk ke Bandara Lama, dan Orang Tua Menuju Bandara Baru, 
dan Alhamdulillah Petugas CARGO WAHYU telah menunggu jenazah dan langsung 
membawa ke perut pesawat SRIWIjaya yang
 seharusnya dari tadi sudah berangkat hanya menunggu Jenazah LIA.
Alhamdulillah semua mendapat kemudahan dari Allah berkat bantuan Pak Hamid KUNA.

Saya langsung menelpon ke Gorontalo, keluarga di gorontalo telah menyiapkan 
mobil penjemput di Gorontalo.

Saat itu juga saya menelpon ke Pihak Kepolisian POLWILTABES MAKASSAR, Aiptu 
Andi Syharial mengatakan "Pak Korban telah Wafat, silahkan Lanjutkan Proses 
Hukum" Langsung pak Polisi balas "Siap Pak laksanakan"

Akhirnya malam ini saya dapat Info teman2 HPMIG Makassar mengadakan Yasinan Utk 
Yuliana Di Wesabe Blok C 53 dan Insya Allah Besok di ASPURA dan Hari ke 3 Insya 
Allah akan di laksanakan di Rmh dr. Yamin Uno di BTP Blok M.


Demikian laporan dari saya, sekali lagi terima kasih Kepada keluarga Besar 
HAMID KUNA atas kerendahan Hatinya seeta uluran bantuannnya dalam proses 
pengiriman jenazah Lia hingga tiba di Gorontalo.


salam dan hormat,


Taufik Polapa
Keluarga Berduka Baru Pulang dari Rmh Sakit dan Polwil.








      

Reply via email to