Pak Agung Yth, Beberapa Hari lalu saya sempat berbicara By telp dengan Ibu Truly Habibie, kebetulan pada kesempatan itu saya lebih banyak bertanya, tapi sela2 waktu berbicara tersebut saya mengangkat Isue mengenai KORUPSI di Gorontalo Khususnya di BONBOL,Saya cukup puas dengan jawaban dari Bu truly pada saat itu karena beliau telah berusaha semaksimal mungkin utk mewakili asipirasi Rakyat gorontalo, bahkan saya cukup kagum dengan perjuangan Ibu Truly ttg Pendidikan di Gorontalo di dpr ri, pada kesempatan tersebut Bu truly menyampaikan bahwa Sedih melihat Kehidupan Ekonomi masyarakat Gorontalo yang masih banyak Hidup di bawah Garis Kemiskinan. Dan Menyayangkan banyaknya para Siswa SMA yg mempunya Cita2 ingin menjadi Politikus. Mengenai Korupsi yang melibatkan Bupati BonBol tentu saja bukan saja menjadi tanggung jawab Ibu truly semata selaku wakil rakyat yang ada di DPR RI, tapi merupakan wewenang dari Pihak berwajib utk meminta keterangan secara langsung berdasarkan masukan dari LSM, masyarakat setempat,
Padahal sebelumnya Presiden SBY sudah pernah mengeluarkan Izin pemeriksaan kepada Bupati Ismet mile, tapi selalu saja pendekar Hukum di Gorontalo selalu mentok dengan SP3, apakah memang benar adanya tidak terbukti KORUPSI ? Jika di tarik ke masalah yang paling simple, sebagai contoh jika orang Bodoh seperti saya ini menganalisa Kekayaan Seorang pejabat Publik. contoh Gaji PNS dengan Golongan 4 C, anggap saja gp = 7 Juta/Bln di tambah Penghasilan Lain2 5 jt/Bln jadi total Pejabat tersebut = 12 JT/Bln. Jika Orang tersebut mengabdi kepada Negara Selama 20 THN dengan Penghasilan yang sama Artinya Selama 240 Bulan Pejabat tersebut memiliki Penghasilan = 12 Jt x 240 Bln (20 thn) = 2.8 Milyard. Jika 40% Bisa di tabung maka 1.2 M ada di tabungan dan Menjadi Konsumsi Keluarga adalah = 1.7 M selama 20 tHN. Nah jika orang awam melihat Hal ini sah dan wajar2 saja jika Pejabat tersebut memiliki Kekayaan Pribadi sebesar 2 M, Tapi Jika di taksir pada Kenyataannya Pejabat tersebut memiliki Harta di Mana Rumah di JKT senilai 1.7 M (Misalnya), trus Mobil Mewah, Serta Anaknya yang sekolah di Jakarta, Makassar, Manado masing2 mengendarai Mobil Mewah. jika di taksir Seluruh kekayaan pejabat tersebut Kurang lebih 20 M, bahkan lebih. Nah pertanyaannya : Dari manakah Kelebihan Duit pejabat tersebut ? Apakah Mungkin duitnya di mainkan ke SAHAM ? seperti feriyanto Mayulu ? Ataukah Duitnya beranak ? Nah tentu saja Hal ini perlu di tindak lanjuti Oleh KPK utk segera melakukan Investigasi. Jangan hanya Menunggu Bola. Tapi harus Agresif dan kreatif utk mengembalikan Duit Rakyat. Karena Atiolo banyak Rakyat yang di Pedalaman Gorontalo yang hidup di bawah GARIS Kemiskinan, di satu Sisi Anak-ANAK pejabat bersekolah di Luar Gorontalo menggunakan Mobil Mewah kemana2 utk ke Kampus dan Belanja di MALL. Saya tdk perlu sebutkan di MILIST ini, ANAK SIAPA yang lagi sekolah di MAKASSAR yang menggunakan MOBIL Mewah kemana2 Tapi jika di Liat Orang tuanya hanya memiliki Jabatan di bawah dari Level BUPATI or WALIKOTA. Bagaimana dengan Hal ini ? Mohon Maaf Jika ada yang kurang berkenan. KPK silahkan berpikir sendiri.... Sampai pergantian presiden yang baru Atau tdk akan pernah bertindak. Wassalam TP --- On Fri, 2/13/09, ag moz <am0...@yahoo.com> wrote: From: ag moz <am0...@yahoo.com> Subject: [GM2020] Re: Apakah Mungkin Bupati BONBOL ISMET MILE PERLU DI PERIKSA KPK ? D To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Friday, February 13, 2009, 8:34 AM Jiika kasus-kasus yang melibatkan para petinggi yang ada didaerah, maka sebaiknya tanyakan kepada para anggota DPR RI asal daerah pemilihan gorkntalo, kabreba nerekalah yang paling memiliki kemampuan untuk melobby petinggio jakarta untuk bertindak. jika mereka ikui membeiarkan maka kemungkinannya ada dua alasan: 1. mereka tidak punya kemampuan untuk mendesak petinggi hukum jakarta, atau 2, mereka punya negosiasi politik dengan sang bupati dalam rangka pemngamanan suara mereka pada pemilu mendatang. salam agung mozin Caleg Jabar 7 urutan no 1 Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online